Mohon tunggu...
Eva Cristine Ronauli
Eva Cristine Ronauli Mohon Tunggu... Penulis - Dikenal juga sebagai LVWM dan Pandalica

Content Writing Enthusiast; Preloved Book Hunter; Folkies.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Mengenang Sejarah G30S/PKI yang Terabaikan melalui Buku Cerpen G. M. Sudarta

1 Mei 2023   13:08 Diperbarui: 29 Januari 2025   14:41 822
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku Bunga Tabur Terakhir | Sumber: Dokumentasi Pribadi

Hatiku sesak dan sakit selama membaca buku Bunga Tabur Terakhir karya G. M. Sudarta. Kumpulan cerita pendek (cerpen) bernuansa tahun 60-an ini mengangkat suasana saat gerakan PKI (Partai Komunis Indonesia) dan anti-PKI sedang marak-maraknya.

Sepuluh cerpen dengan keindahan dan kepahitannya masing-masing berhasil menggambarkan kisah-kisah orang kecil di tengah kekejaman dan kekelaman masa gelap itu. Yang mungkin dapat membuka pikiran dan hati orang-orang yang memandang sebelah mata salah satu kejadian suram negara Indonesia ini.

Secara pribadi, aku belum membaca tentang gerakan PKI di Indonesia versi pemerintah, hanya berupa film usang berjudul Pengkhianatan G30S/PKI yang ditayangkan saat masih Sekolah Dasar sehingga alangkah baiknya kita yang ingin mempelajari lebih dalam mengenai gerakan ini dapat membaca dari banyak sumber terpercaya agar tidak termakan hoaks.

Melalui buku kecil ini, G. M. Sudarta menggambarkan kondisi dan situasi se-riil mungkin pada masa itu. Seluruh ceritanya berdasarkan wawancara kepada keluarga dan kerabat yang mengalami atau mendengar kejadiannya tersebut. Selamat menyelami masa lalu!

Surat Cinta Tentara

Bayangkan, kamu dan keluargamu sedang bercengkerama, lalu tiba-tiba suara ketukan pintu dari orang yang tidak diundang menggema di ruang tamu. Mereka adalah perwakilan kampung, seperti ketua RT atau RW, bersama perwakilan tentara yang datang membawa 'surat cinta'-nya.

"Assalamualaikum, Pak Karto. Saya kemari membawa amanat negara. Kami mau mengamankan Marno, Pak. Desa ini harus dibersihkan dari anggota partai yang telah berbuat makar."

Pola yang sama berulang-ulang terjadi. Padahal, mereka yang dituduh hanyalah kumpulan anak muda yang ingin berjuang untuk keluarganya. Tidak tahu benar dan salah di mata negara saat itu.

Wanita-wanita mudanya? Jangan tanya. Dari cerita yang ada, kebanyakan dari mereka dinikahkan dengan orang penting dari desa atau dijadikan semacam PSK (Pekerja Seks Komersial).

Hanya Janji Manis

Jeritan hati dalam Bunga Tabur Terakhir memang hanya inspired by. Namun, melalui karya G. M. Sudarta ini, rasa empatiku terhadap rakyat kecil semakin bertumbuh. Semoga, jika ada kesempatan, aku bisa menolong orang lain.

Karena, melalui sepuluh cerpen ini, permasalahan yang ada saat itu adalah warga kecil yang diberikan janji-janji manis oleh oknum tertentu dengan syarat tertentu, salah satunya ikut perkumpulan pemuda ... yang ternyata berkedok ... ah, aku tidak perlu melanjutkan, hehe.

Mereka hanyalah orang-orang yang membutuhkan bantuan, baik dari segi perekonomian maupun dukungan moral. Tetapi, keadaan saat itu memang sangatlah sulit. Aku pun tidak bisa membayangkannya.

Buku ini membuatku berpikir bahwa mungkin kita yang hidup di zaman sekarang belum sepenuhnya belajar dari sejarah. Karena ketidakadilan yang sama masih mengintai hingga hari ini, hanya dengan topeng yang lebih baru.

Jika kamu tertarik mendalami lebih lanjut, aku sarankan untuk membaca buku Bunga Tabur Terakhir secara langsung. Atau, mungkin menonton film dokumenter atau membaca buku sejarah lain tentang G30S/PKI. Barangkali, dengan begitu, cara kita mengenang peristiwa ini menjadi sedikit berbeda.

Demikianlah suara sejarah yang terabaikan oleh masyarakat, mungkin termasuk aku dan kamu. Mari sama-sama terhanyut dalam karya karikaturis asal Klaten ini.

Akhir kata, mari kita sama-sama merenungkan: Bagaimana jika kita berada di posisi orang-orang kecil yang terjebak dalam situasi tersebut? Apa yang bisa kita lakukan hari ini untuk mencegah ketidakadilan seperti itu terulang kembali?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun