Mohon tunggu...
Evi Erlinda
Evi Erlinda Mohon Tunggu... Bio-Human Medicine -

Menetap di Baton Rouge, USA.\r\nBekerja di Our Lady of the Lake Regional Medical Center. Hospital.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Di Negara Ini, Dokter Berani “Memboikot” Harga Obat Kanker yang “Mencekik” Pasien

19 April 2016   04:36 Diperbarui: 19 April 2016   08:49 2041
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kembali ke pokok pertanyaan bagaimana dokter sampai berani melawan “atasan” untuk memboikot obat mahal ? 

Selama ini, dokter di Amerika selalu memakai obat yang namanya Avastin untuk mengobati kanker usus. Tanpa diberi obat, 93% (hampir semua) pasien akan meninggal dunia setelah 5 tahun (lihat grafik di bawah).

[caption caption="Grafik. Survival rate kanker usus tanpa diobati (sumber: Cancer Treatment Center of America, 2015)."]

[/caption]Di Memorial Sloan-Kettering Cancer Center, dokter “disuruh” untuk memakai obat baru yang namanya  Zaltrap. Awalnya biasa biasa saja. Setelah setahun, seorang dokter yang bernama Leonard Saltz mengamati bahwa efektifitas obat baru (Zaltrap) sama saja dengan obat lama (Avastin). 

Kemudian Dr. Leonard mencari tahu berapa harga obat lama dan obat baru. Mengejutkan, ternyata harga obat baru dua kali lebih mahal dari obat lama.

Biaya sebulan untuk pasien yang memakai obat baru  (Zaltrap) sebesar $11.000 (Rp 143 juta), sedangkan obat lama tak sampai separuhnya hanya sebesar  $5.000 (Rp 65 juta) sebulan. 

Tambah terkejut setelah mengetahui total biaya berobat (termasuk beberapa jenis obat tambahan, pemakaian fasilitas rumah sakit, administrasi dan lain lain) yang harus ditanggung pasien sebesar AS$ 0,5 juta (Rp 6,5 Milyar) setahun.

Mengetahui hal ini semua, Dr. Leonard Saltz mengirim e-mail ke semua tim medis di Memorial Sloan-Kettering Cancer Center bahwa dia “memboikot” untuk menggunakan obat baru (Zaltrap), karena ternyata khasiatnya sama saja dengan obat lama, tapi harganya “mencekik” pasien. Di luar dugaan, e-mail  Dr. Leonard mendapat tanggapan positif dari rekan rekan tim medis.

Berita boikot ini kemudian didengar oleh dokter dokter New York, dan segera memberikan dukungan. Saat ini seluruh Amerika Serikat sudah memboikot penggunaan obat Zaltrap. Obat baru hanya akan digunakan jika harganya lebih murah dan lebih ampuh khasiatnya.

Kasus Di Rumah Sakit Saya Bekerja

 [caption caption="Salah satu ruangan pasien di rumah sakit tempat saya bekerja (sumber: dokpri)"]

[/caption]Setiap tahun, kami menyelenggarakan baksos (bakti sosial) khusus untuk men-screening kanker prostate. Screening-nya gratis untuk siapa saja. Untuk yang miskin ongkos berobatnya juga gratis, sedangkan yang kaya 80% ditanggung oleh asuransi kesehatan mereka, sisanya (20%) digratiskan. Dari mana biaya untuk menggratiskan itu?

Pertama, tentu saja dari pemerintah (pusat dan daerah), kedua dari sumbangan perusahaan perusahaan swasta (di Louisiana banyak perusahaan minyak dan petro kimia), dan ketiga dari “bapak angkat” istilahnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun