Jadi tidak benar jika PUBG atau game serupa menjadi inspirasi pelaku penembakan di New Zealand.
3. PUBG game dengan kekerasan dan dapat memicu hal serupa.
Tidak dipungkiri PUBG adalah salah satu dari sekian game dengan adegan kekerasan didalamnya. Selain PUBG, masih banyak lagi game serupa, seperti Counter Strike, Point Blank, Free Fire, Rules of Survival.
Bahkan di game dengan mode pertarungan seperti Mortal Kombat, adegan yang ditampilkan jauh lebih keji.Â
Jika memang unsur kekerasan di dalam game yang menjadi faktor pemicu, maka harusnya game lain juga mendapatkan perlakuan sama.
Kemudian yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah, apakah benar game ini bisa memicu kekerasan?
Dalam perbincangan salah satu stasiun TV Â swasta dengan MUI, serta game creator "Garit Dewana" beberapa waktu lalu, Garit menjelaskan bahwa dirinya yang bermain game sejak kecil, sama sekali tidak terpengaruh dengan isi game yang dimainkan. Garit juga menegaskan bahwa teman-temannya yang sesama gamer pun juga sama sekali tidak terpengaruh. Mereka bisa membedakan mana game dan dunia nyata.
Dalam hal ini saya sependapat, seorang yang bermain game PUBG, bukan berarti akan mudah terpengaruh kemudian menjadi pembunuh di dunia nyata. Atau seorang yang bermain Mario Bros, bukan berarti akan mudah terpengaruh menjadi Mario, kemudian suka merusak tembok di dunia nyata. Semua kembali ke individu masing-masing.Â
Setiap pun game juga telah diseleksi dan dirating berdasar umur, disini tentu game untuk  dewasa tidak dianjurkan untuk dimainkan anak kecil.Â
4. PUBG lebih banyak mengandung mudharat ataukah manfaat.
Ini adalah salah satu alasan yang mungkin paling masuk akal. Tapi peru dicatat juga, dengan alasan serupa, bisa jadi tidak hanya PUBG yang perlu dikaji. Bicara mudharat, pacaran pun juga menimbulkan banyak mudharat. Dan jangankan game, sepakbola juga bisa jadi mengandung unsur negatif. Dalam banyak kasus, sepakbola menjadi faktor pemicu kerusuhan, bahkan hingga menimbulkan korban jiwa. Lalu apakah sepakbola juga harus dikaji dan difatwa haram?