bahwa putraku hanya titipan-Nya "
Bagian  ini menggambarkan tentang kepemilikan tuhan terhadap segala yang ada di semesta. Sebuah hal di dunia ini sejatinya hanyaÂ
sebuah titipan yang tuhan sendiri berhak menggambilnya kapan pun.
"Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku?
Mengapa hatiku justru terasa berat ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya?
Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah
kusebut itu sebagai ujian, kusebut itu sebagai petaka."Â
Disini penulis juga mengungkapkan keresahan nya ketika titipan untuknya kembali di ambil oleh sang pemilik semesta.
Pada baris baris puisi yang di tuliskan menggambarkan betapa manusia selalu merasa kurang dan lupa bersyukur.
Pada bait terakhir terdapat ungkapan keputusasaan penulis terhadap dirinya sendiri, dia sadar bahwa semua hanya sebuah titipanÂ
tapi ia selalu merasa sedih dan hancur ketika titipan itu di ambil darinya.Â