Kasus bunuh diri menjadi sorotan pekan ini. Salah satu member grup K-Pop yang mendunia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Hujan air mata dan duka dari sesama penyanyi terutama dari agensi tempatnya bernaung pun membanjiri upacara pemakaman. Lagi-lagi tindakan bunuh diri ini dilatarbelakangi oleh depresi.Â
Hal yang disayangkan adalah kepergian sang idola juga menimbulkan guncangan luar biasa bagi para fans dan beredar kabar bahwa beberapa melakukan tindakan serupa. Kalau diingat kembali, peristiwa bunuh diri yang dipicu oleh fanatisme dan kesedihan yang mendalam ini bukan yang pertama. Lalu bagaimana konsep pemikiran yang seharusnya dimiliki oleh generasi milenial dan generasi z yang umumnya masih menggandrungi idola?
1. Bedakan antara realitas dengan kegemaran
Khususnya bagi para generasi milenial dan generasi z, keberadaan idola menjadi penyemangat sehari-hari. Namun perlu diketahui bahwa kadang agensi sudah membentuk konsep dan pencitraan sehingga yang dilihat di televisi dan internet adalah dari sisi entertain yang fungsinya untuk menghibur. Di luar itu, sang idola pun memiliki kehidupan pribadi layaknya orang biasa. Dengan padatnya aktivitas dan jam kerja yang berbeda dengan profesi lain, serta tuntutan yang lebih tinggi sebagai public figure tentu memberikan tekanan tersendiri kepada mereka. Maka wajar jika idola juga punya masalah. Sebagai penggemar yang baik, berikan supportdan komentar penyemangat kepada mereka. Lalu pahami bahwa sebagai fans, anda mempunyai kehidupan pribadi dengan keluarga, teman, dan lingkungan sekolah serta tempat kerja.
2. Miliki aktivitas positif
Hiburan merupakan pelengkap dan berfungsi sebagai pelepas kepenatan agar kita merasa relaks, senang, dan termotivasi. Maka proporsi antara menikmati hiburan dengan aktivitas sesungguhnya harus seimbang. Ragam kegiatan yang produktif sudah sepatutnya memegang persentase terbesar dan investasi waktu terbanyak berada pada bidang yang kita tekuni. Alokasi waktu yang seperti ini dapat menyeimbangkan prioritas hidup yang sesungguhnya. Remember, your idol is doing his job, and you are doing your own job too.
3. Punya konsep diri yang kokoh
Remaja dan kaum dewasa muda umumnya masih memiliki fanatisme terhadap idola dan ini hal yang cukup wajar. Mereka melihat idola sebagai picture perfect dari segi kelebihan yang dimiliki. Celakanya, kadang ada sisi lain yang kurang positif dan memberikan dampak terhadap kepribadian diri. Remaja dan dewasa muda perlu memiliki konsep diri yang jelas tentang siapa dirinya dan hal yang ingin diraih dalam kehidupan. Ragam pelatihan dan pembinaan yang dilaksanakan oleh sekolah dan kantor bisa menjadi program yang tepat untuk membantu pembentukan self image yang positif.
4. Banyak berinteraksi
Berbicara dan bertemu dengan banyak orang dapat menjadi penyembuh yang mujarab di kala lingkungan atau berita yang beredar kurang bersahabat. Melalui interaksi dan komunikasi, akan bermunculan beragam pemikiran yang diharapkan bisa memberikan Aha Idea kepada kita. Pemilihan orang-orang yang di sekeliling juga tentu perlu diperhatikan. Pilihlah yang dirasa dapat memberikan saran atau pemikiran yang benar.
5. Menjadikan peristiwa yang terjadi sebagai pembelajaran
Idola juga manusia dan menjalani hidupnya sendiri. Jadilah fans yang smart dengan menganalisa hal yang sebenarnya terjadi dan kaitkan dengan bagaimana kita bisa hidup secara lebih baik. Tidak hanya kasus bunuh diri, namun kasus narkoba, pelecehan seksual, skandal, dan lain-lain kerap menjadi sorotan karena posisi mereka sebagai entertainer. Alih-alih menghakimi atau menanggapi secara berlebihan, lebih baik kita menjadikannya sebagai pembelajaran tentang do and don'ts tentang kehidupan.
6. Memilih panutan lain yang bisa memperkuat
Figur otoritas memegang peranan penting bagi perkembangan mental seseorang. Selain orangtua, keluarga terdekat, teman dan lingkungan, ternyata idola juga memiliki andil besar terhadap arah hidup dan cara berpikir. Memiliki idola yang cantik, ganteng, dan berbakat memang menyenangkan apalagi jika punya komunitas sehingga bisa berbagi kekaguman terhadapnya. Namun lebih bagus lagi jika panutan tersebut dilihat dari karakter dan tindakan positif yang dilakukan. Jika kedua hal tersebut tidak ada, hmm...pasti ada panutan lain yang lebih bisa menginspirasi.
7. Membaca hal-hal yang bisa memotivasi
Media cenderung meliput fenomena atau kejadian-kejadian faktual yang terjadi saat ini. Sayangnya berita-berita tersebut didominasi oleh liputan kriminalitas, politik dan lainnya yang melaporkan informasi yang kurang baik. Hal terbaik untuk menyeimbangkannya adalah dengan tidak membacanya sama sekali atau mengalihkan bacaan ke informasi positif tentang hidup, tips, tutorial, dan kutipan-kutipan yang menginspirasi.
8. Hindari menonton atau membaca berita negatif secara intens.
Ungkapan 'cukup tau aja' pas untuk menggambarkan hal ini. Walaupun kalau urusannya dengan idola, tentu kita mengikuti semua informasi tentangnya, yang harus diperhatikan jika mendapati berita negatif adalah hindari berlarut-larut dan berfikir bahwa it's the end of the world. Tontonan dan berita miring lainnya juga perlu dibatasi karena efek yang ditimbulkan dapat berupa paranoid dan kegelisahan sehingga akhirnya aktivitas sehari-hari dan cara berpikir ikut terpengaruh.
9. Ingatlah hal-hal baik tentang idola
Puncak dari perasaan damai adalah bersyukur. Walaupun banyak hal yang disayangkan, namun bersyukurlah bahwa sang idola sudah memberikan warna terhadap kehidupan. Percaya bahwa semua akan tetap hidup dengan baik setelah itu. Life goes on...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H