"Kau sibuk sepanjang hari di warung kopi, dan kau pun belum pernah berusaha untuk mencarikan aku pekerjaan. Aku akan pergi sekarang untuk mencari pekerjaan."
Dia berdiri dan menampar muka saya, sambil berkata, "Berani benar kau untuk bersuara keras jika bicara dengan aku, kau gelandangan, kau perempuan murahan?"
Dia lalu mengurung saya sebelum pergi. Sekarang saya tidur di lantai di kamar lain. Dia pulang tengah malam, menarik kain penutup dari tubuh saya, menampar muka saya, dan merebahkan tubuhnya di atas tubuh saya dengan seluruh berat badannya. Saya tetap memejamkan mata dan menyingkirkan tubuh saya. Demikianlah saya tergeletak di bawahnya tanpa bergerak, kosong dari segala berahi, atau rasa nikmat, malahan dari rasa nyeri, tidak merasakan apa-apa. Sebuah tubuh yang mati tanpa kehidupan sama sekali di dalamnya.
Kemudian pada suatu malam, tubuhnya seakan-akan lebih berat dari biasa, dan napasnya berbau lain, maka saya membuka mata. Ternyata wajah di atas saya bukan wajah Bayoumi.
"Siapa kau?" kata saya.
"Bayoumi," jawabnya.
Saya mendesak, "Kau bukan Bayoumi. Siapa kau?"
"Apa sih bedanya? Bayoumi dan aku adalah sama." Kemudian dia bertanya, "Kau rasakan nikmat?"
Saya takut untuk mengatakan bahwa saya tak merasakan apa-apa, maka saya menutup mata saya sekali lagi dan berkata, "Ya."
Lalu dia menambahkan kehampaan sekali lagi dalam diriku. Sambil menggigitku berulang-ulang ia berkata:
"Pelacur, perempuan jalang." Kemudian dia menghina ibu saya dengan kata-kata yang tak sanggup saya ikuti.