Mohon tunggu...
Evayanti Yulianaputri
Evayanti Yulianaputri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang mahasiswi Prodi Sosiologi Unej

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Difabel Inspiratif: Kisah Ibu Vian Seorang Disabilitas Fisik yang Ingin Mendirikian SLB Gratis

11 November 2022   19:37 Diperbarui: 16 November 2022   11:28 522
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan adalah salah satu aspek yang tidak pernah lepas dari kehudupan kita. Hal ini dikarenakan, untuk masuk di dunia kerja kita dituntut untuk memiliki riwayat pendidikan yang dibuktikan dengan ijazah baik SD, SMP, SMA, hingga perguruan tinggi. 

Tidak heran, jika banyak orang berlomba-lomba dalam menempuh pendidikan. Namun, bagi sebagian orang pendidikan masih sulit untuk digapai baik karena keterbatasan ekonomi, aksebilitas, hingga fisik. 

Dalam penerapannya pendidikan terbagi atas pendidikan reguler, pendidikan inklusif, dan pendidikan luar biasa. Pendidikan reguler adalah pendidikan yang diselenggarakan berdasarkan kurikulum tertentu dimana semua siswa mendapatkan perlakuan yang sama. 

Disamping itu, pendidikan inklusif adalah pendidikan yang memberikan layanan khusus terhadap mereka yang memiliki kelainan dan pelaksanaannya bersamaan dengan siswa normal dalam satu ruang yang sama. 

Terakhir, pendidikan luar biasa adalah pendidikan yang disusun secara khsusus bagi mereka yang memiliki keunikan dan penerapannya juga berbeda dengan pendidikan reguler.

Komponen pendidikan terdiri dari tenaga pendidik dan anak didik. Tenaga pendidik berperan memberikan transfer ilmu pada anak didiknya akan tetapi dalam pelaksanaannya terdapat tenaga pendidik yang kesulitan dalam melaksanakan perannya sebagai pengajar. 

Salah satunya pada tenaga pendidik difabel. Mereka kesulitan dalam mendaftar sebagai pengajar karena harus memenuhi persyaratan tertentu. 

Selain itu, kompetensi mereka kadang tidak diakui hanya karena keterbatasan fisik. Sama halnya dengan kisah Ibu Vian seorang disabilitas fisik yang sering kali mengalami hambatan dan tantangan ketika menjadi tenaga pendidik.

Ibu Vian adalah seorang disabilitas fisik yang menjadi tenaga pendidik di SLB Star Kids. Akan tetapi, sebelum beliau menjadi tenaga pendidik di SLB tersebut beliau sempat mengalami pengalaman tidak menyenangkan. 

Berdasarkan pemaparannya, beliau menceritakan "sebelum masuk SLB Star Kids saya mencoba mendaftar menjadi tenaga pendidik di SLB YPAC untungnya diterima tapi hanya disuruh menjadi tukang bersih-bersih asrama. Kemudian saya tolak karena merasa ilmu saya waktu kuliah sia-sia. Selanjutnya, saya mendaftar di SLB Bintoro tapi tidak diterima, kemudian saya ikut program Yayasan Sapda di Yogyakarta untuk menambah kegiatan baru, kemudian saya mendaftar menjadi guru di SLB Star Kids untungnya diterima. Sampai sekarang saya tetap menjadi guru di SLB Star Kids" ucap Bu Vian.

Dokpri
Dokpri

Selama menjadi tenaga pendidik Ibu Vian kerap mengalami hambatan dan tantangan. Hambatan yang dimaksud adalah beliau beberapa kali tidak diterima menjadi guru di SLB yang ada di Kabupaten Jember. 

Hal ini dikarenakan kondisi fisik beliau sehingga membuat lembaga SLB tidak mempercayai kompetensi Ibu Vian. Padahal difabel meskipun memiliki kekurangan dalam hal fisik, tapi mereka memiliki kapasitas dan kompetensi yang mumpuni untuk diajarkan. 

Disamping itu, tantangan yang sering diperoleh Ibu Vian adalah ketika mengajar beliau sering kali menadapatkan luka memar pada bagian tubuhnya karena harus mengatasi anak difabel yang sedang tantrum "saat tantrum saya sering mendapatkan luka dan memar ketika sedang mengajar. Hal ini dikarenakan pada saat tantrum, anak didik saya sering mencakar dan menggigit tangan. Bahkan, kacamata saya sampai ganti lima kali karena sering dirusak oleh anak didik saya yang sedang tantrum" tutur Ibu Vian.

Dalam melihat kondisi sekitar, Ibu Vian mengatakan bahwa pendidikan yang didapat difabel masih kurang. Hal ini dibuktikan dengan adanya beberapa anak difabel yang tidak mendapatkan pendidikan. 

Realitas tersebut disebabkan oleh minimnya dukungan dan perhatian orang tua pada difabel. Banyak orang tua beranggapan bahwa difabel adalah sebuah aib dan perlu disembunyikan. 

Selaras dengan penuturan Ibu Vian "buat apa memberikan pendidikan pada mereka, toh mereka tidak akan menjadi apa-apa" ucap Ibu Vian ketika melihat kondisi sekitarnya. 

Melihat kondisi ini, Ibu Vian memiliki harapan besar yaitu mendirikan SLB secara gratis di Kecamatan Sumbersari agar semua difabel dapat merasakan pendidikan layaknya anak normal. Beliau secara rasional ingin mengubah struktur dan pola pikir dalam masyarakat yang menganggap bahwa difabel itu sebagai aib keluarga.

Perubahan yang diharapkan oleh Ibu Vian selaras dengan teori perubahan sosial yang dinarasikan oleh Selo Soemarjan. Soemarjan, dalam buku berjudul Masyarakat dan Manusia dalam Pembangunan menggambarkan bahwa perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan akan memengaruhi sistem sosialnya, termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap, dan perilaku diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat. 

Sesuai dengan realitas yang dilakukan oleh Ibu Vian, dimana beliau meiliki harapan untuk membagun SLB gratis agar difabel bisa merasakan bangku pendidikan dengan layak. 

Disamping itu, harapannya dengan dibangunnya SLB gratis ini bisa merubah pola perilaku, nilai-nilai, dan sikap orang tua untuk memberikan pendidikan pada anak difabel meskipun terkendala biaya. 

Membangun SLB secara gratis bukan hanya menjadi harapan semata Ibu Vian. Akan tetapi, beliau mulai merealisasikan harapan tersebut melalui berbagai cara. Salah satunya dengan menabung dari hasil ia mengajar. 

Bahkan saat ini, beliau membuka penggalangan dana di berbagai platfom media online salah satunya di website kitabisa.com. Di dalam website kitabisa.com yang berjudul Bangun Sekolah Gratis, SLB Untuk Anak Difabel ini, beliau mendeskripsikan dirinya berkaitan dengan harapan dalam membangun SLB gratis. Penggalangan donasi tersebut terus beliau lakukan hingga dananya tercukupi untuk membangun SLB gratis.

Penulis : Evayanti Yuliana 200910302001

Muhammad Wildan 200910302078

Melfin Agustin Kumala 200910302040

Yuli Saptiningtiyas 200910302013

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun