"Aku Runa. Tinggal di situ. Di rumah Pak Gunawan." Jariku menunjuk rumah yang aku tempati untuk sementara waktu. Rumah itu berada tepat di sebelah rumah Arini. Pak Gunawan adalah teman baik bosku. Dia yang menawarkan tumpangan secara gratis.
"Arini," lirihnya.Â
"Aku bukan orang jahat," ucapku saat melihat Arini menggeser duduknya, agar kami semakin berjarak.
"Maaf. Aku---" Arini tidak melanjutkan ucapannya. Aku melihatnya menitikkan air mata.
"Apa aku mengganggumu?"
Arini menggeleng lemah. "Tidak. Kau mengingatkanku pada seseorang."
"Siapa?"
"Dia orang yang pernah sangat dekat denganku. Kalian nyaris memiliki wajah yang sama."
"Kalau kau tidak keberatan. Kau bisa bercerita padaku. Tapi kalau tidak mau, tidak apa-apa."
Aku melihat keraguan di wajah Arini. Mungkin dia enggan bercerita. Atau bisa saja, dia tidak ingin membagi kisahnya pada orang yang baru saja dikenalnya.
"Maaf. Aku sering melihatmu main hujan-hujanan saat hujan turun."