Mohon tunggu...
Evayanti Yulianaputri
Evayanti Yulianaputri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang mahasiswi Prodi Sosiologi Unej

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Potret Wirausaha Petis oleh Perempuan Pesisir di Kecamatan Puger

5 Desember 2022   20:35 Diperbarui: 5 Desember 2022   20:53 711
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 5. Dokumentasi saat wawancara. Dokpri

Puger menjadi salah satu wilayah yang otentik. Pasalnya wilayah ini menjadi tempat pelabuhan perikanan dan Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Wilayah ini terletak di Kabupaten Jember bagian selatan. Dikatakan otentik, karena wilayah ini memiliki keindahan laut yang luar biasa. Tidak hanya memiliki laut yang indah tapi Puger memiliki potensi pariwisata yang cukup apik dan ramai pengunjung. Salah satu pariwisata yang terkenal adalah Pantai Pancer Puger, Pantai Kucur, Pantai Cemara, Gunung Kapuran, dan masih banyak lagi. Kemajuan dalam hal pariwisata ini membuat tingkat perekonomian yang ada di Puger meningkat. 

Bahkan tidak hanya dengan potensi wisata, perekonomian di wilayah ini juga didukung dengan adanya Pabrik Semen Puger. Pabrik ini secara tidak langsung membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat sekitar Puger. Adanya potensi-potensi tersebut membuat Puger menjadi salah satu wilayah yang memiliki kemandirian ekonomi yang sudah maju.

Mayoritas penduduk di Puger ini berprofesi sebagai nelayan dan sisanya memproduksi hasil olahan laut. Tidak hanya itu, UMKM juga turut hadir sebagai komponen penyumbang perekonomian di Puger. UMKM tersebut adalah mereka yang memproduksi hasil olahan laut menjadi berbagai produk unggulan seperti halnya ikan kering, kerupuk ikan, terasi, petis, dan masih banyak lagi.

Produk unggulan ini masing-masing sudah memiliki brand dan dikenal oleh seluruh masyarakat Indonesia. Produk-produk mereka tidak hanya diminati di wilayah Jember saja, melainkan juga diminati oleh masyarakat luar jawa, bahkan sudah ada beberapa produk yang bertaraf internasional. Salah produk yang sudah bertaraf internasional ini adalah produk petis yang dijual oleh Ibu Risma. Produk Petis yang dijual ini sudah memiliki brand yaitu Petis Pedas Risma Kharisma.

Ibu Risma adalah seorang ibu rumah tangga yang saat ini sedang berprofesi sebagai penjual Petis Pedas Risma Kharisma. Saat ini, ia menjadi salah satu wujud nyata perempuan pesisir di Kecamatan Puger yang berhasil merintis makanan olahan dari hasil ikan. Beliau, saat ini sudah berusia 28 tahun dan dikaruniai dua anak. 

Suaminya berprofesi sebagai nelayan dan kerap kali membantu istrinya dalam mengelola usaha Petis Pedas Risma Kharisma. . Hal yang melatarbelakanginya menjadi wirausaha Petis Pedas Risma Kharisma adalah untuk meneruskan bisnis ibunya dalam menjual petis original. Di samping itu, ia juga cukup menyukai olahan petis buatan ibunya. Pada suatu ketika ia mencoba membuat variasi baru olahan petis salah satunya dengan mencampurkan petis dan cabe. Variasi ini nampaknya berhasil menjadi sebuah produk baru dan memiliki cita rasa yang khas. 

Sesuai dengan ceritanya "karena saya suka pedas-pedas dan sewaktu makan rujak bikin petisnya kebanyak yang sudah ada cabenya jadi saya iseng memasukkan petis pedas yang saya olah kedalam wadah kecil. Menurut saya jadi petis pedas pasti enak dan kebetulan disini yang jual produk seperti itu tidak ada" ucapnya. Pada mulanya, ia tidak memiliki modal untuk merintis usaha ini. Kala itu, ia meminjam uang pada ibunya sebesar Rp. 200.000, sekaligus meminjam dua lusin petis original milik ibunya. 

Hal ini membuat Ibu Risma memutar otak untuk memanfaatkan uang tersebut sekaligus petis 2 lusin ini untuk membuat olahan petis pedas. Tanpa disadari, olahan pertama darinya berhasil ia jual dengan harga lima ribu rupiah. Perjuangannya untuk menjadi wirausaha petis penuh dengan lika-liku permasalahan. Namun, ia tidak pernah menyerah karena ada dukungan dari keluarga khususnya suami dan anak-anaknya.

Proses pembuatan Petis Pedas ini cukup kompleks. Bahan dasar dari olahan petis ini adalah air ikan pindang, ikan tongkol, dan cabe merah pedas (lombok sret). Disamping itu, juga memerlukan bahan-bahan pelengkap seperti penyedap rasa, gula merah, garam, bawang putih, tepung terigu, tepung tapioka, dan tepung beras. Langkah-langkah pembuatannya pertama, membuat air kaldu yang terbuat dari air ikan pindang. 

Kedua, apabila air kaldu sudah jadi maka perlu disaring terlebih dahulu. Ketiga, menghaluskan ikan tongkol sebagai bahan dasar pembuatan petis. Keempat, tambahkan bahan-bahan lainnya seperti penyedap rasa, gula merah, garam, bawang putih, tepung terigu, tepung tapioka, dan tepung beras. 

Kelima, semua bahan-bahan tersebut dimasak secara bersamaan. Keenam, adonan tersebut diaduk sampai menjadi hitam agak pekat, kental, dan asam. Setelah olahan kaldu tersebut sudah jadi maka sudah bisa dikatakan olahan petis, selanjutnya petis tersebut didinginkan. Terakhir, beralih pada proses pengemasan. Pengemasan dilakukan menggunakan wadah plastik dan cup plastik.

Gambar 2. Contoh Olahan Petis yang Menggunakan Cup Plastik. Dokpri
Gambar 2. Contoh Olahan Petis yang Menggunakan Cup Plastik. Dokpri

Produk Petis yang dijual Ibu Risma ini memiliki keunggulan yang berbeda dengan produk lainnya. Apabila dibandingkan dengan petis yang lain, produk Petis Pedas Risma Kharisma ini memiliki cita rasa yang khas. Produknya ini tidak memiliki bau amis seperti halnya produk lain. Selain itu, produk petis ini bisa tahan sampai 3 bulan bahkan meskipun sudah tiga bulan petis ini masih bisa dimakan. 

Sesuai dengan ceritanya "saya kemarin pernah melakukan tes pada produk yang saya jual untuk menguji berapa lama petis saya bisa kadaluarsa. Saya tarus 2 cup petis di atas lemari selama tiga bulan. Setelah tiga bulan berlalu ternyata masih bisa dimakan. Tapi ya itu bagian tutupnya ada sedikit jamur, tapi kalau di lap sudah kembali bersih. Waktu itu, juga langsung dimakan oleh keponakan saya. Ketika dimakan keponakan saya tidak apa-apa dan katanya rasanya tetap enak" tuturnya.

Rasanya yang pedas berbeda dengan petis lainnya. Meskipun petis lain memiliki rasa pedas tapi rasa pedasnya berbau cabe, sedangkan petis yang dijual Ibu Risma ini tidak berbau cabe padahal bahan dasarnya adalah cabe. Hal ini bisa demikian karena jenis cabe yang digunakan bukan cabe biasa melainkan cabe sret (lombok sret).

Tidak hanya petis pedas yang menjadi varian unggulnya, melainkan terdapat varian rasa lain. Salah satunya ada petis original, petis pedas manis, dan petis pedas asin.

Gambar 3. Petis Original. Dokpri
Gambar 3. Petis Original. Dokpri

Gambar 4. Petis Pedas. Dokpri
Gambar 4. Petis Pedas. Dokpri

Dalam sehari, Ibu Risma berhasil memproduksi petis sebanyak 4-8 lusin. Petis ini dijual dengan harga Rp. 5.000,. Omset yang didapat per bulannya sebesar 14 juta rupiah. Disamping itu, proses pemasaran yang dilakukannya menggunakan metode konvensional dan modern. Biasanya produk ini dijual pada tukang sayur keliling, toko-toko terdekat, dan tetangga di sekitar rumahnya. Tidak hanya itu, produk petis ini juga dijual melalui media facebook dan whatsapp. Ia juga mempromosikan produknya di media sosial berupa Tik Tok, dengan harapan produk yang dijual bisa dikenal oleh masyarakat luas. Menurutnya, menjual petis di media sosial jauh lebih laris dan menguntungkan.

Akibat kerja kerasnya, petis ini di jual sampai pada taraf internasional. Melalui bantuan temannya yang merantau di luar negeri, olahan petis pedas ini berhasil dijual di berbagai negara salah satunya Malaysia, Hongkong, dan Taiwan. Pemasaran di luar negeri ini memakan biaya akomodasi yang tinggi, akan tetapi laba yang didapat pun dua kali lebih besar dari biasanya yaitu sekitar 42 juta rupiah.

Produksi petis yang dilakukan oleh Ibu Risma ini per harinya semakin meningkat. Awalnya petis yang diproduksi hanya 5 lusin, akan tetapi karena laku di pasaran petis yang di produksi mengalami peningkatan yaitu sebesar 12 lusin. Hal ini membuatnya kewalahan dalam memproduksi, belum lagi masih ada pesanan yang terkadang membuat Ibu Risma semakin kewalahan.

Kondisi ini membuatnya harus merekrut tenaga kerja untuk membantu memproduksi olahan Petis Pedas Risma Kharisma. Berdasarkan hal tersebut, beliau mencari tenaga kerja untuk membantunya dalam proses pengemasan. Alhasil, usaha ini memiliki 3 tenaga kerja. Tiga orang ini adalah pelajar SMP yang merupakan tetangga dekat Ibu Risma. Dalam sehari, para pekerja ini diberi upah sebesar Rp. 30.000, ia terkadang juga memberikan makanan untuk tenaga kerjanya ini.

Selama menjual petis dari tahun 2019, nyatanya sudah berjalan selama 3 tahun. Selama berjualan, ia sering kali mengalami hambatan dan tantangan. Hambatan ini bermula ketika adanya pandemi Covid-19. Saat Pandemi Covid-19 hadir di Indonesia, penjualan petis mengalami penurunan. Dimana awalnya sehari terjual 12 lusin, tapi karena adanya pandemi penjualan hanya laku satu lusin.

Sesuai dengan penuturannya "sewaktu rame Covid-19 hanya ada di luar negeri, begitu masuk ke Indonesia lalu ke Puger menjadi zona hitam, itu langsung sepi pembeli dan saya hanya bisa menjual 1 lusin saja" tuturnya. Hal ini membuat Ibu Risma kesulitan dalam membantu perekonomian keluarganya. 

Waktu itu, ia harus memutar otak untuk bekerja sampingan. Ia harus menjual jajanan anak kecil seperti snack, es, dan masih banyak lagi. Disamping memiliki hambatan, ia juga kerap mendapatkan tantangan. Tantangan ini berangkat dari usahanya yang semakin banyak ditiru oleh masyarakat sekitarnya. Hal ini dikarenakan pembuatan petis bisa dilakukan oleh semua orang. Akan tetapi, hal ini tidak membuatnya takut karena petis yang ia jual memiliki cita rasa yang khas dan berbeda dengan jenis petis lainnya. 

Sesuai dengan cerita beliau "sewaktu itu rame karena belum ada yang jual, namun sekarang karena mungkin banyak yang tau saya jualan rame di Facebook jadi banyak yang meniru. Namun, dari hasil olahan mereka juga ada kurangnya menurut saya (misal: kurang asin, kemanisan, dan bisa pahit juga) cara mengatasi pahit itu, saya menambahkan gula" ucapnya. Banyaknya masyarakat sekitar yang menjual petis tidak membuatnya patah semangat, ia tetap berusaha memberikan cita rasa yang enak agar kualitas petisnya tidak kalah dengan produk lainnya.

Petis Pedas Risma Kharisma nyatanya bisa mendapatkan respon yang positif dari para konsumen. Seperti survei yang telah dilakukan oleh Ibu Risma, dengan cara mempertanyakan langsung pada pelanggannya. Nyatanya para pelanggan merasa puas dengan produk yang dijualnya. Kepuasan pelanggan ini disebabkan oleh rasa petisnya yang berbeda dengan petis lainnya. Bahkan bahan-bahan yang digunakannya adalah bahan yang berkualitas sehingga hasil produk yang dihasilkan juga berkualitas. Disamping itu, kepuasan pelanggan juga berasal dari harga petis ini.

Petis yang dijual dengan harga lima ribu rupiah ini sangat terjangkau bagi kalangan konsumen. Meskipun kemarin harga cabe melambung tinggi, tapi harga yang dijual tetap pada angka lima ribu rupiah. Kondisi ini oleh Ibu Risma diakali dengan cara mengurangi berat petis dalam cup plastik. Hal ini ia lakukan untuk menghindari komplain dari para konsumennya.

Usaha Petis Pedas Risma Kharisma yang telah ia rintis mulai tahun 2019, nyatanya bisa memberikan dampak positif bagi perekonomian keluarganya dan masyarakat. Bagi keluarganya, usaha ini bisa menjadi penghasilan tambahan bagi keluarga Ibu Risma. Ibu Risma yang notabenenya hanya seorang ibu rumah tangga berhasil menjadi wanita yang sudah memiliki kemandirian dalam basis ekonomi. Secara tidak langsung, ia juga berhasil untuk tidak lagi bergantung pada penghasilan suaminya. Justru suaminya malah terbantu dengan usaha petis pedas yang dijualnya. 

Disamping itu, usaha Petis Pedas Risma Kharisma ini memberikan manfaat atau dampak secara tidak langsung bagi masyarakat sekitar. Dampak ini yaitu dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat sekitar pesisir. UMKM berkontribusi besar terhadap perekonomian negara. Hal ini disebabkan oleh beberapa komponen. Pertama, UMKM bisa menciptakan lapangan pekerjaan baru. Yang mana hal ini pastinya membutuhkan tenaga kerja. Semakin banyak lapangan pekerjaan baru maka pengangguran bisa diminimalisir. 

Secara tidak langsung hal ini bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi di tingkat daerah maupun nasional. Kedua, meski UMKM adalah usaha kecil tapi mampu membantu perekonomian negara. Hal ini dikarenakan hampir seluruh wilayah di Indonesia menggeluti usaha ini. Apalagi di wilayah Puger yang mana hampir seluruh ibu rumah tangga di dekat pesisir memiliki usaha masing-masing.

Petis secara tidak langsung memiliki manfaat yang cukup kompleks. Dalam konteks kesehatan, petis memiliki kandungan protein. Setiap 100 gram petis ikan mengandung 20,0 gram protein. Dimana protein ini bermanfaat untuk pertumbuhan otot dan tulang, selain itu protein juga bermanfaat dalam memelihara dan mengganti jaringan tubuh yang sudah rusak. Petis juga memiliki manfaat untuk kebutuhan masakan rumah tangga, dimana hampir semua masakan rumahan pasti membutuhkan petis sebagai bumbu tambahan.

Kesuksesan Ibu Risma dalam usaha olahan Petis terbukti dari beliau dapat membeli sepeda motor Scoopy keluaran tahun 2015 dan mempunyai investasi dalam bentuk emas. Selain itu, beliau juga dapat menyekolahkan anaknya dan mampu membantu suaminya dalam kebutuhan sehari-hari dalam keluarga.

Gambar 5. Dokumentasi saat wawancara. Dokpri
Gambar 5. Dokumentasi saat wawancara. Dokpri

Penulis:

1. Evayanti Yuliana Putri

2. Linda Dwi Febriana

3. Ida Matus Silmi

4. Sri Ayu Evianti

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun