Mohon tunggu...
Evan Marchel
Evan Marchel Mohon Tunggu... Lainnya - Fresh Graduate

-

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Detik Menuju Tengah Malam: Asal mula Ancaman Nuklir Korea Utara dan Upaya Pencegahan

14 September 2024   21:39 Diperbarui: 14 September 2024   21:43 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Jam Kiamat menunjukan masih ada 90 detik lagi menuju tengah malam menurut Bulletin of the Atomic Scientists salah satu hal yang mempengaruhi jam tersebut merupakan Korea Utara terus membangun senjata nuklir dan rudal jarak jauh. Tetapi awal mula dari kecemasan mengenai bahaya nuklir di semenanjung korea dimulai dengan test nuklir pertamanya di tahun 2006, yang menghasilkan daya ledaknya relatif kecil, antara 0,5 hingga 1 kiloton. Test pertama ini mendapatkan banyak kencaman dari masyarakat internasional, termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang dengan cepat menjatuhkan sanksi kepada Korea Utara. Uji coba tersebut mengakibatkan kekhawatiran atas proliferasi nuklir dan stabilitas di Kawasan semenanjung korea.

Korea utara terus melakukan test nuklir hingga tahun 2018 pengetesan tersebut berhenti sementara setelah bertemunya Kim Jong Un dengan Moon Jae-in serta dengan presiden Trump di singapura. Walaupun itu Pembicaraan antara Korea Utara dan Amerika Serikat terhenti dan tidak membuahkan hasil, yang mana ketegangan pada semenanjung korea masih tinggi

Walaupun pembicaraan antara Korea Utara dengan Amerika Serikat tidak membuahkan hasil, Pengetesan rudal nukril korea terhenti, yang mana seperti mantan Perdana Menteri Inggris Neville Chamberlain katakana setelah Perjanjian Munich "Peace for our time". Tetapi sama halnya dengan perjanjian Munich, kedamaian tersebut tidak berlangsung lama dengan dimulainya (Special Military Operation) Rusia terhadap Ukraina pada 24 Februari 2022, kembalilah Korea Utara melakukan test nuklirnya pada Oktober 4, 2022 hingga sekarang dengan test terbarunya yaitu pada April 22, 2024.

Awal Mula Segala Masalah di Semenanjung Korea

Semenanjung korea menjadi sebuah tempat perselisihan antara Rusia, Cina dengan Amerika, hal ini dimulai dengan pembagian korea menjadi 2. Pembagiann ini terbetuk dari konfrensi postdam yang mana para pemimpin militer AS bersikeras mendorong keterlibatan Soviet dalam perang melawan Jepang. Selain itu dalam konfrensi postdam juga menyatakan bahwa "syarat-syarat Deklarasi Kairo," yang menjanjikan kemerdekaan bagi Korea, "harus dilaksanakan."

            Setelah perang dunia ke 2 selesai amerika membuat General Order No. 1 yang berisikan mengenai penyerahan Jepang di Korea, yang mana mereka memberikan perintahh bagi pasukan Jepang di utara garis lintang 38 LU untuk menyerah kepada Soviet dan pasukan di selatan garis tersebut kepada Amerika. Hal inilah yang menjadi penyebab terpecahnya korea serta asal muasal dari mulainya perang korea yang sampai saat ini belum pernah berakhir secara resmi.

Korea Utara dengan Nuklirnya

            Kecintaan korea utara terhadap nukrilnya berawal dari Kim Il Sung mengetahui pengeboman atom di Hiroshima dan Nagasaki dapat memaksa sebuah kekaisaran yang pernah membentang di Asia Timur untuk menyerah. Menurut Jonathan D. Pollack, profesor Studi Asia dan Pasifik di Naval War College mengatakan Kecintaan korea utara akan senjata nuklir dan minatnya pada ilmu pengetahuan dan teknologi nuklir bearwal di tahun 1948, yang mana pada tahun 1950 Pyongyang terlibat aktif dalam program penelitian nuklir dimana mereka mendapatkan bantuan dari Uni Soviet untuk membangun infrastruktur nuklir.

            Tetapi pada tahun 1962 menandakan penarikan rudal Soviet dari Kuba yang menandakan berakhirnya Krisis Rudal Kuba , membuat korea utara takut akan ditinggalkannya negara mereka oleh pelindung negara adikuasa, melihat bahwa senjata nuklir mulai dipandang sebagai cara menjamin keamanan Korea Utara. Pollack juga menambahkan bahwa pada tahun 1974 korea utara menjadi anggota dari International Atomic Energy Agency (IAEA). Keikut sertaan mereka dalam IAEA demi mendapatkan informasi dari badan tersebut guna mempelajari cara merancang reaktor nuklir. Pada tahun 1980, Korea Utara berhasil membangun reaktor yang dapat memproduksi plutonium tingkat senjata.

Reaksi UN terhadap Masalah Nuklir Korea Utara

Reaksi anggota UN terhadap masalah program nuklir korea utara telah menjadi perhatian mereka dari tahun tahun 2006. Dalam artikel Arms Control Assosiation yang ditulis oleh Kelsey Davenport, PBB telah memberikan 9 sanksi kepada korea utara yang mana Sembilan resolusi diadopsi dengan suara bulat oleh Dewan Keamanan dan semuanya kecuali Resolusi 2087 (Januari 2013) memuat rujukan pada tindakan berdasarkan Bab VII, Pasal 41 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa. Selain sebuah sanksi, PBB juga memberika resolusi yang membuat Negara-negara anggota PBB memiliki kewenangan untuk melarang dan memeriksa kargo Korea Utara di wilayah mereka, dan kemudian menyita dan membuang pengiriman illegal yang ada pada kargo tersebut.

Berikut merupakan Resolusi yang telah di adopsi oleh PBB terhadap korea utara:

  • Security Council Resolution 1718 (Oktober 14, 2006)
  • Security Council Resolution 1874 (Juni 12, 2009)
  • Security Council Resolution 2087 (Januari 22, 2013)
  • Security Council Resolution 2094 (Maret 7, 2013)
  • Security Council Resolution 2270 (Maret 2, 2016)
  • Security Council Resolution 2321 (November 30, 2016)
  • Security Council Resolution 2371 (Agustus 5, 2017)
  • Security Council Resolution 2375 (September 3, 2017)
  • Security Council Resolution 2379 (Desember 22, 2017)

Hubungan Indonesia dan Korea Utara

Hubungan Indonesia dan Korea Utara sendiri kurang mendapatkan sorotan didalam Indonesia. Walaupun itu jika kita Kembali melihat buku sejarah serta foto foto sejarah. Pada saat jaman orde lama yang mana Soekarno masih memegang kekuasaan, 10 April 1965 menjadi tanggal bersejarah bagi hubungan Indonesia-Korea Utara dimana Kim Il Sung melakukan kunjungan balasan ke Indonesia. Kunjungan ini menjadi sebuah sejarah bagi hubungan Indonesia karena beliau datang Bersama anak serta calon pemimpin selanjutnya yaitu Kim Jong Il.

Selain kunjungan kim jong il ke Indonesia, 29 Maret 2002 Presiden Megawati Soekarnoputri berkunjung ke Pyongyang, Korea Utara, dan bertemu dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong Il. Pertemuan bersejarah itu menjadi salah satu batu lompatan kembalinya hubungan kedua negara setelah masa orde baru. Hingga memasuki tahun 2018 yang mana Indonesia sangatlah berperan aktif dalam melakukan perdamaian di semenanjung korea. Tahun tersebut merupakan langkah pertama Indonesia dalam mendukung perdamaian dan stabilitas di Semenanjung Korea dengan mempertemuka korea utara dan selatan untuk berkompetisi Bersama pada Asian Games 2018. Walaupun hanya bertanding dalam 3 cabang sebagai korea Bersatu, ini merupakan Langkah pertama yang dapat menjadi fondasi perdamaian antar korea.

Ketahuilah Ancaman dari cermin Korea Utara

Walaupun pada kenyataannya semenanjung korea masih merupakan medan perang. Harapan akan perdamaian di semenanjung korea masihlah besar dari kalangan internasional maupun pemerintah Indonesia. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menjada kedamaian di semenanjung korea yaitu: apa yang dapat menjadi pemicu perang nuklir di semenanjung korea?

Sama seperti SMO Rusia di Ukraina serta Israel -- Palestina, semua hal dilakukan dengan pemicu. Bisa saja ancaman serangan dari Amerika Serikat dari pangkalan militernya di Korea Selatan, karena penempatan pangkalan Amerika sendiri bisa menjadi sebuah masalah sama seperti wacana pemasukan Ukraina kedalam NATO. Selain itu Amerika juga dapat melakukan pengebomam maupun espionase melalui markasnya di semenanjung korea.

Peluang Untuk Kedamaian?

Peluang untuk adanya perdamian disemenanjung korea mungkin dapat dicapai. Tetapi banyak hal yg diharus dilakukan oleh kalangan global seperti mengirimkan pengawas dalam menjaga penggunaan nuklir tersebut dilakukan sebagai ujicoba dan pertahanan. Pengiriman pengawas ini harus melalui insiatif dari PBB dengan persertujuan Korea Utara itu sendiri. Kedua merupakan hubungan diplomasi dimulai dari perdamaian antara Korea Utara dan Selatan dengan diawasi oleh PBB, tahap ke 2 dari perdamaian diplomasi adalah mengurangi ketegangan antara Korea Utara dan Amerika.

Walaupun hubungan diplomasi pada masa President Trump tidak membuahkan hasil, dapat dilihat hal tersebut memberhentikan pengetesan nuklir sementara yang mana dapat di jadikan bukti bahwa korea utara siap berdamai. Disini bisa saja yang harus dilakukan amerika adalah mengubah cara diplomasi mereka kepada korea utara serta pemberian kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak.

Dari pihak Indonesia sendiri dapat meningkatkan Kembali hubungan bilateral dengan korea utara, mulai dengan pertukaran budaya serta kerjasama ekonomi. Tidak hanya itu Indonesia juga bisa menjadi mediator antara Korea Utara dengan negara di semenanjung korea untuk pencapaian perdamaian, tanpa memihak kedua belah pihak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun