Senjata yang dimiliki saat itu ialah keris dan tombak. Keris diletakkan pada sebuat tempat penyangga agar dapat berdiri. Tempat penyangga keris berwarna hitam. Museum Semarajaya memiliki tiga lemari kaca untuk menyimpan koleksi kerisnya.
Surat ditulis diatas daun lontar. Salah satu isi suratnya ialah Raja yang mengingatkan putranya agar menjaga keutuhan kerajaan dari serangan Belanda. Koleksi surat yang ditulis diatas daun lontar tersimpan rapi didalam pigura, lengkap dengan terjemahan dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
Koleksi pada jaman purbakala juga ada di museum ini. Pengunjung dapat melihat barang-barang yang terbuat dari batu seperti sandaran tahta batu untuk sandaran duduk orang jaman dulu, lempengen batu berbentuk bundar untuk alas duduk, lumpang dan guci besar.
Koleksi lain yang ditampilkan di museum ini adalah foto-foto dari raja, anggota kerajaan Klungkung dan para pembesarnya, patung dari batu berupa orang Portugis yang mengenakan topi, koran berukuran besar dalam bahasa Belanda, brankas, peralatan upacara keagamaan, maket, lukisan dan alat musik. Di bagian lain museum Semarajaya terdapat ruangan yang memamerkan karya seni Ambron.
Berkunjung ke Museum Semarajaya membuat kita sadar bahwa sejak dulu masyarakat Klungkung mempunyai rasa nasionalisme dengan menjaga wilayahnya dari penjajahan Belanda. Selain itu masyarakat Klungkung rajin bekerja, pagi hari mereka sudah mulai membuat garam dan air nira. Rasa nasionalsime dan rajin bekerja merupakan sifat yang harus kita ajarkan kepada generasi muda. Untuk gambar lainnya dapat dilihat di https://evelineseva.wordpress.com/2015/11/28/cermin-masa-lalu-klungkung-di-museum-semarajaya/
Â
Oleh : Eveline Y. Bayu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H