Cerita berima
Cerita berima adalah kisah yang ditulis dengan menggunakan diksi (pilihan kata) yang mempunyai bunyi sama. Selain alur kisah yang memperkaya imajinasi anak, cerita berima juga bermanfaat untuk memperkaya kosakata atau perbendaharaan kata pada anak-anak. Misalnya kata dengan yang diucapkan dengan sengau atau suara hidung, yaitu ng. Anak bisa mengenal berbagai kata yang diakhiri bunyi ng melalui cerita berima.
Untuk mengenalkan keaksaraan awal pada anak usia dini, cerita berima ini bisa menghadirkan pengalaman yang menyenangkan pada anak yang baru belajar mengenal kata. Pengalaman yang menyenangkan dalam proses mengenal huruf, suku kata, dan kata akan menanamkan kecintaan anak pada keaksaraan. Â Jika pondasi keaksaraan ini sudah kuat, karena dibangun melalui proses yang menyenangkan, akan tumbuh sikap senang membaca dalam diri anak. Kesukaan pada bacaan adalah pondasi untuk membangun sikap senang belajar dan menumbuhkan karakter menjadi pembelajar sepanjang hayat.
Mari Bunda, kita ajak ananda mengenal betapa kaya kosakata dalam Bahasa Indonesia. Saya menulis dan mengirimkan tulisan ini ke Kompasiana dengan harapan semoga Bunda yang juga punya keprihatinan terhadap rendahnya literasi di Indonesia dapat melakukan langkah sederhana. Dimulai dari anak kita atau anak-anak yang kita jumpai, dengan mengenalkan berbagai kata pada anak melalui proses yang menyenangkan.
Selamat berpetualang dalam kata, bersama ananda. Berikut salah satu karya Cerita Berima yang saya tulis di buku saya yang berjudul : Buku Aktivitas : Lancar Membaca Siap Masuk SD diterbitkan oleh SIP Publishing.
Wafa dan Anak Burung
Â
Suatu sore, Wafa bermain di bawah pohon rambutan dengan riang.
Ia mengajak teman-temannya bersenang-senang.
Teman-teman Wafa tertawa girang.
Mereka berayun di pohon, dari batang, cabang ke ranting.
Saat senja tiba, mereka pulang.
Teman-teman Wafa berlari ke rumah masing-masing.
Tiba-tiba Wafa melihat sarang.
Ternyata itu sarang burung.
Ada tiga anak burung bercuit kencang.
Wafa membawanya pulang.
Wafa merawat anak burung itu dengan penuh kasih sayang.
Ketika anak burung belajar terbang, Wafa mengamati tanpa murung.
Hingga tiba suatu siang, Wafa mendapati sarang itu kosong.
Lalu terdengar kicau merdu di pohon pisang.
Wafa tersenyum, anak-anak burung itu tidak hilang.
Mereka terbang bersama kawan-kawan tersayang.
Â
Wafa melambaikan tangan dengan senyum tersungging. Ia senang pernah memberi makan anak burung sampai kenyang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H