Proses identifikasi identitas diri yang tidak sesuai dengan tugas - tugas perkembangan pada masa remaja saat ini sering terjadi, yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya, tidak menerima identitas gendernya sendiri dan belum mencapai kemandirian emosional dari orang tua atau figur-figur yang mempunyai otoritas.
Hal tersebut dapat terjadi karena faktor dari individu itu sendiri maupun lingkungannya. Perilaku individu yang dapat muncul akibat peristiwa tersebut memungkinkannya untuk mengidentifikasi dan memutuskan bahwa adanya ketidaknyamanan secara afektif atau kognitif dengan gender biologis yang ia miliki dengan menginginkan perubahan dari gender tersebut.
Data di Indonesia terkait individu dengan Gender Dysphoria yang dimiliki oleh Yayasan Srikandi Sejati yaitu terdapat sebanyak 6 juta transgender hidup dan tinggal di Indonesia (Manik, dkk, dalam S Safaningrum, dkk., 2023).
Istilah gender diperkenalkan oleh para ilmuwan sosial untuk menjelaskan perbedaan perempuan dan laki-laki yang bersifat bawaan sebagai ciptaan Tuhan dan yang bersifat bentukan budaya yang dipelajari dan disosialisasikan sejak kecil. Kata gender berasal dari Inggris, gender berarti jenis kelamin. Gender dapat diartikan sebagai perbedaan antara laki-laki dan perempuan dilihat dari segi nilai dan perilaku.
Gender Dysphoria berbeda dengan pengertian maskulin ataupun feminin (ekspresi gender) yang merupakan karakteristik yang terkait tentang peran gender seseorang, seperti penampilan, cara berpakaian, perilaku, maupun cara berbicara.
Gender Dysphoria
Menurut DSM - V (Diagnostic and statistical manual of mental disorders), Gender Dysphoria didefinisikan sebagai ketidaksesuaian antara identitas gender seseorang dan jenis kelamin mereka yang menyebabkan individu tersebut merasa tertekan atau tidak nyaman. Seseorang dapat dikatakan mengalami Gender Dysphoria jika mengalami sedikitnya dua kriteria menurut DSM – V selama sekitar enam bulan.
Gejala
Berdasarkan DSM-V gejala Gender Dysphoria sebagai berikut;
- Perbedaan signifikan antara identitas gender dan karakteristik jenis kelamin
- Keinginan kuat untuk menghilangkan atau menghambat perkembangan karakteristik  seksual sekunder
- Keinginan yang kuat untuk menjadi gender lain
- Ingin diperlakukan sebagai gender lain
Faktor Penyebab