Mohon tunggu...
Euis Siti Aisyah
Euis Siti Aisyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi S2 PAUD UPI

Mahasiswa S2 PAUD UPI

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pentingkah Teori Kritis terhadap Kemampuan Berpikir Anak Usia Dini?

23 Maret 2022   04:00 Diperbarui: 23 Maret 2022   05:03 943
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teori kritis merupakan suatu pemikiran yang menitikberatkan pada penilaian reflektif dan kritik dari masyarakat serta budaya yang berkembang dengan menerapkan pengetahuan yang bersumber dari ilmu-ilmu social dan humaniora. 

Tujuannya adalah untuk mengkritisi paradigma berpikir positif yang berhubungan dengan paradigma dan metode social ilmu ke arah paradigma serta metode yang digunakan pada keilmuan alam. Teori kritis juga memberikan gagasan untuk mengkritisi sebuah paradigma secara menyeluruh.

Teori kritis apabila dikaitkan dengan pendidikan anak usia dini sangatlah penting untuk diterapkan karena teori kritis mengajarkan anak untuk berpikir kritis dan kreatif, menelaah masalah yang terjadi dan dihadapi dari sudut pandang yang luas, dan mengatasi berbagai perbedaan yang ada disekitar baik perbedaan dirinya maupun dengan lingkungan sekitar. 

Sedangkan untuk guru sebagai pendidik anak usia dini, teori kritis diperlukan sebagai dasar pemikiran bagi guru dalam mengkritisi berbagai fenomena yang terjadi di lapangan seperti mengkritisi bahwa anak memiliki karakteristik yang berbeda sehingga guru akan mendidik anak dari sudut pandang yang berbeda pula, artinya tidak menyamaratakan perlakuannya antara anak yang satu dengan anak yang lainnya karena terdapat perbedaan dari sudut pandang lingkungan, latar belakang budaya, pekerjaan orangtuanya, dan sebagainya. kemampuan berpikir kritis pada anak usia dini merupakan salah satu hal yang fundamental yang dituntut saat ini seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. 

Anak juga dihadapkan pada proses berpikir yang kreatif agar dapat menyikapi berbagai permasalahan yang terjadi karena diperlukan pula penyelesaian masalah yang harus cepat. 

Menurut G.F. Smith (2002) dalam Natalina, S. (2015) menyatakan bahwa kemampuan seseorang dalam berpikir kritis merupakan "essencial core life skills" sekarang ini dan harus dimiliki oleh setiap individu serta harus terus diasah.

Mengembangkan kemampuan berpikir kritis pada anak bukanlah perkara yang mudah untuk dilakukan,  selain memerlukan suatu proses yang kontinyu juga harus didukung oleh lingkungan yang dapat membentuk seorang anak itu dapat berpikir secara kritis dan kreatif. Melalui pendidikanlah maka hal itu dapat diasah dengan semaksimal mungkin. 

Peran sekolah dan pendidik menjadi sangat krusial dalam menjembatani segala olah pikir anak usia dini agar dapat terlatih untuk berpikir secara kritis.. Inilah yang menyebabkan betapa pentingnya teori-teori kritis diterapkan di lembaga pendidikan anak usia dini. Kemampuan berpikir kritis pada pendidikan anak usia dini dapat dikembangkan melalui enam aspek bidang pengembangan seperti yang tercantum dalam Permendiknas No 146 Tahun 2014 meliputi aspek nilai dan moral agama, social emosional, bahasa, kognitif, fisik motorik dan seni.  

Anak usia dini diarahkan untuk  belajar memecahkan masalah sederhana, mengekplorasi diri dan linngkungan, mengekspresikan berbagai ide serta gagasannya melalui kegiatan-kegiatan yang mengasahnya untuk berpikir kritis dan kreatif. Contoh kegiatan pembelajaran yang berpikir kritis dan kreatif diimplementasikan dalam suatu proses pembelajaran saintifik. 

Pendekatan pembelajaran saintifik lebih memberikan kesempatan pada anak untuk mendapatkan pengalaman belajar yang nyata dengan cara mengamati, menanya, mengumpulkan informasi , mengasosiasi dan mengomunikasikannya seperti yang tercantum dalam esensi kurikulum 2013. 

Anak melakukan percobaan dan menemukan sendiri jawaban melalui pengamatannya sendiri. Guru hanya menuntun dan memfasiltasi anak dalam penyediaan alat dan bahan pembelajaran agar anak dapat mengeksplorasi dan memahami sesuatu dengan cara menemukan sendiri sehingga ketrampilan berpikir kritisnya terfasilitasi.

Kemampuan berpikir kritis memiliki beberapa manfaat  bagi kehidupan sehari-hari terutama bagi anak di lembaga pendidikan anak usia dini,  sebagai berikut :

1. Menjadi lebih open minded

Kemampuan berpikir kritis membuat anak menjadi lebih terbuka pada berbagai perbedaan yang ada seperti perbedaan pendapat ataupun pemahaman tentang segala sesuatu. Ketika anak menerima informasi baru, anak berupaya untuk mencari solusi terhadap permasalahan yang dihadapinya dengan tetap objektif mengaitkan dengan sumber-sumber pengetahuan yang telah dimiliki anak sebelumnya.

2. Mudah menyelesaikan masalah

Berpikir kritis membuat anak akan lebih mudah dalam menyikapi dan menyelesaikan masalah dimana mereka akan menemukan benang merah dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang sedang dihadapinya. Kemampuan berpikir kritis membantu mereka menemukan solusi terbaik.

3. Meminimalkan salah persepsi

Berpikir kritis membuat anak lebih mudah menjabarkan pendapat dari orang lain baik itu dari oarngtua, guru dan temansebayanya sehingga saat tahu bahwa persepsi dari seseorang itu salah maka anak tidak lantas percaya, akan tetpi berusaha mencari kebenarannya.

4. Mengetahui kemampuan diri

Kemampuan berpikir kritis membuat anak menjadi lebih mampu mengetahui kemampuan diri khususnya dalam menganalisis masalah yang dihadapi. Anak akan berupaya untuk menemukan informasi baru yang sebelumnya tidak diketahui sebagai cara untuk memahami dan memperbaiki masalah tersebut.

5. Mampu berkomunikasi lebih baik

Kemampuan berpikir kritis membuat anak menjadi lebih baik dalam berkomunikasi. Berpikir kritis membuat anak berani dalam menyampaikan ide dan gagasan dengan lebih sistematis dan informatif sehingga lebih mudah dipahami oleh orang lain baik itu oleh orangtua, guru dan teman sebaya.

6. Tidak mudah dimanfaatkan oleh orang lain

Berpikir kritis tidak lantas membuat anak mejadi lebih mudah dimanfaatkan orang lain dalam berbagai situasi dan persoalanl tertentu, karena anak akan memiliki kecermatan berpikir ketika seseorang melakukan sesuatu terhadap dirinya

Berdasarkan pada paparan di atas, teori kritis sangat penting diterapkan dalam pendidikan anak usia dini. Teori kritis sangat memberikan pengaruh yang besar bagi perkembangan kognitif anak usia dini terutama dalam penanaman konsep berpikir kritis dan kreatif untuk memecahkan masalah, mengkritisi segala persoalan yang dihadapi baik saat berlangsung pembelajaran di kelas maupun kejadian kompleks yang terjadi di sekolah.

Teori kritis merupakan salah satu aliran teori yang memberikan pengaruh yang sangat signifikan di era revolusi industry 4.0 dan era society 5.0. Berbagai tantangan dan hambatan yang muncul akan dengan mudah dihempas ketika anak dari sejak dini diasah kemampuan berpikir kritisnya. 

Anak usia dini akan dengan mudah menghadapi segala tantangan dan hambatan yang ada karena terbiasa untuk berpikir kritis. Anak juga akan dengan kreatif menyuguhkan berbagai solusi dalam menyikapi masalah dan hal ini akan terus berimbas pada kehidupan selanjutnya di masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun