Bukan hanya sebuah karya sastra puisi  juga bisa di jadikan  sebagai media pembelajaran untuk mengenal nilai nilai keagamaan.Â
Sebuah karya sastra yang mendidik sangat di butuhkan untuk generasi milenial. dengan media puisi bisa memberikan nilai nilai yangÂ
baik dan memberikan gambaran tentang kuasa Tuhan dalam menciptakan alam semesta dan keindahannya.Â
Willibrordus Surendra Broto Narendra adalah  salah satu sastrawan Yang karya karya nya tidak bisa diragukan lagi, WilibrordusÂ
Surendra Broto Narendra atau yang kita kenal sebagai Ws Rendra adalah salah satu sastrawan yang  sebagian karyanya mengandungÂ
Nilai religius, akan tetapi siapa sangka Ws Rendra lahir dari keluarga katolik yang taat beliau adalah seorang sastrawan mualaf yangÂ
begitu mengagumkan.Â
Di awal karirnya, Ws Rendra banyak menuliskan sajak tentang agama dan Tuhan sesuai dengan keyakinannya sebagai katolik, AkanÂ
tetapi Rendra benar-benar tertarik kepada islam, awal mula Ws Rendra menjadi seorang mualaf adalah setelah pertunjukan teaterÂ
yang naskahnya terinspirasi dari buku brizanji  yang berisi pujian dan doa untuk Nabi Muhammad Saw  ditulis Sayid Ja'far al-Barzan.Â
Pementasan tersebut menarik perhatian dan sambutan yang hangat sehingga dipentaskan ulang di berbagai kota.
Berkat pertenjukan tersebut, Rendra memantapkan hatinya masuk islam. Sampai akhirnya, ia mengucapkan dua kalimat syahadat diÂ
depan kyai Ghifar Ismail di rumah penyair Taufik Ismail. Sejak ws Rendra masuk Islam puisinya pun lebih sering memiliki konsepÂ
ajaran Islam,contoh nya puisi berjudulÂ
MAKNA SEBUAH TITIPAN
Sering kali aku berkata, ketika orang memuji milikku
bahwa sesungguhnya ini hanya titipan
bahwa mobiku hanya titipan-Nya
bahwa rumahku hanya titipan-Nya
bahwa hartaku hanya titipan-Nya
bahwa putraku hanya titipan-Nya
Tetapi, mengapa aku tak pernah bertanya, mengapa Dia menitipkan padaku?
Untuk apa Dia menitipkan ini padaku?
Dan kalau bukan milikku, apa yang harus kulakukan untuk milik-Nya ini?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku?
Mengapa hatiku justru terasa berat ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya?
Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah
kusebut itu sebagai ujian, kusebut itu sebagai petaka.
"Sering kali aku berkata, ketika orang memuji milikku
bahwa sesungguhnya ini hanya titipan
bahwa mobiku hanya titipan-Nya
bahwa rumahku hanya titipan-Nya
bahwa hartaku hanya titipan-Nya
bahwa putraku hanya titipan-Nya "
Bagian  ini menggambarkan tentang kepemilikan tuhan terhadap segala yang ada di semesta. Sebuah hal di dunia ini sejatinya hanyaÂ
sebuah titipan yang tuhan sendiri berhak menggambilnya kapan pun.
"Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku?
Mengapa hatiku justru terasa berat ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya?
Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah
kusebut itu sebagai ujian, kusebut itu sebagai petaka."Â
Disini penulis juga mengungkapkan keresahan nya ketika titipan untuknya kembali di ambil oleh sang pemilik semesta.
Pada baris baris puisi yang di tuliskan menggambarkan betapa manusia selalu merasa kurang dan lupa bersyukur.
Pada bait terakhir terdapat ungkapan keputusasaan penulis terhadap dirinya sendiri, dia sadar bahwa semua hanya sebuah titipanÂ
tapi ia selalu merasa sedih dan hancur ketika titipan itu di ambil darinya.Â
Banyak sekali kelebihan puisi ini bahasa yang digunakan ws Rendra  mudah di mengerti, uangkapan yang ingin di sampaikan penulisÂ
juga menyentuh hati  pembaca dan memberi kesadaran bahwa kita harus selalu bersyukur dan bersabar atas segala titipan Tuhan. Â
selebihnya puisi ini sangat direkomendasikan untuk dibaca agar kita lebih banyak bersyukur atas karunia tuhan .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H