Mohon tunggu...
Euis Ittauli Malau
Euis Ittauli Malau Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Fakultas Psikologi Undip

Mahasiswa Fakultas Psikologi Undip

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mahasiswa Tim II KKN Undip 2021 Buat Psikoedukasi untuk Melawan Stigma Sosial di Masa Pandemi Covid-19

11 Agustus 2021   02:35 Diperbarui: 11 Agustus 2021   02:38 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kasus positif COVID-19 di tanah air melonjak tinggi sejak beberapa pekan terakhir. Satgas Penanganan COVID-19 menyebut mobilitas pemudik pada Idul Fitri yang lalu dan kedatangan tenaga kerja Indonesia dari negara lain turut menjadi faktor. 

Selain itu, sejumlah varian baru COVID-19 juga membuat kasus meningkat tinggi. Terutama akibat penyebaran varian Delta yang berasal dari India. Kemenkes mengatakan tingkat penularan varian Delta berkali-kali lebih cepat ketimbang virus corona biasa.

Satgas Percepatan Penanganan COVID-19 Kabupaten Tapanuli Utara merilis data terbaru peta sebaran COVID-19 pada website resminya yang menunjukkan bahwa per 6 Juli 2021 jumlah total terkonfirmasi di Kabupaten Tapanuli Utara sejumlah 2.594 orang. 

Angka ini mungkin terlihat kecil jika dibandingkan daerah lainnya di Sumatera Utara bahkan di Indonesia. 

Namun perlu dipahami bahwa perbedaan angka tersebut disebabkan oleh wilayah yang luas, jumlah penduduk yang tidak begitu besar (dibanding daerah lain), dan rendahnya tracking yang dilaksanakan.

Kecamatan Sipoholon sebagai salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Tapanuli Utara dan merupakan lokasi KKN mahasiswa pengusul, dari data yang ada terkonfirmasi sebanyak 297 kasus positif COVID-19. Mayoritas mata pencarian masyarakat berasal dari hasil pertanian. Edukasi masyarakat terkait bahaya COVID-19 juga masih tergolong rendah. 

Menggunakan masker saat beraktivitas ke luar ruangan belum menjadi kebiasaan baru karena faktanya jika tidak karena kondisi yang mewajibkan (misalnya ke instansi pemerintahan dan layanan kesehatan) atau adanya razia masker oleh pihak berwajib, maka masih sulit menjadikan pakai masker sebagai budaya baru. 

Tidak perlu menanyakan terkait kebiasaan cuci tangan atau menggunakan hand sanitizer, nyatanya masyarakat masih banyak yang belum percaya COVID-19 dan meyakini bahwa penyakit ini hanya ada di pulau Jawa saja. Masyarakat dominan akan percaya jika sudah melihat langsung adanya korban.

Terkonfirmasi kasus positif hingga jatuhnya korban jiwa tidak otomatis membuat masyarakat menjadi waspada dan menaati protokol kesehatan. Masalah yang selanjutnya terjadi adalah munculnya stigma sosial. 

Stigma sosial yang telah banyak terjadi adalah terhadap ras tertentu, penyintas COVID-19, dan tenaga medis. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun