Selama menjadi tenaga pendidik Ibu Vian kerap mengalami hambatan dan tantangan. Hambatan yang dimaksud adalah beliau beberapa kali tidak diterima menjadi guru di SLB yang ada di Kabupaten Jember.Â
Hal ini dikarenakan kondisi fisik beliau sehingga membuat lembaga SLB tidak mempercayai kompetensi Ibu Vian. Padahal difabel meskipun memiliki kekurangan dalam hal fisik, tapi mereka memiliki kapasitas dan kompetensi yang mumpuni untuk diajarkan.Â
Disamping itu, tantangan yang sering diperoleh Ibu Vian adalah ketika mengajar beliau sering kali menadapatkan luka memar pada bagian tubuhnya karena harus mengatasi anak difabel yang sedang tantrum "saat tantrum saya sering mendapatkan luka dan memar ketika sedang mengajar. Hal ini dikarenakan pada saat tantrum, anak didik saya sering mencakar dan menggigit tangan. Bahkan, kacamata saya sampai ganti lima kali karena sering dirusak oleh anak didik saya yang sedang tantrum" tutur Ibu Vian.
Dalam melihat kondisi sekitar, Ibu Vian mengatakan bahwa pendidikan yang didapat difabel masih kurang. Hal ini dibuktikan dengan adanya beberapa anak difabel yang tidak mendapatkan pendidikan.Â
Realitas tersebut disebabkan oleh minimnya dukungan dan perhatian orang tua pada difabel. Banyak orang tua beranggapan bahwa difabel adalah sebuah aib dan perlu disembunyikan.Â
Selaras dengan penuturan Ibu Vian "buat apa memberikan pendidikan pada mereka, toh mereka tidak akan menjadi apa-apa" ucap Ibu Vian ketika melihat kondisi sekitarnya.Â
Melihat kondisi ini, Ibu Vian memiliki harapan besar yaitu mendirikan SLB secara gratis di Kecamatan Sumbersari agar semua difabel dapat merasakan pendidikan layaknya anak normal. Beliau secara rasional ingin mengubah struktur dan pola pikir dalam masyarakat yang menganggap bahwa difabel itu sebagai aib keluarga.
Perubahan yang diharapkan oleh Ibu Vian selaras dengan teori perubahan sosial yang dinarasikan oleh Selo Soemarjan. Soemarjan, dalam buku berjudul Masyarakat dan Manusia dalam Pembangunan menggambarkan bahwa perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan akan memengaruhi sistem sosialnya, termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap, dan perilaku diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat.Â
Sesuai dengan realitas yang dilakukan oleh Ibu Vian, dimana beliau meiliki harapan untuk membagun SLB gratis agar difabel bisa merasakan bangku pendidikan dengan layak.Â
Disamping itu, harapannya dengan dibangunnya SLB gratis ini bisa merubah pola perilaku, nilai-nilai, dan sikap orang tua untuk memberikan pendidikan pada anak difabel meskipun terkendala biaya.Â
Membangun SLB secara gratis bukan hanya menjadi harapan semata Ibu Vian. Akan tetapi, beliau mulai merealisasikan harapan tersebut melalui berbagai cara. Salah satunya dengan menabung dari hasil ia mengajar.Â