Chelsea memenangkannya di musim pertama Pep, sementara Klopp mematahkan dominasi City di EPL pada musim 2019/2020.
Saat itu, Liverpool memang benar-benar tak terhentikan. Dengan trio Salah, Firmino, Mane di depan, plus Alisson dan Van Dijk yang memberikan ketenangan di lini pertahanan, membuat skuat Klopp memang benar-benar layak saat itu untuk meraih trophy EPL setelah menanti selama 30 tahun.
Konsistensi Man. City
Poin demi poin didapat hingga mereka sangat konsisten di puncak. Hal itulah yang sulit diikuti para pesaing.
Bayangkan, Liverpool masih belum bisa jadi juara walau dalam 2 musim poin mereka menyentuh angka 97 dan 92.
Nasib serupa dialami rival sekota Man. United, yang harus mengakui jika City yang terbaik, setelah poinnya tertinggal jauh 10 poin pada musim 2020/2021.
Korban terbaru ada pada diri Arsenal. Sialnya, Meriam London mesti rela "menjaga trophy" Man. City selama 2 musim beruntun.
Musim lalu, Arsenal sempat unggul jauh, namun sang Gajah harus jatuh dari pohon karena puncak diambil alih City.
Pun demikian di akhir musim ini. Setelah tadi malam, Halland dkk lah yang akhirnya mengangkat piala tersebut.
Padahal, musim ini tim biru langit ini sempat oleng di beberapa pertandingan. Akan tetapi, Arsenal justru tak sanggup mengamankan posisi puncak. Rentetan hasil minor seperti saat takluk dari Aston Villa dan Fulham menjadi alarm bahaya, karena City bakal ngegas jika dalam berada pacuan gelar juara.
Dan akhirnya terbukti. Setelah ditahan imbang Arsenal di Etihad, Skuad Pep menyapu bersih sembilan kemenangan sisa di akhir musim.
Pil pahit harus mereka terima, jika benar-benar tidak bisa konsisten apabila bertarung dengan City dalam title race.