KALOR PENGUAPAN SEBAGAI ENERGI PENGAKTIFAN
Kalor didefinisikan sebagai energi panas yang dimiliki suatu zat. Secara umum untuk mendeteksi adanya kalor yang dimiliki oleh suatu benda yaitu dengan mengukur suatu benda tersebut. Jika suhunya tinggi maka kalor yang di kandung sangat besar, begitu juga sebaliknya jika suhunya rendah maka kalor yang dikandung sedikit. Dari hasil percobaan yang sering dilakukan besar kecilnya kalor yang dibutuhkan suatu benda (zat) bergantung pada tiga faktor yaitu massa zat, jenis zat (kalor jenis) perubaun suhu. Proses untuk mencapai keadaan transisi kompleks membutuhkan energi yang disuplai, sistem Energi inilah yang disebut dengan energi aktivasi. Pada reaksi endoterm ataupun eksoterm, keduanya memiliki energi aktivasi yang positif, karena keadaan transisi kompleks memiliki tingkat energi yang lebih tinggi dari reaktan (Vogel, 1994).
B. Pengertian Energi Aktivasi
Energi aktivasi adalah energi minimum yang harus dipenuhi agar reaksi dapat berjalan. Istilah aktivasi (Ea) pertama kali diperkenalkan oleh Svante Arrhenius dan dinyatakan dalam satuan kilo joule/ mol. Terkadang suatu reaksi kimia membutuhkan energi aktivasi yang teramat sangat besar, maka dari itu dibutuhkan suatu katalis agar reaksi dapat berlangsung dengan pasokan energi yang lebih rendah. Hukum laju adalah persamaan yang menyatakan laju reaksi sebagai fungsi dari konsentrasi semua spesies yang ada, termasuk produk Dalam metode laju awal, yang sering kali digunakan bersama-sama dengan metode isolasi, laju di ukur pada awal reaksi untuk beberapa reaktan dengan konsentrasi awal yang berbeda-beda.Energi pengaktifan adalah energi minimum yang diperlukan untuk menghasilkan tumbukan efektif agar terjadi reaksi. Energi pengaktifan dilambangkan oleh Ea.Pengukuran energi pengaktifan dilakukan dengan pengukuran laju rekasi pada berbagai suhu dan dengan menggunakan persamaan Arrhenius :
 Log K-LogA-(Ea/2.303 RT)
 Dimana :Â
K = Tetapan laju reaksi pada temperature mutlak (K)
A = Tetapan Arrhenius
Ea = Energi pengaktifan
R = Tetapan gas