Mohon tunggu...
Evelyn Stefiliana Liang
Evelyn Stefiliana Liang Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurusan Ilmu Hubungan Internasional di UPN Veteran Yogyakarta

Greetings Everyone! You can call me Evelyn, I am an active student at UPN "Veteran" Yogyakarta, Faculty of Social and Political, I major in International Relations. I like to learn new languages, research and volunteer. Furthermore I have a tendency to participate and contribute in various activities that can hone my self growth and skills. I’ve taken on various leadership lessons and roles, including mentoring. Moreover to strengthen my skills on Diplomacy, Negotiations, Public Speaking, Communication, Teamwork and Problem Solving I joined an Organization on my campus and often participate in Model United Nations. Currently I have an interests to learn about Business, Content Marketing and SDGs.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Peran TikTok dalam Digitalisasi Konflik Rusia-Ukraina: Dampak Media Sosial terhadap Opini Publik dan Propaganda Global

8 Desember 2024   10:13 Diperbarui: 8 Desember 2024   13:12 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://vt.tiktok.com/ZSj3XwQ9E/ 

Media sosial yang digerakkan oleh teknologi telah memantapkan dirinya sebagai media komunikasi yang paling efektif dan populer di kalangan masyarakat pada saat ini. Peran aktor negara dalam dinamika politik internasional telah berkurang, sehingga munculah aktor non-negara yang semakin menonjol.

Konflik Rusia-Ukraina dimulai pada Februari 2022, pengaruh media sosial, khususnya platform TikTok, menjadi semakin eksis di berbagai kalangan. Media sosial berubah dari media komunikasi yang sederhana menjadi arena perang informasi yang mempengaruhi perspektif global.

Kronologi dimulai pada saat pasukan militer Rusia memamerkan kemampuan mereka di perbatasan dengan Belarus. Insiden ini merupakan bagian dari pola konfrontasi yang lebih luas antara kedua negara. 

Laporan menunjukkan bahwa Rusia mengerahkan kontingen pasukan yang besar untuk melakukan invasi ke Ukraina. Sepanjang Februari hingga Maret, operasi militer Rusia terus berlanjut, yang mengakibatkan pemboman tanpa henti di seluruh kota Ukraina. 

Serangan tersebut melibatkan artileri dan rudal, yang menyebabkan kerusakan signifikan pada infrastruktur penting. Banyak fasilitas vital di Ukraina, termasuk bandara, rumah sakit, kawasan pemukiman, lembaga pendidikan, dan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir, terkena dampak parah akibat tindakan militer ini.

Serangan Rusia ini telah dicirikan sebagai ancaman serius terhadap keselamatan manusia. Tindakan ini juga dipandang sebagai pelanggaran hukum internasional.

Berawal dari penyerangan, lalu muncul viralitas konflik yang terjadi di Rusia dan Ukraina. Penyebaran informasi ini menambah ketegangan dan memengaruhi perspektif global terhadap peristiwa tersebut.

Penelitian menunjukkan bahwa jutaan konten terkait konflik ini telah dibuat dan disebarkan di TikTok. Hal ini menekankan keterlibatan signifikan berbagai pemangku kepentingan, termasuk organisasi pemerintah, aktivis, dan warga negara biasa dalam membentuk narasi global.

TikTok dikategorikan sebagai aktor non-negara yang banyak digunakan oleh semua kalangan terutama kalangan pada anak muda untuk berbagai macam kepentingan, Menurut Subagyo, Agus (2019) salah satu kegunaan media sosial saat ini adalah untuk mempengaruhi persepsi publik global dan secara efektif menciptakan representasi dunia yang kohesif, terstruktur, dan sistematis terutama dalam konteks hubungan internasional.

Seiring berlangsungnya konflik Rusia-Ukraina, TikTok telah terbukti menjadi instrumen yang sangat diperlukan bagi kedua belah pihak. Kedua belah pihak tersebut terdiri dari masyarakat, pendukung dan Pemerintah Ukraina juga Rusia, yang memungkinkan mereka untuk mengungkapkan kepada dunia kondisi brutal yang dialami negaranya sebagai akibat dari konflik ini. 

TikTok dimanfaatkan oleh banyak kreator dan media dengan efektif untuk menyampaikan informasi mengenai kejahatan perang yang dilakukan oleh pasukan Rusia, maupun kondisi Ukraina setelah serangan Rusia. Penyebaran informasi ini menciptakan dua kelompok, yakni kelompok pro dan kontra.

Simpatisan mulai bermunculan untuk memberikan santunan atas kejahatan perang yang dilakukan oleh Rusia di Ukraina. Di sisi lain, ada argumen yang menyatakan bahwa kejahatan perang Rusia merupakan bentuk ketegasan Putin untuk memperlihatkan otoritas dan kekuasaan Rusia terhadap Ukraina.

Sebagai contoh, berbagai kreator TikTok mulai bermunculan dan berkreasi sebagai hiburan maupun dukungan. Tren viral yang muncul antara lain sound "RASS TERKUAT DIMUKA BUMI," yang digunakan oleh 110.5K pengguna.

Sound ini berisikan seruan kemenangan oleh Presiden Vladimir Putin, yang aslinya berbunyi "Brazikowasz Sinyom Elikpadidie Ura." Sound ini sangat populer karena perpaduan bass jedag-jedug yang digemari banyak orang.

Tidak berhenti sampai di situ, seruan kemenangan dalam pidato Presiden Putin juga banyak diikuti dan di-edit oleh masyarakat asing sebagai sound TikTok. Salah satunya adalah remix yang dibuat oleh konten kreator bernama @ivanrmusic, dengan penggunaan sound sebanyak 106.5K.

Sound ini kemudian berhasil viral dan digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia dalam berbagai macam konten yang beragam. Keberhasilan sound ini menunjukkan betapa luasnya dampak digital dalam penyebaran informasi dan opini.

Tren sound yang berasal dari pidato Presiden Putin bukanlah satu-satunya yang mendapat perhatian. Statement yang disampaikan oleh Putin dalam konflik ini juga menuai atensi dari khalayak umum di berbagai negara.

Salah satu pernyataan tersebut mengecam negara-negara Barat, untuk tidak mencampuri konflik ini atau ada konsekuensi yang serius. Pidato ini semakin memperburuk ketegangan dalam hubungan internasional.

Sumber: https://vt.tiktok.com/ZSj34Hbq5/ 
Sumber: https://vt.tiktok.com/ZSj34Hbq5/ 

Kehadiran viralitas Rusia disebut-sebut dapat merubah persepsi masyarakat internasional. Dilansir dari Liputan6.com menurut Dudy Rudianto dari Evello, platform pemantau data besar yang berlokasi di Jakarta, sebagian besar netizen Indonesia menunjukkan dukungan terhadap Rusia, dengan jumlah pendukung sebanyak 95 persen di TikTok. 

Sebaliknya, berbagai media juga kerap memberitakan statement Presiden Zelensky untuk menjangkau khalayak internasional dan mendapatkan simpati dan dukungan internasional, dengan fokus target pada generasi muda untuk meningkatkan kesadaran tentang keadaan Ukraina.

Hal tersebut mereka lakukan dengan menyelaraskan pesan mereka dengan tren TikTok yang populer, dimana mereka telah berhasil mendapatkan empati dan dukungan dari komunitas global.

Tren ini menunjukkan bagaimana TikTok menjadi alat yang efektif dalam mempengaruhi opini publik internasional. Penyebaran informasi ini juga membuktikan bagaimana platform media sosial dapat membentuk persepsi global terkait konflik besar seperti Rusia-Ukraina.

Sumber: https://vt.tiktok.com/ZSj3XwQ9E/ 
Sumber: https://vt.tiktok.com/ZSj3XwQ9E/ 

Contoh menarik muncul dari video yang diunggah oleh pengguna TikTok @lovinmaltaofficial, yang memiliki 100,3K pengikut. Video tersebut menggambarkan Presiden Zelensky menyampaikan seruan untuk bertindak dengan menyatakan "Slava Ukraini" di hadapan Parlemen Eropa.

Hal ini menyoroti fungsi TikTok sebagai media yang kuat. TikTok dapat memengaruhi pandangan internasional tentang konflik ini. Narasi politik yang penting dapat dibagikan secara luas dalam waktu singkat.

Digitalisasi telah memungkinkan penyebaran propaganda dari kedua belah pihak. Rusia dan Ukraina sama-sama berusaha untuk menetapkan sikap mereka dalam konflik yang sedang berlangsung ini. TikTok telah muncul sebagai alat yang ampuh untuk penyampaian pesan.

Konten yang beredar di TikTok menyajikan berbagai sudut pandang. Ukraina secara umum mendukung aliansi Barat, sehingga menempatkan Rusia dalam situasi yang rentan dan memaksanya untuk terlibat dalam tindakan militer.

Perkembangan tersebut menyebabkan eskalasi konflik bersenjata yang signifikan. Rusia, dengan dalih memastikan keamanan nasionalnya, berpendapat bahwa intervensi militer diperlukan untuk mengatasi perluasan NATO di Eropa Timur dengan menyoroti dinamika geopolitik historis dengan Ukraina. Mereka juga menuduh negara-negara Barat memanipulasi keadaan untuk keuntungan mereka sendiri.

Sebaliknya, Ukraina dan sekutu Baratnya melabeli tindakan Rusia sebagai pelanggaran kedaulatan serta perebutan kemerdekaan, yang dianggap sebagai pelanggaran hukum internasional. Melalui pertarungan digital ini, sangat jelas terlihat bahwa kedua faksi memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan narasi dan propaganda mereka dengan tujuan menggaet lebih banyak dukungan secara digital.

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan secara digital melalui platform TikTok, dapat disimpulkan bahwa digitalisasi konflik Rusia dan Ukraina di TikTok telah membawa dampak yang besar, terutama dalam pengembangan opini publik global, mempengaruhi diplomasi digital, dan menghasilkan narasi baru dalam dinamika hubungan internasional yang terus berkembang. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun