Mohon tunggu...
Evalin Ndoen
Evalin Ndoen Mohon Tunggu... Guru - Don't prove your self, just improve your self.

Gita Bangsa School, Citra Raya, Tangerang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Aplikasi Hierarchy of Needs dalam Dunia Pendidikan

12 November 2021   10:49 Diperbarui: 12 November 2021   10:50 514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mari berbicara mengenai Hierarchy of Needs. Pernah kah anada mendengar sebelumnya istilah hierarchy of needs? Hierarchy of needs merupakan salah satu legendary ideas dalam dunia psikologi, yang secara universal biasa dikenal juga dengan sebutan Maslow's Pyramid of needs, yang disajikan sebagai piramida lima tingkat, dengan kebutuhan yang lebih tinggi menjadi fokus hanya kebutuhan yang lebih mendasar telah terpenuhi. Melalui pyramid tersebut Maslow ingin mencari tahu apa sebenarnya aspek yang menjadi "purposefull of life" untuk manusia.

Maslow menyebut empat tingkat terbawah piramida sebagai 'deficiency needs' karena kita tidak merasakan apa-apa jika mereka terpenuhi, tetapi menjadi cemas atau tertekan jika tidak terpenuhi. Dengan demikian, kebutuhan fisiologis seperti makan, minum, dan tidur adalah kebutuhan defisiensi, seperti kebutuhan keamanan, kebutuhan sosial seperti persahabatan dan keintiman seksual, dan kebutuhan ego seperti harga diri dan pengakuan. Di sisi lain, Maslow menyebut piramida kelima, tingkat teratas sebagai 'growth need' karena merupakan kebutuhan kita untuk mengaktualisasikan diri dan mengharuskan kita untuk melampaui diri kita sendiri serta memenuhi potensi sejati kita sebagai manusia.

Penjelasan singkat di atas adalah menyangkut teori dari Hierarchy of Needs yang secara general berakar pada aspek psikologi. Namun, mari kita mengkaji Hierarchy of Needs dari kacamata psikologi sekaligus pendidikan.

Tidak dipungkiri bahwa ketika proses belajar berlangsung kita sering mendapatkan bahwa siswa merasa lelah dan mereka tidak dapat bekerja serta energi mereka terkuras. Tapi, di sisi lain, ada masalah seperti rasa lapar yang bisa mengubah kita dari melakukan hal-hal paling sederhana yang kita lakukan setiap hari. Dari sisi guru sebagai pendidik, pernahkah anda menemukan keadaan dimana murid anda datang ke sekolah tanpa membawa bekal atau makanan? Dan hal tersebut berlangsung hampir setiap hari. Pernahkah? Jika ya, apa yang anda lakukan? Bagaimana cara untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Saya percaya bahwa apabila anda adalah seorang guru, khususnya guru PAUD atau SD, hal demikian seringkali terjadi. Sekali atau dua kali, kita sebagai manusia, pasti tidak tega melihat anak tersebut hanya duduk termenung menahan lapar sedangkan teman-teman yang lain sedang menikmati bekal mereka. Merujuk pada Hierarchy of Needs menunjukan bahwa pemenuhan dasar akan physical needs anak tersebut terbilang tidak terpenuhi.

Bagaimana seorang anak datang ke sekolah untuk belajar tanpa dibekali oleh physical needs; apakah anak bersangkutan dapat berkonsentrasi dalam pembelajaran apabila ia merasa lapar?

Penting untuk dipahami bahwa sayangnya, kita sebagai guru tidak dapat memenuhi setiap kebutuhan fisiologis setiap siswa. Tidak mungkin bagi seorang guru untuk membekali setiap siswa dengan tidur, tempat tinggal, pakaian, dan makanan yang cukup. Di sisi lain, beberapa siswa mungkin memiliki masalah yang berbeda, seperti sakit atau anggota keluarga mereka mungkin sakit. Sayangnya, ini juga menahan siswa untuk berkembang dan belajar. Ini semua membawa kita pada kesimpulan logistik: Kebutuhan apa yang harus kita penuhi agar berhasil dalam proses pembelajaran? Jawabannya adalah : Kebutuhan dasar siswa harus dipenuhi.

Kebutuhan peserta didik merupakan kunci bagi keberhasilan proses pembelajaran. Apa yang seharusnya kita lakukan sebagai guru? Berikut adalah beberapa contoh :

Physical 

  • Untuk memenuhi physical needs siswa, sebaiknya guru melakukan upaya-upaya seperti memberikan pemahaman terhadap siswa tentang pentingnya pola hidup sehat dan teratur; Menanamkan kesadaran kepada siswa untuk mengonsumsi makanan-makanan yang mengandung gizi dan vitamin tinggi; Memberi kesempatan kepada siswa untuk beristirahat.

Security

  • Kebutuhan rasa aman meliputi sikap guru, seperti : menyenangkan, mampu menunjukan penerimaan terhadap siswanya, dan tidak menunjukan ancaman atau bersifat menghakami; Mengendalikan prilaku siswa di kelas/sekolah dengan menerapkan siswa pendisplinan siswa secara adil; dan Lebih bnyak memberikan penguatan prilaku melalui pujian /ganjaran atas segala perilaku positif siswa daripada pemberian hukuman atas perilaku negatif siswa.

Social

  • Hubungan guru dengan siswa, seperti guru dapat menampilkan ciriciri kepribadian: empatik, peduli dan interes terhadap siswa, sabar, adil, terbuka serta dapat menjadi pendengaryang baik; Guru dapat menerapakan pembelajaran individual dan dapat memahami siswanya (kebutuhan, potensi, minat, karakteristik, keperibadian, dan latar belakangnya; Guru lebih banyak memnberikan komentar dan umpan balik yang positif daripada yang negatif; Guru dapat menghargai dan menghormati setiap pemikiran, pendapat dan keputusan setiap siswanya; dan Guru dapat menjadi penolong yang bisa diandalkan dan memberikan kepercayaan terhadap siswanya.

Ego

  • Kebutuhan akan penghargaan terlihat dari kecendrungan siswa untuk diakui dan diperlakukan untuk diakui dan perlakukan sebagai orang yang berharga diri. Mereka ingin memiliki sesuatu, ingin dikenal dan ingin diakui keberadaannya di tengah-tengah orang lain.

Self-Actualization

  • Siswa menginginkan agar setiap usaha yang dilakukannya di sekolah, terutama dalam bidang akademis berhasil dengan baik. Hal-hal yang dilakukan oleh guru, yaitu: Memberikan kesempatan kepada para siswa untuk melakukan yang terbaik; Memberikan kebebasan kepada siswa untuk menggali dan menjelajah kemampuan dan potensi yang dimilikinya; Menciptakan pembelajaran yang bermakna dikaitkan dengan kehidupan nyata; Perencanaan dan proses pebelajaran yang melibatkan aktivitas meta kognitif siswa; dan Melibatkan siswa dalam proyek atau kegiatan self-expressive dan kreatif.

Menjadi seorang guru tidak hanya sekedar mendidik terkait dengan pembelajaran di kelas, namun lebih luar daripada itu. Apabila ditelaah lebih dalam, begitu banyak hal-hal yang harus diperhatikan oleh seorang sosok guru, salah satunya adalah terkait dengan Hierarchy of Needs yang ada kaitannya dengan siswa kita. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun