Mohon tunggu...
Evan Fadhilah Dzulfikar
Evan Fadhilah Dzulfikar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Pengalaman Budaya saat Melakukan IISMA, Pertukaran Pelajar ke Kota Samcheok, Korea Selatan

22 Desember 2023   00:31 Diperbarui: 23 Desember 2023   13:35 744
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pergi ke Korea Selatan. (Sumber: Shutterstock/Olesya Kuznetsova via kompas.com)

Perbedaan budaya adalah suatu hal wajar jika pergi ke luar negeri. Budaya dari dua negara yang berbeda memanglah tidak sama, meskipun mungkin bisa saja ada yang sama. 

Saya menjalani program pertukaran pelajar ini hampir selama 4 bulan. Dan di bulan ini, saya menjalani bulan terakhir saya di Korea Selatan. Sehingga saya bisa mengutarakan pendapat saya tentang perbedaan budaya yang ada di Korea Selatan dan di Indonesia. 

Ada beberapa perbedaan budaya yang saya rasakan di Indonesia dan di Korea ini, yang saya rasakan saat menjalani program IISMA di Universitas Kangwon National University, di Samcheok, Gangwon-do, Korea Selatan. Pertama, Ketepatan Waktu. 

Kedua, Kesopanan terhadap orang yang lebih tua. Ketiga, Menghormati pejalan kaki. Keempat, Baris dengan rapi. Kelima, Transportasi Umum. 

Keenam, Masyarakat berjalan kaki dengan cepat. Ketujuh, Masyarakat Umum sangat cuek. Kedelapan, Serba Self-service, Efisien dan Cepat. Kesembilan, Makanan tradisional disertai banyak kondimen.

Daiso di Korea Selatan, Self Service. Dokpri
Daiso di Korea Selatan, Self Service. Dokpri
1. Ketepatan Waktu

Beberapa pengalaman saya disini adalah ketepatan waktu orang-orang di sini. Beberapa contohnya adalah saat saya mengikuti pembelajaran di kelas, kelas dilakukan tepat di waktu yang ditentukan. 

Kemudian saat saya pergi ke kota lain, seperti Gangneung, Donghae ataupun Seoul, jika kita terlambat 1-2 menit saja, kita akan ketinggalan bis. 

Sampai-sampai saat saya melakukan janji untuk main basket bersama dengan teman saya, dia menjemput saya dengan mobil di jam yang sama dengan janji dia.

2. Kesopanan terhadap orang yang lebih tua

Di dalam gedung departemen yang saya masuki, mahasiswa dan mahasiswi di sini selalu menyapa atau memberi salam ke dosen yang melewati mereka. 

Kemudian, beberapa kali saat saya melihat mahasiswa tingkat bawah selalu juga menyapa mahasiswa tingkat atas yang mereka kenal saat saya mengantri untuk menaiki lift ke lantai atas. 

Yang terakhir adalah beberapa kali saat saya pergi ke kota bagian bawah, saya disapa oleh anak-anak Sekolah Dasar. Saat pertama kali, saya kaget dengan hal itu dan langsung membalas sapaannya.

3. Menghormati pejalan kaki

Di sini, pengendara mobil maupun motor sangat menghormati pejalan kaki. Saya seringkali ditunggu mobil saat hendak menyebrang jalan di kampus saya. 

Mereka berhenti kira-kira 2 hingga 3 meter jauh dari penyebrang jalan, menunggu kita selesai menyebrang jalan barulah kembali melanjutkan perjalanan mereka. Itu terjadi di sepanjang jalan, kecuali di pertigaan atau perempatan jalan.

4. Baris dengan rapi

Saat mengantri untuk menaiki lift, mahasiswa-mahasiswi disini sangatlah sabar dan tertib. Mereka berbaris dalam 2 barisan sesuai arahan yang ada di dekat lift. 

Kemudian saat mengantri untuk membeli tiket makan siang di self-order machine, mereka dengan tertib mengantri dalam barisan.

5. Transportasi Umum

Di korea ini, banyak transportasi umum yang tepat waktu, ada di setiap sudut kota, dan tentunya sangat murah untuk penduduk disini. Terdapat 3 tipe bus di korea, yaitu Bus Kota yang berkeliling di kota dan setiap 15 atau 20 menit kembali ke titik itu lagi, Bus Antar Kota yang berhenti di terminal bus kota lain, dan Bus Ekspress yang kebanyakan menyangkut jarak kota yang lebih jauh dari bus antar kota. 

Bus Antar Kota dan Bus Ekspress hanya berhenti 1x di rest area jalan tol saat di sekitar pertengahan perjalanan. Pengalaman saya saat pertama kali menaiki bus ini adalah menahan perasaan buang air kecil hingga ke pemberhentian.

6. Masyarakat berjalan kaki dengan cepat

Kebanyakan dari orang muda disini berjalan kaki dengan sangat cepat, 2 hingga 3 kali lebih cepat dari tempo pejalan kaki orang Indonesia seperti saya. Saat pertama kali, saya tidak paham mengapa mereka berjalan sangat cepat. 

Tetapi kelamaan saya paham kenapa begitu, mereka berjalan kaki menyesuaikan waktu lampu merah di kota. Kebanyakan dari orang-orang disini berjalan cepat hingga berjalan terus di setiap crosswalk, mereka sampai di crosswalk tepat saat lampu hijau maupun sebelum itu.

7. Masyarakat umum sangat cuek

Masyarakat disini saat ditempat umum mementingkan kepentingan sendiri-sendiri, bukan individualis tetapi lebih ke Mind their own business. Berbeda dari pengalaman saya di Indonesia, ada kemungkinan saya mendapat teman saat di luar rumah atau dijalan. 

Sedangkan disini, kemungkinan mendapat teman atau kenalan hampir tidak mungkin. Mahasiswa disini sangat beraktivitas online, maksud saya dengan pernyataan itu adalah mereka selalu menggunakan TWS atau Airpod hampir setiap saat, entah untuk mendengarkan musik atau berkomunikasi dengan teman lewat handphone mereka saat berjalan atau di luar kamar mereka.

8. Serba Self-Service, Efisien, dan Cepat

Di negara ini, yang paling mengejutkan adalah banyak fasilitas maupun tempat umum seperti CU yang merupakan tempat seperti toko serba ada seperti Indomaret. 

Kebanyakan dari CU menggunakan sistem Self-Service, kita men scan qr-code di produk makanan atau minuman yang akan kita beli, kemudian memilih opsi membeli kantong plastik, menggunakan CU point, kemudian membayar menggunakan kartu bank. 

Tetapi kita juga bisa meminta pegawai di dekat atau pemilik toko yang biasanya bekerja sampingan seperti cafe atau restoran di tempat yang bersebelahan dengan CU tersebut untuk membantu kita melakukan pembayaran menggunakan cash.

Di Korea ini sangat cepat dan efisien karena setiap pembayaran kebanyakan sudah menggunakan kartu. Di MRT, kita harus membeli kartu transportasi atau kartu MRT sekali pakai dan memakainya untuk membayar setiap kali masuk dan keluar gerbang jalur yang kita akan kita tuju. 

Hal ini juga lebih mudah untuk kita, karena kita bisa memakai Naver Map atau Kakao Map untuk menentukan jalur yang bisa kita naiki untuk mencapai tempat yang kita tuju.

9. Makanan tradisional yang disertai banyak kondimen

Yang terakhir menurut saya sangat berbeda dengan Indonesia adalah saat kita membeli makanan di restoran tradisional, kita diberikan kondimen makanan yang sangat banyak hingga meja kita penuh. 

Saat saya diajak teman korea saya untuk makan di tempat makan tradisional di sekitar kampus, saya mendapat 7 hingga 8 kondimen makanan saat membeli Masakan Ikan goreng. Itu merupakan hal yang menarik untuk saya. 

Menariknya juga, ada beberapa restoran tradisional yang masih menggunakan tempat duduk seperti lesehan atau duduk dilantai yang sama seperti di Indonesia.

Makanan Tradisional di Samcheok-si. Dokpri
Makanan Tradisional di Samcheok-si. Dokpri
Begitulah beberapa perbedaan budaya yang saya rasakan saat berada di Korea Selatan. Ada kemungkinan, kalau yang saya rasakan berbeda dengan yang teman-teman rasakan saat berkunjung ke Korea Selatan. 

Karena saya bertempat di kota Samcheok-si Gangwon-do. Yang bisa menjadi perbedaan yang signifikan karena kebanyakan turis akan merasakan yang ada di Seoul.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun