Mohon tunggu...
evaseba
evaseba Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis

Saya mempunyai banyak hobi.

Selanjutnya

Tutup

Kkn

Kukuku

28 Juni 2024   19:13 Diperbarui: 29 Juni 2024   10:27 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sisil pernah kebingungan mencari di mana bedak taburnya. Dia hanya bisa melongo ketika melihat bedak taburnya berada di dalam sepatu kets-nya. Lain halnya dengan Sisil, Cebi juga sering merasa linglung. Pernah suatu hari ketika dia mandi, dia kehilangan sabun mandinya. Akan tetapi ketika dia keluar dari kamar mandi, sabun mandi itu masih ada di tempatnya.

Ada satu hal yang membuat kami semua serentak melongo.

Beberapa malam ini kami mengadakan rapat selama lima hari berturut-turut. Biasanya kami selesai pukul 22.00 WIB. Setiap kami keluar dari ruang rapat di balai desa, sandal kami tertata dengan pasangan sandal yang salah. Awalnya kami mengira ini adalah kerjaan iseng salah satu mahasiswa. Namun, kami serentak melongo untuk ke-lima kalinya. Mendapati hal ini.

Kami pun bercerita kepada Pak Kades. Namun, beliau hanya mengangguk dan tersenyum tanpa membalas apa pun. Hal itu kami anggap bukan masalah serius. Kami menjalankan aktivitas biasanya meskipun gangguan itu memang kerap kali muncul. Bagi kai asal tidak mengganggu kegiatan KKN.

Kegiatan KKN sudah hampir selesai. Aku mendapat tugas untuk mengantarkan berkatan tasyakuran malam ini ke rumah Pak Kades. Karena tidak terlalu jauh, aku pun mengantarkannya seorang diri.

Jalanan desa ini masih belum serata jalanan aspal. Masih ada kerikil di pinggir jalan yang terkadang menggelinding ke tengah. Di bagian tengah jalannya terdapat tanah berwarna cokelat kemerah-merahan. Jalanan cukup rata karena sering dilalui motor atau sepeda. Jujur saja, di sini sangat jarang orang yang memakai mobil untuk berkendara. Jalanan yang sempit terkadang membuat para warga dan kami -mahasiswa KKN- memilih berjalan kaki.

Langit yang sudah menghitam dihiasi cahaya bintang. Bukan menjadikan jalanan malam ini terang, tapi cukup remang. Penerangan yang hanya dari lampu jalanan berwarna kuning redup menambah sensasi horor. Suara binatang-binatang malam pun membuat bulu kudukku agak meremang.

Sesekali terdengar suara burung hantu yang spontan mengingatkanku pada bapak yang aku dan Nathan temui waktu itu. Kalau didengarkan dengan saksama, suara yang kudengar dari video rekaman itu benar-benar mirip dengan suara burung hantu!

Aku mempercepat langkahku. Rasanya rumah Pak Kades harusnya sudah dekat, tapi kenapa belum terlihat rumah bercat hijau itu? Aku masih melewati jalanan tanpa rumah. Hanya tanah kosong dan lereng di samping kananku.

Aku menghentikan langkahku. Sekitar satu meter sebelum lampu jalanan di depanku. Tepat di bawah lampu jalanan itu aku bisa melihat sesuatu. Sosok gemuk dengan rambut panjang terjuntai sampai mata kaki. Jari-jari di tangannya terpampang kuku-kuku panjang yang mengerikan. Lukaku yang mengering terasa nyeri melihatnya. Matanya merah menyala di tengah redupnya cahaya lampu. Wajahnya penuh keriput. Mulutnya tersenyum sampai telinga. Menunjukkan gigi taringnya yang berlumuran cairan merah.

Aku tidak bisa bergerak. Mungkin seperti ini rasanya berhadapan langsung dengan sosok hantu. Seharusnya aku sudah berbalik dan melarikan diri, tapi aku tidak bisa. Tahu begini, tadi aku akan menerima tawaran Nathan untuk menemaniku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kkn Selengkapnya
Lihat Kkn Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun