Mohon tunggu...
Joseph Evan Desrin
Joseph Evan Desrin Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Dari Bekasi ke Merto untuk Dunia

Baca, Nulis, Upload

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Langit yang Runtuh

4 April 2022   11:49 Diperbarui: 4 April 2022   12:05 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Dok, apakah bisa diberikan keringanan, karena situasinya sedang sangat sulit dan saya tidak memegang uang sepeserpun.” jawabku mengiba, mengharapkan belas kasihan dari sang Dokter turun.

“Bu, saya faham situasi Ibu, tapi jika demikian, bagaimana Ibu anda bisa sembuh.” Jawabnya segera.

Aku hanya bisa menghembuskan nafas panjang dan mengiyakan katanya, dengan harapan katanya bisa menjadi kenyataan. Kami langsung dibawa ke kamar rawat inap di lantai 2 gedung tersebut. Aku meninggalkan Ibu yang masih tidak sadarkan diri untuk kembali ke rumah membereskan rumah dan membawa pakaiannya.

“Semoga langit tidak kembali runtuh.” harapku ketika dalam perjalanan kembali ke rumah.

Sebulan kemudian, Ibu sudah dapat kembali ke rumah, aku bergembira karena gajiku tidak harus menanggung biaya rumah sakit yang sedemikian besarnya dan mulai membayar cicilan hutang Ayah sambil merawat Ibu. Ketika sedang ada di ruang tamu untuk bekerja, aku melihat sekilas dari jendela rumah, sebuah mobil Fortuner hitam memarkirkan diri ke sisi rumah. Aku memandang curiga apa yang akan dilakukannya sambil berjaga-jaga jika langit hendak runtuh kembali. Benar saja, itu adalah Ayahku bersama sekretarisnya. 

“Ya Tuhan, apa yang mereka inginkan sekarang?” Kataku ketika melihat mereka berjalan menuju pintu. Dendam dan patah hati kembali membakar diriku “Akan ku buat mereka hancur berantakan seperti yang aku alami saat ini!!” kata pikiranku.

Sesaat kemudian aku mendengar suara pintu kayu yang diketuk. Enggan rasanya diri ini untuk bangkit, tapi harus Aku lakukan jika ingin terlihat menang. Aku menarik pintu itu sebagian, dan memunculkan kepalaku saja untuk menyambut mereka.

“Kenapa?” dengan ketus aku bertanya.

“Kami ingin menjumpai Ibu.” jawab Ayah dengan singkat tanpa ekspresi.

“Ibu tidak mau ditemui oleh bajingan yang menduakan keluarganya!” kataku sambil setengah marah.

“Ya sudah, sampaikan ini kepada Ibumu ya.” Sambil menyerahkan amplop coklat, dan membalikan badan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun