Film dua garis biru yang tayang pada tahun 2019, merupakan film drama remaja Indonesia. Film tersebut di sutradarai oleh Gina S. Noer dan film tersebut diproduksi oleh starvision plus.Film dua garis biru mengangkat tema kehamilan pada remaja. Film tersebut bercerita tentang sepasang remaja yaitu Dara dan Bima yang duduk di bangku SMA.
Ketika mereka berpacaran, mereka melewati batas pacaran remaja pada umumnya, sehingga hal tersebut membuat Dara hamil.
Film dua garis biru tersebut sangat kontroversial di Indonesia ketika trailernya pertama kali ditayangkan. Banyak orang yang menganggap film tersebut mengajarkan yang tidak baik dan banyak juga yang meminta agar film tersebut tidak ditayangkan.
Namun ada banyak juga yang mendukung film tersebut untuk ditayangkan, karena menganggap film tersebut penting dan dijadikan sebagai edukasi kepada para remaja.
Di hari pertama penayangan film dua garis biru, film tersebut mendapatkan banyak respon positif dan meraih 800.225 penonton. Bahkan film tersebut mengungguli film-film Indonesia yang tayang di waktu yang bersamaan.
Setiap film pasti memiliki makna dan pesan yang ingin disampaikan oleh pembuat film kepada penontonnya. Penonton yang satu dengan yang lainnya pasti mendapatkan makna yang berbeda-beda.
Saya mewawancarai tiga penonton film dua garis biru dan menanyakan mengenai makna apa yang mereka dapatkan setelah menonton film tersebut.
Narasumber pertama saya yaitu laki-laki bernama Stefanus Cancan yang berprofesi sebagai Sutradara.
Stefanus Cancan mengatakan "Film Dua Garis Biru menjadi sebuah pengingat bagaimana kita tidak boleh gegabah mengambil keputusan. Ketika dihadapkan pada pilihan, kita perlu mempertimbangkan matang-matang soal konsekuensi yang akan terjadi setelah kita menjalani pilihan tersebut. Apa yang akhirnya Bima dan Dara alami memberikan penjelasan bahwa saat memikirkan berbagai pertimbangan, baiknya kita lebih mengutamakan alasan-alasan yang muncul dari logika dan bukan rasa atau emosi".
Narasumber yang kedua yaitu perempuan bernama Liony yang berprofesi sebagai seniman.
Liony mengatakan "Keputusan awal Dara dan Bima memang salah, namun saya menggaris bawahi soal bagaimana mereka berdua bertanggung jawab menjalani konsekuensi dari kesalahan mereka. Dalam mengambil pilihan, pasti ada saja kekeliruan yang kita buat sehingga membuat kita rugi dan berjalan ke arah yang salah".
Kemudian ia juga mengatakan "Saya menormalisasi hal ini karena di usia muda, biasanya kita masih menggunakan perasaan dan memilih hal yang sepertinya menyenangkan hati kita pada saat itu. Hanya saja, jangan sampai ketika salah memilih kemudian kita terasa terpuruk atau bahkan menyalahkan orang lain. 100% keputusan ada di tangan kita. Jika kita berani memilih dan sadar akan pilihan itu, maka kita juga harus berani menjalani dan menyadari seluruh akibat yang akan terjadi dari pilihan itu".
Narasumber yang ketiga yaitu perempuan bernama Gabriella, ia adalah mahasiswa ilmu komunikasi.
Gabriella mengatakan "kita sebagai anak muda gacuma harus fokus ke pendidikan itu sendiri sebagai edukasi, tetapi harus aware juga sama hal-hal yg deket sama kita".
Dari ketiga narasumber yang memiliki latar belakang berbeda, saya melihat bahwa pesan atau makan yang mereka dapatkan berbeda-beda, hal tersebut bisa terjadi karena pemahaman, kondisi, perasaan setiap orang berbeda-beda.
Menurut saya pribadi film dua garis biru memiliki makna yang sangat mendalam dan sangat baik, banyak pelajaran yang diberikan kepada anak-anak muda untuk bagaimana mereka akan bertindak.
Berawalan dari kontroversi, namun akhirnya bisa diterima oleh masyarakat, dan sangat menginspirasi banyak orang.
Semenjak munculnya film dua garis biru, banyak film-film baru yang menceritakan tentang kehamilan pada remaja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H