Mohon tunggu...
Evi Ghozaly
Evi Ghozaly Mohon Tunggu... Konsultan - | Penulis | Praktisi pendidikan | Konsultan pendidikan |

Tebarkan cinta pada sesama, melalui pendidikan atau dengan jalan apapun yang kita bisa.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengaji Ihya Ulumuddin pada Gus Ulil Itu Seperti Candu

7 Juni 2020   20:53 Diperbarui: 7 Juni 2020   20:47 693
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Inspiratif, terlebih karena saat Ramadhan ini ngaji Ihya didahului dengan ngaji Al Munqidz. Hati kotor saya sering merasa diaduk-aduk. Saat membahas Fadhlul Kalam misalnya, beliau menyampaikan pentingnya menahan diri dalam berbicara dan menulis. 

Sakmadya saja, sebab jalan spiritual adalah ketika seseorang mampu hidup secukupnya, berbicara seperlunya. Dalam skala luas, Gus Ulil menyampaikan sikap berlebihan negara yang mengeksploitasi alam dan energi fosil. 

Solusinya? Gus Ulil menyitir kisah Robah dari Basrah, konsep etika deontologi, hingga saran agar mempertimbangkan peer pressure. Huft, ngaji kitab ini benar-benar wow.

Ikhlas. Keikhlasan Gus Ulil Abshar Abdalla sangat bisa kita rasakan, bukan? Tak pernah mengeluh lelah, selalu tersenyum dan intonasi suaranya selalu menyejukkan.

Peran Ning Ienas Tsuroiya sebagai istri dan Mbak Admin juga luar biasa. Dengan sabar membalas komen, menyapa dan mengingatkan satu dua hal. Saya bahkan sempat menanyakan beberapa hal terkait disertasi saya yang memang tentang Al Ghozali, dan beliau menjawab dengan telaten. 

Beberapa kali saya bertemu beliau berdua, ketika Konfrensi Ulama Perempuan Indonesia dulu, ataupun saat saya sowan Rembang. Dan sekarang saya makin mengagumi pasangan luar biasa ini. Semoga Allah selalu menjaga beliau sekeluarga.

::

Baiklah. Saya memang kecanduan ngaji Ihya bersama Gus Ulil. Ya. Bahkan saya agak gelo ketika rencana ngaji di malam lebaran urung. Haha, kemenyek banget saya ya. Tapi saya kok yakin nggih, bukan hanya saya yang merasakan candu ini. Ya kan? Ayo ngaku

Ohya, sebenarnya saya sudah membuat beberapa tulisan tentang ngaji Ihya bersama Gus Ulil. Terutama ketika saya merasa makjleb dengan satu tema, langsung saya tulis. Saya juga membeli kitab Ihya lagi karena yang lama saya tinggal di Malang, jadi nggaya pake kitab asli sekarang, bukan donlotan haha.

Saya akan terus menulis, insyaAllah, minimal untuk saya baca sendiri. Saya sembunyikan saja, disimpan rapet. Tapi di Jumat pagi ini, saya memutuskan menulis sebagian kesan dan mengirimkannya ke Mbak Admin, meski sumpah saya minder dengan tulisan peserta kuis lain

Terakhir, dengan segenap tadzim saya mengucapkan terima kasih pada Gus Ulil dan Ning Ienas. Mohon doa agar kami bisa istiqomah ya. Terima kasih juga untuk Ust. Rifqi dan Achie Udin yang rajin mengupload teks kitab. Terima kasih pada semua sahabat jamaah ngaji Ihya Ulumiddin Gus Ulil.

Eid Mubarak 1441 H, mohon maaf lahir batin nggih. Sungkem satu-satu
.

- Bandar Lampung, 29 Mei 2020 : 10.00 -
.

#KesanSantriOnline

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun