Mohon tunggu...
Eunike Janny
Eunike Janny Mohon Tunggu... -

menulis adalah dialog batin dalam keheningan

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Kisah Cinta Matahari dan Bulan

7 Juli 2014   21:49 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:07 2743
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1404706426620120487

[caption id="attachment_346696" align="aligncenter" width="300" caption="Image source: pleiades513"][/caption]

Seekor burung hinggap di atas ranting pohon dan bertanya padanya, "Wahai pohon, kau yang katanya saksi bisu atas semua peristiwa di taman ini, maukah kau menceritakan kepadaku kisah cinta matahari dan bulan di taman ini?" Si pohon mengangguk dan mulai bercerita.

Alkisah dahulu kala matahari dan bulan adalah sepasang kekasih yang selalu bersama sepanjang hari di langit terang dan di langit kelam. Mereka saling mencintai dan tak pernah terpisahkan oleh jarak dan waktu. Bulan selalu mengikuti matahari kemanapun matahari pergi. Bagi bulan, matahari adalah dunianya, sumber cahayanya.

Hingga suatu saat bulan mengeluh pada matahari, "Cahayamu lambat laun mulai terasa panas dan menyakitkan. Cinta ini melekat. Dan makin aku melekat padamu makin aku kesakitan terbakar sinarmu."

"Aku tidak mengerti dirimu, apa maksudmu dengan cinta ini melekat dan membuatmu sakit?" tanya matahari.

"Cinta ini terikat dalam ego dan nafsu. Aku milikmu. Kau milikku. Semakin melekat, aku semakin takut kehilanganmu dan kau semakin angkuh dengan ketergantunganku. Aku tidak memiliki duniaku sendiri karena dunia yang kulihat hanya dirimu."

"Lalu apa yang kau inginkan?" tanya matahari lagi.

"Ijinkan aku pergi seorang diri, beri aku duniaku sendiri. Kau bisa mencari penggantiku kalau kau mau," jawab bulan.

"Tapi aku mencintaimu," bantah matahari.

"Tolonglah aku, aku tak ingin cinta seperti ini. Aku tak ingin dimiliki dan memiliki. Aku mencintai kebebasanku sama seperti aku mencintai kebebasanmu."

"Tidak. Sampai kapanpun aku tidak akan melepaskanmu," ujar matahari bersikeras.

"Itulah egomu," sahut bulan pasrah.

Matahari belum juga mau melepaskan bulan. Matahari terus mengikat bulan untuk selalu berada di dekatnya, untuk selalu bergantung padanya. Bulan mulai melayu, terpenjara dalam cinta yang membelenggu. Sesak. Pengap.

Melihat penderitaan bulan, hati matahari mulai meleleh. Akhirnya matahari mengalah dan berkata pada bulan, "Baik kalau kau ingin kebebasan dalam duniamu sendiri. Aku akan disini bersama langit terang dan kau akan disana bersama langit kelam. Kita hidup sendiri-sendiri mulai sekarang. Aku berdoa semoga Tuhan selalu menyertaimu dalam setiap langkahmu. Kau akan selalu menjadi kenanganku dan satu-satunya cinta dalam hidupku."

Sejak saat itu matahari dan bulan berpisah, tidak pernah saling bersua dan berkata. Namun pancaran sinar matahari kepada bulan dari kejauhan adalah bukti bahwa matahari masih selalu mencintai bulan. Dan kali ini cahaya matahari tidak lagi membakar bulan.

Di atas taman langit terang benderang. Matahari kini hanya bersinar seorang diri tanpa bulan di sisinya. Lalu ketika malam tiba matahari menyingkir, membiarkan bulan berkilau bahagia dengan kesendiriannya dalam dunianya yang hening di malam hari. Dan ketika pagi menjelang bulan menepi, membiarkan matahari bersinar cerah dalam dunianya yang ramai di pagi hari.

Bulan masih mencintai matahari tapi kini dengan bentuk cinta yang berbeda. Bulan membebaskan matahari berkelana di langit terang seperti matahari membebaskan bulan mengembara di langit kelam.

Cinta murni tidak melekat dan tidak terbelenggu oleh ego dan nafsu. Cinta lebih indah bila tidak saling memiliki, tapi saling membebaskan. Karena cinta adalah milik semesta, cermin keindahan Ilahi yang tak berbatas dan tak bersyarat.

Akhir dari sepenggal kisah cinta matahari dan bulan seperti yang dikisahkan oleh pohon kepada burung sebelum burung kembali terbang melanjutkan perjalanannya di atas langit yang mulai gulita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun