Mohon tunggu...
Evie Usman
Evie Usman Mohon Tunggu... Guru - Yang berkali-kali jatuh cinta padamu

Aku wajib untuk tidak melukai hati orang-orang.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kedai Kopi dan Segelas Kenangan

14 Juni 2023   18:26 Diperbarui: 15 Juni 2023   19:23 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku mulai bebas untuk berkencan dengan Ayi, tidak ada lagi Ar yang sibuk menghalangi. Banyak yang bertanya, Kenapa memilih Ayi, sementara Ar jauh di atasnya. Ar lebih tampan dan kaya dari Ayi, tapi cintaku telah kuletakkan pada Ayi. Laki-laki masa depan yang akan memberiku anak-anak yang manis.

Ayi lebih gagah ketika dengan kemeja kumalnya orasi di di depan kantor DPR atau di kantor gubernur. Ia yang sibuk memperjuangkan keadilan untuk rakyat, itu membuatku jatuh cinta. Kepedulian-kepeduliannya pada nasib kaum tertindas membuatnya lebih menarik dari pria manapun.

Ar yang tipikal anak yang hanya sibuk dengan kuliah terlihat biasa-biasa saja. Tidak ada alasan yang bisa membuatku takluk padanya. Lagipula ia bodoh, kenapa ia memilihku sementara ada Alea mengejarnya. Cinta memang seaneh itu.

Ayi berbeda dengan Ar. Ia sibuk dengan organisasinya dan rapat-rapatnya. Ia kadang takbisa ada jika aku kesulitan mengerjakan tugas atau mengajaknya berdiskusi tentang fashion. Sementara di pikiran Ayi, hanya Marx, Che Guevara, dan tokoh-tokoh revolusioner lainnya. 

Aku berusaha memahami kesibukan Ayi. Sampai suatu hari di bulan Desember, aku memergokinya dengan perempuan di rumah kontrakannya. Ayi yang bertelanjang dada dan perempuan dengan pakaiannya yang berantakan. Aku jijik melihat pemandangan ini. 

Ayi yang tidak ada di kampus, yang tidak bisa dihubungi ponselnya, membuatku mendatangi rumahnya. Nyatanya rasa rindu yang kubawa, terbalas dengan pengkhianatan paling perih. Aku meninggalkan tempat yang penuh dosa itu dengan air mata yang takbisa kucegah. Biarlah ia mengalir membawa rasa cinta itu itu ke muara yang jauh.

Keesokan hari, Ayi menemuiku di perpustakaan. Ternyata ia masih hafal kebiasaanku jika mata kuliah pertama berakhir dan menunggu jam berikutnya.

"Aku minta maaf, Via."

"Kenapa kau lakukan ini padaku, Yi?" Aku mati-matian tidak menoleh padanya. Aku tetap menghadap lembaran buku yang kubaca. Aku tidak rela, ia melihat sisa-sisa kesedihan di mataku.

"Karena dia asyik diajak ngobrol, Via. Pembicaraan kami nyambung. Tidak seperti kamu yang hanya sibuk membahas fashion, film-film terbaru Reza Rahasia, dan lainnya."

"Dari awal kau sudah tahu tentangku. Kenapa kau memberi harapan?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun