Tadi di pasar sebelah stasiun kereta, aku lihat seorang bapak tukang becak sedang nyaman tertidur di becaknya. Kesibukan dan kebisingan sekitarnya seakan tidak  mengganggu dia. Karena terlihat dia begitu santai dan enak tidur di becaknya,  ditengah keramaian dan udara dingin disertai rintik hujan.
O.. indahnya pagi ini.. Â Langsung saja mengalir sejuk di hati melihat tukang becak itu. Â Sempat terbersit kata di hatiku.. Bahagia itu sederhana. Â Ya.. bahagia itu kita sendiri yang memilih. Â Dalam kesederhanaan, bapak becak menularkan bahagia di hatiku. Menyapaku bahwa hidup ini kalau dinikmati sungguh menyenangkan. Mensyukuri apa yang ada dan bisa kita nikmati adalah bagian dari perjalanan hidup ini. Â Dan itu akan memberi rasa bahagia.
 Dear Diary,
Aku jadi ingat pernah membaca kata bijak : ’Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang’.
Sungguh suatu syukur buatku karena hari ini aku merasakan bahagia dari sejak bangun dari tidur. Dan kinipun aku masih bisa melihat setiap kejadian dengan kacamata syukur. Â Tentu saja aku bertambah bahagia bila melihat banyak sahabatku yang juga membiarkan bahagia merasuki tubuh mereka.
Karena memang bahagia akan menjadi tonikum untuk kita berkarya tiap harinya. Dengan hati dan jiwa yang bahagia maka segala pekerjaan akan dilakukan dengan senang. Dan itu akan menyehatkan badan kita. Bahagia yang tidak diukur oleh status sosial seseorang atau kedudukan seseorang.
Dear Diary,
Ingatkan aku selalu juga ya.. Â Kalau bahagia itu sebuah pilihan. Karena aku mau memilihnya setiap hari, tatkala pagi menyapa.
Bye…
Â
Inilah Hasil Karya Peserta Event My Diary (www.kompasiana.com/fiksiana-community)