Lain halnya dengan larangan yang ada dalam al-qur'an semisal jangan membunuh, jangan ghibah, jangan riya, jangan sombong, jangan mempersekutukan allah, kata tersebut jelaslah kebenaran nya dan orangtua memang harus tegas akan hal itu,kata "jangan" sangatlah sah bahkan dianjurkan untuk menunjukan bahwa hal tersebut sangat tidak boleh dilakukan. Jadi sangat berbeda sekali ya konteksnya, tidak bisa disamaratakan begitu saja.
Dalam keadaan lainnya/tidak mendesak/ anak sedang dalam keadaan santai, penggunaan kata " jangan" itu boleh saja diucapkan dengan syarat tidak terlalu sering namun sebisa mungkin dihindari dengan cara diganti redaksinya dengan tujuan ajakan yang disampaikan lebih ringan dan anak tidak merasa segala sesuatu dilarang. Bukankah Rasulullah pun menganjurkan para orangtua untuk mempermudah anaknya, tidak banyak menuntut dan melarang anak?
Tujuan penulis membahas terkait kontroversial ini tidak lain untuk menepis anggapan bahwa pandangan ilmu psikologi dalam dunia parenting adalah salah arah dalam menilai penggunaan kata " jangan", ada kesalahpahaman disana yang menganggap bahwa ilmu psikologi melarang bahkan mengharamkan penggunaan kata "jangan" yang dalam Al-Qur'an pun diulang ratusan kali, seakan-akan ilmu psikologi dalam hal ini berseberangan dengan Al-Qur'an.
Realitanya dalam dunia psikologi kata " jangan" tidak diharamkan, namun penggunaannya haruslah tepat sasaran, sesuai dengan situasi dan kondisi anak, jadi boleh menggunakan kata negasi tersebut selama keadaannya memang mengharuskan. Toh setelah dibedah nyatanya dalam Al-Qur'an pun demikian, kata negasi banyak sekali bukan kata " jangan" saja, artinya apa? segala sesuatu tergantung situasi dan kondisinya. Utamakan menganalisa dan tabayyun ya bunda, kesalahan ada pada diri penulis dan kebenaran datangnya dari Allah SWT, Wallahu a’lam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H