Mohon tunggu...
Eva Fatmawati
Eva Fatmawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Masih terus belajar dan menjadi lebih baik

Sosok yang menyukai pantai, gunung dan alam lainya. Tinggal di timur pulau jawa.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Terbentuknya Karakter, Moral dan Kepribadian Siswa di Lembaga Sekolah

16 Desember 2021   11:55 Diperbarui: 16 Desember 2021   11:59 664
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

3. Menerapkan pendidikan berdasarkan karakter. Hal ini bisa dilakukan dengan memasukkan character-based approach ke dalam setiap mata pelajaran nilai yang ada, di samping matapelajaran-mata pelajaran khusus untuk pendidikan karakter, seperti pelajaran agama, pendidikan kewarganegaraan (PKn), sejarah, Pancasila dan sebagainnya.

B. Peran Sekolah Sebagai Screening Moral

Sekolah berfungsi sebagai lembaga pendidikan yang akan mencetak manusia yang berintegritas tinggi dan bermoral, hal ini telah menjadi perhatian masyarakat dari berbagai kalangan, akibat perkembangan zaman yang semakin pesat ini telah banyak mengubah pola masyarakat.

Dalam pendidikan, guru tidak hanya sebagai pemberi ilmu pengetahuan kepada siswa, melainkan juga sebagai pemberi nilai, maksudnya ialah guru harus mampu menjelaskan materi pembelajaran sekaligus menghubungkan meteri tersebut dengan nilai-nilai kehidupan sehari-hari. Guru juga harus dapat menyaring moral siswa. Artinya dia harus mampu melihat perkembangan moral siswa, apakah menjadi lebih baik ataukah lebih buruk dari sebelumnya. Jadi, guru harus mempunyai sebuah catatan yang berisi tentang moral para siswa. Yang bertujuan untuk memberikan bimbingan bagi siswa yang banyak melakukan pelanggaran. Dan catatan tersebut bisa menentukan atau menjadi tolak ukur untuk kelulusan siswa nantinya.

Berikut merupakan faktor-faktor yang memegang peranan penting dalam pendidikan moral, yakni:
a. Pembiasan (condisioning) yang didalamnya diperlukan adanya re inforcement, baik berupa reward maupun punishment terhadap perilaku moral anak jika anak melakukan tindakan moral yang di harapkan (baik), maka di beri pujian (hadiah). Jika melakukan tindakan moral yang tidak di harapkan (buruk), maka diberi hukuman.

b. Pengembangan berpikir kritis terhadap alasan dan tujuan perilaku moral, yang didalamnya diperlukan adanya diskusi dan pembahasan intensif serta penjelasan terhadap pertimbangan moral (alasan melakukan suatu perilaku moral) serta tujuan dan akibat dari tindakan moral. Dari adanya pemikiran kritis akan dimungkinkan mengembangkan perilaku moral anak dari suatu perilaku moral yang hanya berpusat untuk dirinya menuju pada perhatian kepada orang lain. Selanjutnya akan dimungkinkan terbentuk suatu tindakan moral yang memperhatikan nilai-nilai universal.

C. Sekolah sebagai pembetukan kepribadian


Sekolah sangat memilki peran penting dalam pembentukan kepribadian anak. Selain itu, sekolah juga tempat untuk menambah pengetahuan, dimana pengetahuan yang tidak ia dapatkan di rumah bisa didapat di sekolah. Tidak hanya pengetahuan, tetapi juga pembentukan moral atau kepribadian siswa, semisal anak tidak mendapat pendidikan moral dari orang tuanya atau anak memiliki kepribadian buruk, mungkin hal ini disebabkan karena orang tua sibuk dengan pekerjaannya sehingga tidak sempat untuk mengurus anak, maka disinilah peran sekolah sangat dibutuhkan dalam hal pembentukan kepribadian anak.

Berikut adalah beberapa indikator sebuah sekolah dalam menentukan keberhasilan sosialisasi dalam menentukan kepribadian seorang anak:

1. Faktor guru yang berkompeten menjadi unsur pertama yang harus dimiliki oleh sebuah sekolah.  Guru menjadi media komunikasi sosialisasi di sekolah, dimana seorang anak akan menerima informasi langsung dari guru, nilai dan norma akan langsung secara utuh.  
Kemampuan personal dan kecakapan guru menjadi penting terhadap anak, tak sedikit seorang anak yang mengidolakan seorang guru karena kekaguman anak terhadap pribadi guru tersebut, anak menjadikan role model terhadap kepribadiannya.
Selain itu guru juga harus memiliki sisi karismatik terhadap anak sehingga anak akan merasa hormat terhadap guru sebagaimana nilai dan norma yang di ajarkan kepada anak.

2. Selanjutnya bentuk dan kualitas dari lembaga sekolah itu sendiri, sistem yang baik, ketersediaan fasilitas yang memadai, kualitas guru yang baik dan berfungsinya semua unsur elemen dalam kelembagaan sekolah menjadi faktor penentu kepribadian yang mempengaruhi cukup besar terhadap anak.
Semua ini saling berhubungan dengan stigma dan prestise dari sekolah itu sendiri.   Sekolah yang memiliki stigma dan prestise baik akan cenderung menerapkan peraturan yang lebih baik, sehingga tingkat kedisiplinan akan diterapkan secara utuh

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun