Mohon tunggu...
Evaristus Cahya
Evaristus Cahya Mohon Tunggu... Guru - Menulis bagian dari hobiku.

Belajar kapan saja, di tempat manapun juga, dan sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Budaya Beretika pada Anak Perlu Sejak Dini

27 Maret 2024   08:46 Diperbarui: 27 Maret 2024   08:56 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Berpikirlah sebelum bertindak karena etika juga melibatkan pertimbangan terhadap dampak dari tindakanmu."

Menjadi orang tua itu tidaklah mudah. Mendidik, melindungi, mengarahkan, memberikan budi pekerti, karakter yang kelak menjadikan mereka anak yang kuat dan tangguh. Selain itu tentu pola asuh atau parenting yang benar-benar sehat dan membuat anak-anak aman, nyaman, dan merasa terlindungi di dalam keluarga.

Adanya pola asuh yang sehat dapat membantu anak-anak dalam memenuhi kebutuhan fisik dan psikologisnya. Aspek psikologis tidak sekadar memberikan rasa cinta, kasih sayang belaka. Namun, langkah kemampuan anak-anak dalam bersosialisasi dan beretika di dalam masyarakat di sekitarnya.. 

Terlepas dari itu, orang tua harus senantiasa untuk menanamkan nilai etika dan moral kepada anak. Hal ini sangat berguna dalam membentuk karakter anak yang santun dan beretika yang mampu membuat anak terterima di masyarakat dengan baik dan menjadi teladan bagi sesama sepantaran anak.

Mencoba (dokpri)
Mencoba (dokpri)

Prinsipnya bahwa tidak ada seorang anak yang terlahir nakal, Hanya saja ia kurang memahami bahwa memotong pembicaraan, mengorek hidung di depan orang lain, berteriak saat ada tamu di rumah, dan contoh sederhana lainnya itu hal yang perlu diperhatikan untuk etika dan kesopanan. Lalu, siapa yang perlu mengajarkannya? Ya, tentu orang tua sebagai sekolah perdana dan utama.

Tidak Memotong Pembicaraan

Namanya juga anak-anak, kadang suka menyela atau memotong pembicaraan di kala orang tua sedang berbicara dengan orang lain. Ketika dinasihati pun kadang anak menyelanya juga. Ini sebuah hal yang biasa karena anak-anak belum memiliki sikap menunggu bicara setelah lawan bicara selesai berbicara. Namun, hal seperti ini perlu dijelaskan kepada anak karena memotong pembicaraan merupakan bagian dari etika. Alangkah baiknya kita memberikan informasi berbicaralah ketika orang sudah selesai berbicara. Mendengarkan terlebih dahulu baru bereaksi atas pernyataan orang lain. 

Orang tua bersama anak-anak (dokpri)
Orang tua bersama anak-anak (dokpri)

Kembalikan Barang pada Tempatnya

Rumah selalu berantakan. Itulah yang sering terlihat dan dialami ketika anak-anak berada di rumah. Sana- sini penuh dengan mainan dan menjadikan layaknya kapal pecah. Sebenarnya hal ini baik sebab anak menggunakan motoriknya untuk beraktivitas. Budaya etika yang bisa kita berikan adalah mengajak anak-anak untuk mengembalikan barang mainan ke tempatnya. hal sederhana tetapi ini menjadikan anak bertanggung jawab dan merasa memiliki. Maka lakukan itu walaupun kadang orang tua juga membantu mengembalikan. Ini wujud dukungan kepada anak-anak kita.

Tidak Mengumpat

Mengumpat kadang terjadi secara tidak sadar. Munculah kata-kata yang bernada jorok ataupun kurang sepantasnya terucap. Orang dewasa pun kadang mengucapkan itu. Mari, kita sebagai orang dewasa memberi contoh untuk tidak mengucap umpatan. Memang sih kadang anak-anak mengumpat karena mencontoh tayangan dari televisi, youtube dan sejenisnya. Memberikan hiburan via televisi ataupun youtube kita tetap wajib seleksi dan selalu memberikan pembenaran mana yang bisa dan boleh diucapkan. 

Budaya Menyapa

Permisi, selamat pagi , apa kabar. Sapaan yang bikin orang lain respek terhadap anak-anak. Pembiasaan menyapa itu perlu dicontohkan oleh orang tua. Menyapa itu mudah kok asal mau. Tinggal berucap kita bisa bahagia karena berbuat baik, memanusiakan manusia. Selain itu tindakan menyapa membuktikan bahwa anak-anak adalah pribadi yang ramah dan santun.

Tolong, Terima Kasih, Maaf

Ketiga ucapan ini sangat perlu kita tanamkan dalam diri anak-anak. Ketika meminta sesuatu, pertolongan ke orang lain sebaiknya bertutur tolong. Ketika telah mendapatkan sesuatu dari orang lain ucapkan kata terima kasih. Jika telah melakukan kesalahan ucapkan kata maaf. Mudah sejatinya kata maaf itu, tetapi karena gengsi kadang menjadikan anak-anak tidak mau meminta maaf. Yuk, berikan pemahaman kepada anak-anak untuk selalu berkata tolong, terima kasih, maaf jika akan dan telah melakukan sesuatu. 

Yuk, dari sekarang "Ajarkan etika pada balita atau anak-anak  dengan cara yang sederhana dan mudah dimengerti. Orang tua juga harus memiliki ekstra kesabaran ketika mengajarkan etika pada anak, karena waktu yang dibutuhkan juga tidak sebentar," ( David Lowry)

Evaristus Cahya Triastarka

Semarang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun