Â
Merdeka... merdeka...merdeka. Pekik perjuangan para pahlawan bangsa 76 tahun lalu yang telah memproklamirkan diri untuk menjadikan negara Republik Indonesia (RI) merdeka atas penjajahan telah kita nikmati sampai hari ini. Kita berharap tidak lekas puas dan merasa bangga dengan kemerdekaan ini. Perlunya generasi muda untuk mengawal dan mengisi kemerdekaan dengan Langkah-langkah konkret dan terukur demi terwujudnya masyarakat RI yang  adil, berdaulat, Makmur, dan disegani bangsa lain.
Hari ulang tahun kemerdekaan ke- 76 , menjadi titik balik kita untuk meletakkan persatuan dan kesatuan bangsa menjadi nilai utama. Kita masih berduka, Â terpuruk, dan terus wajib waspada akan pandemi Covid-19 yang belum juga reda. Maka, nilai kebhinekaan yang menjadi pedoman bangs aini terus kita gaungkan. Â Bantulah sesama tanpa melihat agama, suku, kaya miskin, kartu penduduk darimana asalnya.
Angka 76 tahun seharusnya menjadikan bangsa ini telah merdeka yang sesungguhnya. Kebebasan berpendapat, berpendidikan, beragama, berekonomi baik, dan keadilan yang selalu ada dalam diri rakyat ini. Segala perbedaan jadikan sebuah wadah untuk saling menghormati, bertoleransi, dan menghargai. Dengan demikian tentu kemajemukan negeri ini akan selalu terjaga dan menjadi nilai lebih suatu bangsa.
Aku ini anak kelahiran 1981. Kadang aku bertanya, apa yang sudah aku berikan untuk negeri ini? Hampir 40 tahun usia ini, tidak muda lagi. Namun, dengan merefleksikan diri bahwa kita bisa berbuat apa saja untuk negeri ini sesuai porsi, profesi, dan kewajiban. Tentu kita akan berguna bagi negeri yang gemah ripah loh jinawi ini.
Sebagai pendidik aku selalu mencoba menjadi guru yang baik. Konon kata orang berarti digugu lan ditiru. Ya, sebuah kata yang sederhana tetapi bermakna mendalam, perlu komitmen, dan perjuangan dalam mengamini kata tersebut.
Tidak mudah dalam pengejawantahannya. Kita perlu melakukan hal yang kreatif, inovatif, dan produktif. Yakinlah kita pasti bisa untuk melakukannya.
Kulakukan semampuku, kreatif kutuangkan dalam keseharian dalam mendidik peserta didik. Sistem dalam jaringan (daring) memaksaku untuk kreatif menyajikan metode pembelajaran bagi mereka. Harapannya ketika berhadapan dengan mereka, pembelajaran jadi menarik dan anak didik tidak bosan dan merasa mengantuk.
Inovatif, sebuah jargon yang harus selalu dijadikan pedoman untuk menemukan kebiasaan baru dan inspiratif.
Secara etimologis inovatif adalah usaha seseorang dengan mendayagunakan pemikiran, kemampuan imajinasi, berbagai stimulan, dan individu yang mengelilinginya dalam menghasilkan produk baru, baik bagi dirinya sendiri ataupun lingkungannya.
      Menerbitkan buku menjadi salah satu usahaku untuk keluar dari zona nyaman. Biasanya guru menepikan kesempatan untuk membuat buku, dengan alasan manfaat tidak ada, terbentur waktu yang padat, dan seribu alasan lainnya. Namun, untuk mengisi kemerdekaan ini tentu kita memikirkan dampat ke depan karya kita untuk anak didik kita. Jadilah inspirasi untuk mereka, kitalah salah satu modelnya.
Kebetulan sejak 2006 aku gemar menulis artikel untuk media massa, majalah, ataupun untuk konten media on line. Tentu ini bagian dari produktivitasku dalam mengisi kemerdekaan ini. Pun menjadikan pemantik anak didikku dalam kegiatan literasi. Jika bukan kita yang memulai memberi contoh siapa lagi?
Ingat, bahwa nasib bangsa ini tidak akan berubah jika kita tak mengubahnya. Kita harus terus tingkatkan daya juang serta selalu memperbaiki diri sesuai kata hati kita sehingga selalu bermanfaat bagi orang lain.
Akhirnya, aku dan 76 tahun negeriku selalu memekikkan merdeka...merdeka...merdeka. Kemerdekaan bukanlah akhir perjuangan negeri ini, melainkan sebagai awal untuk berjuang demi keadilan sosial bagi seluruh bangsa Indonesia. Indonesia selalu jaya.
Evaristus Astarka bersama Esti Purnamasari, S.Pd (SMA Kristen Satya Wacana)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H