Mohon tunggu...
Eva Listian
Eva Listian Mohon Tunggu... Mahasiswa - ada disini

bersikaplah dengan sederhana

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Filosofi Tradisi Slametan Bancaan Weton

11 Juli 2021   19:31 Diperbarui: 11 Juli 2021   19:49 1627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Indonesia mempunyai keanekaragaman budaya dan tradisi yang sungguh luar biasa. Tidak terkecuali di pulau Jawa. Masyarakat Jawa mungkin sudah tidak asing lagi dengan tradisi slametan. Salah satu jenis slametan diantaranya yaitu slametan bancaan weton. Bancaan weton merupakan peringatan hari lahir seseorang berdasarkan penanggalan jawa. Biasanya bancaan weton diadakan setiap sebulan sekali. Bancaan weton mempunyai tujan seperti meminta kepada Tuhan agar diberi kesalematan dan sebagai rasa syukur. Masyarakat yang melakukan tradisi bancaan weton berasal dari berbagai kalangan. Mulai dari kalangan bawah sampai kalangan atas. Dalam tradisi bancaan weton harus ada perlengkapan atau yang biasa disebut uba rampe. Uba rampe ini terdiri dari makanan pokok, buah-buahan, sayuran, jajanan pasar. Berbagai bunga, bubur dan uang logam. Berikut adalah filosfi yang terkandug dalam uba rampe pada tradisi slametan bancaan weton:

Nasi Putih

Nasi putih berbentuk kerucut memiliki makna penggambaran berdoa dengan hikmad kepada Tuhan YME.

Tebu

Tebu memiliki makna meyakinkan hati hanya kepada Tuhan YME.

Ingkung

Ingkung atau biasa yang dikenal dengan ayam yang dimasak utuh berarti menandakan seseorang yang selalu meminta atau memohon serta menyembah kepada Tuhan.

Gudangan atau kuluban

Gudamgan terdiri dari barbagai sayuran yang dikukus, memilki makna agar tidak tersesat atau selalu diberikan jalan yang lurus atau petunjuk. Sayuran yang biasa digunakan untuk gadungan adalah bayem, kacang panjang, kecambah/tauge, kluwuh, kangkung. Sayuran yang disebutkan tadi juga mengandung makna seperti berikut:

Bayem memiliki makna supaya hidup damai dan tentram.

Kacang panjang disajikan secara sengaja masih utuh alias tidak dipotong-potong karena memiliki arti agar seseorang berumur panjang serta rezeki yang tidak terputus (lancar).

Kecamabah/tauge memiliki arti agar seseorang tersebut selalu menebarkan kebaikan di manupun ia berada.

Kluwih memiliki makna agar hidup sederhana disini sederhana dalam artian berkecukupan dan hidup bersahaja.

Kangkung memiliki makna agar seseorang ketika menjalni hidup tidak perlu terburu-buru yang terpenting adalah pelan-pelan asal kan terlaksana serta kangkung ini memiliki arti yaitu symbol sebagai permintaan perlindungan dari Tuhan YME.

Maka ketika sayur mayur tersebut apabila dijadikan satu makan akan memiliki makna: ketika menjalani kehidupan ini dengan damai dan tentram, maka seseorang akan panjang umurnya dan berkecukupan, serta selalu mendapatkan perlindungan dari Tuhan.

5. Telur Rebus

Dulu, telur rebus yang digunakan adalah telur ayam jawa. namun seiring dengan berkembangan jaman telur yang digunakan telur jenis apa saja. Telur yang direbus tersebut berjumlah tujuh, sebelas, atau tujuh belas. Setiap bilangan tersebut memiliki lambang: angka tujuh melambangkan pertolongan, sebelas berarti belas kasih dan tujuh belas berarti pertolongan dan belas kasih. Kemudian telur tersebut disajikan dengan dikupas kulitnya, lalu dipotong menjadi beberapa bagian. telur yang dipotong kedalam beberapa bagian ini diharapkan agar banyak orang yang bisa menikmati telur, makna tersebut berarti dapat berbagi rezeki kepada orang lain.

6. Bumbu Urap Atau Sambal Gudangan

Bumbu urap atau sambal gudangan adalah sambal yang dicampurkan dalam kuluban (sayuran yang dikukus). Bahan untuk membuat sambal gudangan adalah parutan kelapa muda, bawang merah, bawang putih, ketumbar, laos, daun salam, jeruk purut, serai, garam dan gula jawa. penyajian sambal urap bisa pedas atupun tidak pedas. Pedas bermakna agar dalam menjalani kehidupan, supaya tidak mengalami pedasnya hidup (kemalangan, kesedihan dan malapetaka). Sedangkan tidak pedas memiliki agar sesorang diharapkan kelak menjadi manusai yang unggul, mumpuni, dan bermanfaat bagi orang lain

7. Jajanan Pasar

Jajanan pasar ini terdiri dari wajik, pisang hijau, suku, nanas, kedondong, jambu dan jeruk. Setiap dari jajanan tersebut memiliki makna sebagai berikut:

Wajik berarti berani melakukan kebajikan.

Pisang hijau berarti berbuat baik untuk menyenangkan anak dan istri.

Sukun berarti supaya hidup rukun.

Nanas berarti seseorang tidak boleh hidup serakah

Jambu berarti tidak memlakukan keburukan

Juruk berarti lahir dan batin seseorang haruslah sesuai

Keseluruhan dari jajanan pasar tersebut memiliki makna ketika menjalani kehidupan yang sesuai dengan Jalan?aturan Tuhan maka tidak akan tersesat atah salah jalan dalam menjani hidup.

8. Kembang Setaman

Kembang (bunga) ini terdiri dari bunga mawar, melati, dan kanthil.

Mawar berarti dijauhkan dari hawa nafsu yang buruk.

Melati berarti selalu ingat dan waspada.

Kanthil berarti agar hatinya selalu terikat kepada Tuhan YME dan menjadi anak yang tidak durhaka serta patuh kepada kedua orang tua dan para pemimpin terdahulu.

9. Bubur Tujuh Rupa

Bubur ini tediri dari bubur: merah, putih, merah silang putih, putih silang merah, putih tumpeng mera, merah tumpeng putih dan baro-baro (bubur putih yang diberi irisan gula merah dan parutan kelapa).

Bubur putih melambangkan ayah dan bubur merah melambangkan ibu. Lalu disilangkan dan menghasilkan timbal balik, maka akan muncul bubur baro-baro yang melambangkan kelahiran seorang anak. Bubur tersebut memiliki makna bahwa kita tidak boleh menyakiti dan menghianati orang tua. Serta harus berbakti kepada orang tua.

10. Uang Logam

Uang logam tersebut ditaruh dibawah daun pisang (alas tumpeng) peletakkan logam yg ditaruh dibawah memiliki makana jangan terlalu mengaungkan uang dan uang bukan segalanya.

Kesimpulannya, selametan bancaan weton merupakan tradisi yang memiliki filosofi yang sangat mendalam. Tidak hanya itu selametan bancaan weton megajarkan kita nilai moral yaitu dengan berbuat baik kepada Tuhan YME dan sesama manusia. Untuk itu sudah sepatutnya kita sebagai generasi muda melestarikan budaya tersebut agar tidak hilang termakan jaman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun