3. Menjadi Saksi
Pada sebagian pelaku pelecehan seksual, mereka pernah menyaksikan kekerasan seksual terhadap anggota keluarga lain saat masih kecil. Sama halnya dengan menjadi korban, menjadi saksi kekerasan seksual dapat memicu trauma yang dibawa hingga dewasa.
4. Ketergantungan
Ketergantungan obat-obatan terlarang dan minuman keras dapat memengaruhi seseorang untuk melakukan pelecehan seksual. Hal ini bisa membuat seseorang melakukan tindakan tersebut dalam kondisi tidak sadar karena pengaruh obat atau alkohol.
5. Fantasi Seksual
Ada beberapa orang yang memiliki fantasi seksual dengan unsur kekerasan atau melecehkan. Misalnya, akan terangsang jika membayangkan mengikat pasangannya dan memberikan rasa sakit. Preferensi satu orang dengan yang lain bisa berbeda, dan hal ini juga dapat memicu terjadinya pelecehan atau kekerasan seksual.
6. Kebiasaan Menonton Konten Porno
Penyebab terjadinya pelecehan seksual dapat berhubungan dengan kebiasaan mengonsumsi konten porno. Misal, sering membaca atau menonton konten-konten porno. Hal ini memicu adanya fantasi seksual, dan apabila tidak disalurkan dengan baik maka bisa saja berujung pada pelecehan seksual.
Gereja Katolik memiliki pendekatan yang jelas dalam mencegah dan menangani kasus pemerkosaan dan LGBT, berlandaskan pada ajaran moral dan etika. Berikut adalah beberapa cara yang diusulkan oleh Gereja Katolik untuk mencegah pemerkosaan dan LGBT:
1. Pendidikan Moral dan Etika
Mengedukasi umat tentang nilai-nilai moral dan etika dalam hubungan seksual, termasuk pentingnya penghormatan terhadap tubuh dan martabat orang lain. Pendidikan ini harus mencakup pemahaman tentang konsensualitas dalam hubungan.