"Seru banget ya punya anak tiga, udah lengkap rasanya. Aku kok ga dikasih-kasih ya.."
Ujar seorang teman yang selama setahun pernikahannya belum dikaruniai anak.
Gemas dengan perkataannya, entah menyindir atau benar-benar kagum atau hanya ekspresi dirinya mengungkapkan ketidakpuasan pada takdir hidupnya.
Pernyataan temanku ini memang benar adanya. Memiliki anak lebih dari satu dengan jarak usia yang tidak jauh berbeda memang seru.
Tapi sebagai manusia kita sudah dirancang dengan permasalahan dan problematika kehidupannya masing-masing.
Mungkin saja saat ini masalah yang dihadapinya adalah penantian buah hati yang belum kunjung datang.
Dan bukan berarti setelah memiliki anak, masalah hidup dianggap selesai dan hidup kita jadi lengkap hingga bisa berhenti berpuas diri.
Menjadi orang tua adalah fase kehidupan dengan level baru dimana begitu banyak tantangan yang harus kita hadapi bahkan hampir di setiap detiknya.
Memiliki anak lebih dari satu, ternyata sama dengan memiliki tantangan demi tantangan yang akan terasa berbeda antara anak yang satu dengan yang lain.
Orang tua adalah proses baru dalam mempelajari arti hidup yang sebenarnya.
Semua aspek ilmu yang pernah dan tidak pernah diajarkan di bangku sekolah harus dikuasai oleh para orang tua pada saat yang bersamaan, sekaligus!
Itulah mengapa, daripada kita mengeluh dan berkeluh kesah karena belum diberikan kepercayaan oleh Tuhan untuk melangkah menuju jenjang pernikahan misalnya, atau belum diberi kepercayaan untuk memiliki buah hati, lebih baik kita sibuk mempersiapkan diri dulu menjadi orang tua yang matang dan siap.
Tidak usah merasa iri dan rendah diri melihat pencapaian orang lain. Karena apa yang kita lihat dan anggap sudah lengkap, belum tentu dirasakan sama oleh yang bersangkutan. Bisa jadi yang bersangkutan juga merindukan masa-masa ketika ia masih memiliki banyak waktu luang untuk me time.
Menjadi seorang ibu bukan hanya sekedar melahirkan, menyusui dan membesarkan anak. Lebih dari itu, fase melahirkan pun memiliki banyak kemungkinan.Â
Apakah kita memungkinkan untuk melahirkan dengan normal, atau tiba-tiba dokter menyarankan tindakan SC karena ada masalah pada kandungan kita.
Menyusui yang kelihatannya mudah hanya duduk menyender atau rebahan sambil digelayuti sang bayi pun ternyata tidak semudah itu.Â
Tidak sedikit mental seorang ibu yang terganggu akibat baby blues syndrom, ASI tidak lancar, keluhan pada luka jahitan pasca melahirkan, puting susu yang tidak proporsional dengan mulut bayi sehingga sulit dalam proses pelekatan dan masih banyak lagi problem lainnya.
Saat masuk masa MPASI menjadi masa yang menyenangkan sekaligus memusingkan bagi para ibu. Bayang-bayang Gerakan Tutup Mulut (GTM) dari si bayi yang masih dalam fase coba-coba tekstur makanan, campur tangan orang terdekat, seperti ibu mertua atau tetangga yang mungkin sok tahu dalam memberikan makanan pada bayi juga bisa membuat mental ibu down.
Belum lagi ketika moment bepergian dengan membawa anak. Kondisi yang tak terduga kadang muncul ketika anak tantrum di tempat umum, anak tiba-tiba sakit ketika berada di perjalanan, anak berlarian tidak mau anteng di keramaian dan lain sebagainya.
Masalah finansial dan terkadang ada ujian berupa masalah kesehatan yang juga bisa mewarnai kehidupan dalam berumah tangga menjadi faktor yang dapat membuat emosi orang tua menjadi tidak stabil.
Kuncinya adalah tetap saling support antar pasangan dan memperbanyak mendekatkan diri pada Tuhan agar dimudahkan dalam setiap proses yang sedang dijalani, apapun kondisinya.
Memang seru sekali menjadi orang tua. Tapi semua itu hanya akan menjadi tumpukan masalah dan ledakan emosi semata dari para orang tua terhadap anaknya jika kondisi orang tua belum matang dan siap.Â
Mengejar status menjadi "orang tua" hanya demi pengakuan di lingkungan sosial padahal secara lahir dan batin belum mampu adalah suatu kesalahan yang fatal.
Peran ayah sebagai orang tua juga tidak hanya sekedar mencari uang. Pendekatan diri terhadap anak adalah kunci utama jika ingin membesarkan anak yang berjiwa bahagia dan memiliki otak yang cerdas.
Meskipun ayah lebih sering berada di luar rumah untuk bekerja, usahakan memiliki quality time bersama anak. Buat anak merasa nyaman dan merasa dihargai. Buat anak merasa percaya dan usahakan tetap membangun perasaan bangga pada diri anak terhadap ayahnya.
Tumbuh kembang anak yang bahagia adalah hasil dari kerjasama yang solid antara ibu dan ayahnya. Setelah itu baru libatkan peran serta dari keluarga besar, seperti nenek, kakek, paman atau bibinya.
Lalu bagaimana kalau kedua orang tua harus bekerja?Â
Seperti yang dituliskan di atas tadi, setiap manusia dirancang dengan problematika kehidupannya masing-masing.
Bekerja di luar rumah bukanlah suatu kesalahan. Jika situasi kondusif dan memungkinkan, anak bisa dititipkan pada kerabat atau pengasuh yang terpercaya.
Jangan malas untuk selalu mengawasi anak meski hanya dari jarak jauh. Apalagi di era sekarang ini, teknologi komunikasi dan kamera pengawas sudah banyak berkembang pesat.
Optimalkan waktu luang ketika libur atau saat sebelum berangkat dan pulang kerja untuk menemani anak. Buat kehadiran orang tua yang singkat tersebut menjadi moment berharga dan membahagiakan untuk anak.
Meskipun sulit dan banyak tantangan yang harus dilalui, orang tua harus sudah siap dengan semua itu. Mengesampingkan emosi, rasa lelah dan masalah pekerjaan ketika berhadapan dengan anak mungkin menjadi bagian terberat, tapi orang tua harus mempersiapkan diri dengan semua keadaan itu.
Hal terakhir adalah berusaha membuat semua moment tumbuh kembang anak menjadi bagian terseru dalam episode kehidupan menjadi orang tua. Nikmati setiap lelahnya. Syukuri setiap kesulitannya.
Karena moment ini tidak akan terulang. Anak bertumbuh semakin dewasa dan waktu akan cepat berlalu tanpa kita sadari. Kelak, mereka akan berlari mengejar dunianya tanpa membutuhkan pertolongan kita lagi.
Jadilah orang tua yang sejak mereka kecil sudah menanamkan benih kenyamanan di dalam hati dan pikiran mereka.Â
Agar anak-anak selalu ingat rumah. Agar ketika mereka mendapatkan masalah, mereka mengerti arah jalan menuju kita, tempat ternyaman untuk mereka pulang.
Selamat menjadi orang tua yang berproses. Selamat menjadi orang tua yang terus belajar. Jika lelah kita bisa beristirahat dan jangan lupa terus mendekatkan diri pada Tuhan.Â
Jika tak sengaja membentak, kita isi lagi tanki kepercayaan anak dengan lebih banyak kasih sayang.
Orang tua harus bahagia, orang tua harus belajar legowo, orang tua harus belajar ikhlas dan luas hati, orang tua harus berusaha selesai dulu dengan masalahnya. Karena anak yang bahagia lahir dari orang tua yang juga bahagia.
Jika saat ini belum diberikan kesempatan untuk menjadi orang tua, jalan bersyukur yang paling tepat adalah terus mempersiapkan diri, mematangkan emosi, banyak berdoa dan saling mendukung dengan pasangan. Tuhan pasti akan memberikan hal terbaik di waktu yang terbaik.
Semoga setelah kesulitan dan ikhtiar panjang, pada akhirnya semua akan menemukan jalan keluar seperti yang diharapkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H