Untuk melukis, biasanya kerja sama antara departemen pendidikan, pelukis (amatir dan professional) dan industri sebagai sponsor. Pelatihan se-Kota Baton Rouge, biasanya dilakukan saat liburan sekolah atau hari Sabtu dan Minggu. Peranan sponsor sangat penting, selain menyediakan bahan dan media lukisan gratis, juga berperan sebagai promotor (mempromosikan lukisan).
Hasil lukisan anak-anak SMP dan SMA ini kemudian dipajang di ruang-ruang publik seperti perpustakaan, mall, toko buku, restoran, dan kedai kopi (Starbucks dan community coffee shop). Uniknya, selain untuk dilihat lihat, kita pun bisa membeli. Cara membelinya dengan sistem “betting” (lelang). Harga terendah dimulai dengan AS$ 5 (Rp 65 ribu), dan tak ada batas untuk harga tertinggi.
Kalau ada yang pernah dibeli, pelukisnya akan menulis sinopsis diri: usia, asal sekolah, kapan mulai melukis, jumlah lukisan yang terjual dan harga lukisan yang pernah terjual. Untuk siswa/siswi SMP harga rata-rata yang dibeli AS$ 37 (Rp 481 ribu), sedangkan untuk siswa SMA rata-rata harga lukisan yang terjual AS$ 50 (Rp 650 ribu). Harga tertinggi lukisan baik karya siswa SMP dan SMA senilai AS$ 999 (Rp 13 juta). Menurut saya, harga yang terjual cukup tinggi, mengingat bahan, media dan pelatih disediakan sponsor secara gratis. Tanpa modal, laku Rp 13 juta, bukan hanya lumayan, tapi merupakan pendorong semangat untuk menjadi pelukis profesional di kemudian hari.
Saya dan suami tak pernah membeli lukisan karya siswa-siswi SMP dan SMA, karena setiap melihat lukisan yang dipajang, pelukisnya tidak ada di tempat, kemudian merasa repot mengisi formulir penawaran lelang. Anak saya katanya kebetulan ada pelukisnya. Dia nawar AS$ 67 (Rp 871 ribu), si pelukis, siswa SMP riang bukan main. Lukisan pertama terjual katanya!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H