“Tolong mobil dan sepeda tetap berada di jalur kanan..”
Pertama-tama kami bingung kenapa sepeda juga mesti ikutan ke jalur kanan, sementara mobil patroli di depan yang arahnya kami harus ikuti tetap berada di sebelah kiri. Baru kami mengerti ketika bapak Polisi mengatakan lagi,
“Mobil dan sepeda tetap berada di jalur kanan, sepeda onthel akan lewat”….
Ohh rupanya diwilayah Jawa Tengah kalau motor akan disebut dengan Sepeda Motor dan kalau sepeda di sebut Onthel…
Jadi kami suka tertawa ketika banyak yang menyambut kami dengan teriakan 'sepeda onthel'… karena kalau di Jakarta yang di sebut sepeda onthel adalah sepeda kuno/antik.
Pati Lurus, Jepara Kiri
Aku lihat papan penunjuk arah yang telah menyebutkan arah Jepara. Melihat nama Jepara di papan penunjuk arah sudah membuat aku merinding. Bagaimana tidak, beberapa jam lagi kami akan sampai di Bumi Pertiwi tempat kelahiran R.A. Kartini. Aku melihat semangat teman-teman Srikandi begitu menggelora sehingga kecepatan kayuhannya hampir rata-rata 21 Km/jam. Aku juga begitu semangat ingin cepat sampai di Jepara yang diperkirakan awalnya kami akan sampai pada pukul 4 sore. Namun pada pukul 9.30 wib kami sudah sampai di daerah perbatasan Jepara, kira-kira 20 km lagi dari Kota Jepara. Rencananya kami harus berhenti untuk makan siang disana sebelum melanjutkan perjalanan ke Kota Jepara, namun apadaya, kami sampai jauh lebih pagi dari yang diperkirakan, sehingga Tim memutuskan untuk melanjutkan saja sampai finish di kota Jepara.
Sejak dari etape ketiga di Cirebon, Tim selalu sampai lebih awal dari jadwal yang telah direncanakan semula. Semuanya seperti diberikan kekuatan yang luar biasa dalam mengayuh sepedanya hingga tidak terasa begitu cepat dari waktu yang telah ditentukan. Gerbang kota Jepara sudah mulai terlihat dan sebagian berteriak “JEPARA…. ", dan tepat pukul 11.20 wib, kami tiba di Musium Kartini.
Pecah sudah tangis dan haru melingkupi kami semua sembari berpelukan pada semua Tim. Tak lupa doa syukur langsung kami hantarkan untuk Sang Khalik, yang selalu melindungi perjalanan kami dari awal hingga akhir. Ucapan selamat dan jabatan hangat dari semua teman-teman komunitas sepeda dan para wartawan menyambut haru. Kami berhasil melewati tiap rintangan dengan tetap solid dan penuh semangat. Aku langsung menelpon Ibu dan mengucapkan terima kasih yang tak terhingga buat support dan doanya selama ini. Aku menangis diujung telepon mendengar suara ibu. Aku yang selama latihan sering terjatuh dan menjadi korban "KDRT", namun selama perjalanan dari Jakarta menuju Jepara tidak sedikitpun tergores luka.
Pengalungan kain Torso dan pemberian penghargaan dari Bapak Bupati adalah hadiah terindah buat Ibu. Jepara, kota kecil yang apik dan bersih penuh dengan semangat Kartini tidak akan pernah aku lupakan, tidak akan pernah. Karena disana ada jiwaku yang tumbuh membesar bersama pohon jati di SD SEMAI dengan sahabat-sahabat kecilku Rama dan Meyla yang merawatnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H