Mohon tunggu...
Eva Nur Khofifah
Eva Nur Khofifah Mohon Tunggu... Ilmuwan - Penulis 5 Buku, Praktisi Pendidikan Keluarga, Hipnoterapis, Founder @mozaikpsikologi

Salam Bahagia, Life with Love.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menyapih Anak dengan Metode Weaning With Love

4 Februari 2019   15:13 Diperbarui: 2 Juli 2021   12:30 3098
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tips sebelumnya adalah mengurangi frekuesi menyusui, namun bagaimana caranya supaya proses pengurangan tersebut efektif. Ya dengan memberikan susu pengganti ASI, kasihan dong ananda jika dikurangi frekuensi menyusu nya namun tidak ditawarkan penggantinya yang manfaatnya kurang lebih sama dengan ASI. 

Bisa susu formula ataupun susu UHT kotak yang aman untuk usia 2 tahun ke atas. Pastikan nilai gizi nya ya momy, hindari yang terlalu banyak mengandung gula. Selain susu juga, madu bisa menjad pilihan terbaik karena selain anti bakteri, anti inflamasi, bagus untuk imun anak, madu pun cukup mengenanyangkan. Lama kelamaan jika dilakukan bertahap, anak akan lupa dengan menyusu karena perut nya sudah kenyang.

4. Perbanyak makanan padat

Selain susu dan juga madu sebagai minuman pengganti ASI, sekarang makanan padat pun harus lebih diperbanyak. Jika ada kendala misalnya ananda GTM ( Gerakan Tutup Mulut), maka momy harus mencari makanan kesukaan anak dan juga cemilannya yang memiliki nilai gizi sama dengan makanan utama, misalnya biskuit, perkedel, kurma, buah alpukat dan makanan lainnya yang intinya lebih banyak porsinya dibanding biasanya dengan tujuan anak kenyang sehingga lama kelamaan tidak ingin menyusu. 

5. Alihkan perhatian anak dengan bermain.

Ketika ananda meminta terus menyusu diluar batas yang sudah ditentukan olah momy, sebisa mungkin momy mengalihkan perhatian ananda salah satunya dengan mengajak bermain yang biasanya membuat ananda anteng. Berikan mainan kesukaannya sehingga fokusnya teralihkan tidak ke menyusu lagi, namun fokusnya kepada mainan tersebut. Ajaklah ananda lebih sering bermain outdoor dibandingkan sebelumnya, biasanya anak lebih anteng kalau bermain diluar dibandingkan di dalam rumah, sehingga lumayan tuh waktu dipakai banyak untuk bermain dibandingkan di rumah ananda merengek ingin menyusu. 

6. Koordinasi dan komunikasikan dengan ayah untuk membantu proses penyapihan.

Saat proses penyapihan berlangsung rasanya tidak pas jika tidak ada kerjasama antara ayah dan ibu, mengingat proses yang begitu membutuhkan ketenangan dan kesabaran. Dukungan dan bantuan ayah sangat diperlukan terlebih lagi saat momy peru mengalihkan perhatian ananda untuk menyusu, ayah bisa membantu mengajak main ananda baik di dalam ataupun diluar rumah. Jika ananda hanya sering dekat dengan momy dan jauh dengan ayah, maka momy akan terus menjadi stimulus yang akan mendorong ananda ingin menyusu. 

Baca juga: Kontroversial Penggunaan Kata Negasi (Jangan) untuk Anak

7. STOP menawarkan namun dilarang menolak secara kasar.

Kenapa ya momy dilarang keras untuk menawarkan menyusu, apalagi saat ananda sedang tantrum yang sudah menjadi kebiasaan menawarkan ananda untuk menyusu. Ya karena sekarang sedang dalam proses penyapihan yang jika momy menawarkan justru ananda akan sulit berhenti menyusu, apalagi ketika tantrum justru jangan diberikan sama sekali karena ananda akan mengulang perilaku yang sama setiap ingin menyusu. 

Tapi kenapa pula dilarang menolak? ya karena jika momy menolak apalagi dengan cara yang kasar justru akan membuat ananda shock, baik itu secara fisik ataupun psikologis. Fisiknya yang biasanya menerima nutrisi dari ASI dan psikologisnya yang biasanya mendapatkan kenyamanan dan ketenangan saat menyusu sekarang ditolak mentah-mentah oleh momy, ya tentunya ananda akan shock. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun