Mohon tunggu...
Eveline Yulianti Bayu
Eveline Yulianti Bayu Mohon Tunggu... Akuntan - Ibu rumah tangga yang tinggal di outback Australia, mencintai budaya dan traveling.

Always look at the bright side https://evelinegoesholiday.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pasar Beringharjo Pasar Tradisional yang Tak Pernah Mati

9 Desember 2014   18:06 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:41 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PASAR BERINGHARJO PASAR TRADISIONAL YANG TAK PERNAH MATI

Oleh : Eveline Y. Bayu

[caption id="attachment_340349" align="aligncenter" width="300" caption="Pasar Beringharjo tampak depan di malam hari."]

1418100453490645819
1418100453490645819
[/caption]

Pasar Beringharjo Yogyakarta terletak jalan Pabringan no. 1 atau di bagian ujung kawasan Malioboro. Pasar seluas 2,5 H ini terdiri dari tiga lantai dan dihuni sekitar 7.000 pedagang. Di bagian depan pasar atau pintu utama terdapat tulisan pasar Beringharjo dalam aksara Jawa (hanacaraka). Geliat pasar Beringharjo mulai dirasakan pada pukul 6 pagi dan berakhir pada pukul 5 sore.

[caption id="attachment_340350" align="aligncenter" width="800" caption="Bagian depan pasar Beringharjo di pagi hari tampak lengang"]

1418100505969745781
1418100505969745781
[/caption]

Beringharjo bukan sekedar menjadi pasar atau tempat bertemunya penjual dan pembeli, tetapi memiliki banyak peran. Pasar Beringharjo menjadi saksi dari roda perekonomian mulai jaman kerajaan, jaman pejajahan hingga sekarang. Pasar Beringharjo juga menjadi salah satu tujuan wisata di kota Jogjakarta. Selain itu, pasar ini juga menjadi tempat pelestarian budaya Jawa, karena menjual batik, kain lurik, jarik, blangkon dan barang barang kuno. Setiap hari pasar ini selalu dipenuhi pengunjung. Mereka rela berdesak desakan sambil menawar harga saat berbelanja di pasar Beringharjo. Selain itu pengunjung harus selalu waspada terhadap copet. Tapi pasar Beringharjo tetap menarik untuk dikunjungi.

Banyak pihak menggantungkan hidupnya di pasar Beringharjo. Bukan hanya pedagang yang berjualan di pasar Beringharjo. Tukang parkir, ibu-ibu yang menyediakan jasa mengangkat barang belanjaan, pengamen dan tukang becak memperoleh kehidupan dari pasar Beringharjo.

[caption id="attachment_340355" align="aligncenter" width="800" caption="Tampak depan pasar Beringharjo di siang hari"]

14181007121110078234
14181007121110078234
[/caption]

Dulu kawasan Beringharjo merupakan hutan yang dipenuhi dengan pohon beringin. Setelah berdirinya Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat pada tahun 1758 M, kawasan ini menjadi perekonomian masyarakat Yogyakarta. Akhirnya Keraton Yogyakarta merasa perlu membangun sebuah pasar. Nederlansch Indisch Beton Maatschappij (Perusahaan Beton Hindia Belanda) ditugaskan untuk membangun los los pasar dan selesai pada tanggal 24 Maret 1925. Setelah tahap pertama selesai, dilanjutkan pembangunan tahap kedua dibagian selatan dan selesai pada bulan Agustus 1925. Pembangunan tahap ketiga selesai dikerjakan pada bulan April 1926. Bangunan pasar Beringharjo menggunakan kontruksi beton bertulang dengan arsitektur bergaya tropis. Hal ini membuat pemerintah Hindia Belanda menyebut pasar Beringharjo sebagai ”Een Der Mooiste Passers Op Java” (pasar terindah di Jawa). Sri Sultan Hamengkubuwono VIII menamakan pasar tersebut dengan Pasar Gedhe.

Pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono IX, nama Pasar Gedhe diganti dengan pasar Beringharjo. Beringharjo berasal dari kata Bering dan Harjo. Bering artinya pohon beringin, mengingat tempat tersebut dulunya merupakan hutan pohon beringin. Pohon beringin menunjukan kebesaran, dan pengayoman bagi masyarakat, jadi sesuai dengan apa yang diemban pasar tersebut sebagai pasar pusat atau pasar ”Gedhe” bagi kota Yogyakarta. Harjo artinya kesejahteraan. Pada tahun 1951 dan 1970, pasar Beringharjo direhabilitasi. Pada tahun 1986 pasar Beringharjo mengalami kebakaran.

Semua barang, terutama barang khas Yogyakarta ada di pasar Beringharjo. Hal itu yang membuat pasar ini tetap menarik bagi pengunjung. Lantai 1 didominasi penjual baju batik, kain batik, kaos. Meskipun demikian, juga terdapat penjual gorden, tas dan peralatan memasak. Lantai 2 dan 3 digunakan untuk berjualan handphone, pakaian, barang antik dan busana muslim. Soal harga, sudah pasti pasar Beringharjo paling murah, asalkan pandai menawar.

[caption id="attachment_340354" align="aligncenter" width="800" caption="Bagian dalam, lantai 1 pasar Beringharjo"]

14181006381735416141
14181006381735416141
[/caption]

Bagian depan pasar Beringharjo, terdapat pedagang yang menawarkan makanan khas Jogja, seperti bakpia, geplak, brem bulat, nasi pecel, nasi gudheg, es dawet. Meskipun para pedagang di pasar Beringharjo belum buka, tetapi pedagang makanan tersebut sudah diserbu oleh pembeli. Mereka datang untuk sarapan sambil menikmati pemandangan kawasan Malioboro yang belum terlalu ramai. Pasar Beringharjo merupakan pasar tradisional yang dapat bertahan ditengah kepungan mall. Selamat berbelanja di pasar Beringharjo.

[caption id="attachment_340351" align="aligncenter" width="800" caption="Penjual makanan di bagian depan pasar Beringharjo."]

1418100553742876543
1418100553742876543
[/caption] [caption id="attachment_340352" align="aligncenter" width="800" caption="Bagian dalam pasar Beringharjo kala terlelap di malam hari."]
141810059125548041
141810059125548041
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun