Mohon tunggu...
Ety Handayaningsih
Ety Handayaningsih Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Fulltime Blogger

Ibu Dua Orang Putri | Blogger | http://etyabdoel.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Menepis Jerat Alergi Agar Buah Hati Tetap Berseri

27 Oktober 2019   08:59 Diperbarui: 28 Oktober 2019   17:26 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu alergi pada anak foto : Pixabay 

Zahira baru saja pulang sekolah. Belum sempat berganti baju, tiba-tiba tangisnya pecah. Disela isaknya, ia mengatakan kalau sedari pagi mengantuk. Tak bisa memahami pelajaran yang disampaikan gurunya. Dia kalut karena ketinggalan pelajaran. Semua ini terjadi gara-gara rasa gatal yang menyerang kulitnya semalam.

Sejak bayi, Zahira memang memiliki riwayat alergi dermatitis atopik. Tapi, baru kali itu ia merasakan gatal yang hebat. Hingga jari jemarinya tak bisa berhenti menggaruk kulitnya. Akibatnya, kulit menjadi luka. Rasa pedih pun timbul karenanya. 

Tengah malam ayahnya pergi ke apotik membeli salep anthihistamine. Untungnya, gatalnya bisa reda setelah diberi salep. Ia pun bisa tidur meskipun jatah waktu istirahatnya berkurang banyak.

Melihat riwayat alerginya, saya pun menelusuri makanan maupun alergen (pemicu alergi) lain yang sempat kontak dengannya. Jujur tak mudah menelusuri pencetus alergi pada Zahira. Ada banyak alergen di rumah yang ditengarai salah satunya menjadi pemicu alerginya. Makanan, obat, kucing, karpet atau debu.

Telur pemicu alergi Zahira foto:Dokpri
Telur pemicu alergi Zahira foto:Dokpri
Akhirnya, kami menduga telur diduga yang menjadi penyebab alergi karena tiap reaksi gatal muncul setelah Zahira mengonsumsi telur dalam jumlah banyak. Sehari bisa habis 6 butir telur. Ketika konsumsi telur dihentikan, gatal-gatalnya berangsur sirna.

Sejatinya, alergi merupakan reaksi hipersensitif sistem kekebalan tubuh akibat paparan alergen (pemicu alergi). Sistem kekebalan tubuh keliru mengartikan alergen sebagai zat yang berbahaya sehingga langsung melawan dengan mengeluarkan histamin. Histamin adalah zat kimia yang diproduksi oleh sel-sel di dalam tubuh ketika mengalami alergi atau infeksi

Reaksi histamin menyebabkan gejala beragam. Bisa gatal, ruam, bengkak pada beberapa bagian tubuh, mata dan hidung berarir, biduran, bahkan sesak nafas.  Alergi yang timbul pada tiap anak bisa berbeda jenis maupun tingkat keparahannya.

Bahkan alergi bisa menimbulkan anafilaksis. Ini merupakan kondisi alergi berat yang harus segera ditangani secara medis. Menurut ASCIA (Australasian Society of Clinical Immunology and Allergy) gejala anafilaksis ditandai dengan sesak nafas, jantung berdegup kencang, tekanan darah menurun, dan gejala fatal lainnya.

Jika tidak segera ditangani anafilaksis bisa menimbulkan kematian. Meskipun di Indonesia belum ada laporan kejadian anafilaksis pada anak, kita harus tetap waspada. Di luar negeri, kejadian anafilaksis pada anak yang berujung kematian, telah beberapakali terjadi.


Alergi Pada Anak Hambat Tumbuh Kembangnya


Zahira tidak sendirian. Banyak anak lain mengalami alergi dengan gejala beragam. Bahkan menurut prediksi WAO (World Allergy Organization) di dunia ini prevalensi penderita alergi sekitar 10 - 40%. 7,5 % diantaranya adalah anak-anak. Sementara itu angka prevalensi alergi pada anak di Indonesia juga meningkat 30% tiap tahun dari 1993-2006.

Peningkatan ini tentu harus diwaspadai. Apalagi sekitar 20% kejadian alergi pada anak terjadi di 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) yaitu usia 0-2 tahun. Pada masa ini, anak membutuhkan nutrisi dalam jumlah cukup untuk tumbuh dan berkembang secara optimal.

Saat mengalami alergi anak cenderung rewel, susah minum ASI maupun makan. Jika alergi kerap terjadi maka asupan nutrisi tak terpenuhi (malnutrisi). Misalnya saja anak alergi terhadap ikan. 

Seperti kita ketahui ikan merupakan sumber protein yang penting untuk tumbuh kembangnya. Jika tak mengganti ikan dengan sumber protein lain, anak bisa kekurangan protein.

Padahal kondisi gizi di masa 1000 HPK akan menentukan kualitas kehidupannya kelak. Kekurangan gizi (malnutrisi) yang terjadi pada masa 1000 HPK tidak dapat diperbaiki pada tahap kehidupan selanjutnya.

Alergi bisa menimbulkan komplikasi di banyak bagian tubuh seperti gangguan fungsi otak.  Hal ini dapat menyebabkan gangguan perilaku dan perkembangan anak. Contohnya gangguan konsentrasi, sulit tidur, gangguan emosi, bahkan memperberat gejala autis.

dr. Oktora Wijayanto foto :dokumen dr.oktora
dr. Oktora Wijayanto foto :dokumen dr.oktora

Sayangnya, alergi tak dapat dihilangkan. Ia akan menetap sepanjang hayat. Hal ini ditegaskan oleh dr. Oktora Wijayanto Sp. A, M. Kes, dokter spesialis anak di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta, yang  saya temui pada pertengahan Oktober 2019. Beliau menyebutkan bahwa alergi tidak dapat hilang. Tapi bisa toleran seiring bertambahnya usia.

Jika sepanjang usia alergi menetap dan berpotensi kambuh maka dibutuhkan tindakan tepat agar alergi tak datang berulang.

Cegah Alergi Pada Buah Hati Sedari Dini

Mencegah lebih baik daripada mengobati.

Untuk mencegah alergi, tentu kita harus mengenali pemicu alergi (alergen). Secara garis besar penyebab alergi itu berupa makanan dan non makanan.

Ikan salah satu pemicu alergi foto :Dokpri
Ikan salah satu pemicu alergi foto :Dokpri

Alergi karena makanan biasanya ditimbulkan oleh susu berikut olahannya, telur, seafood dan kacang-kacangan. Sementara itu penyebab alergi non makanan berasal dari irupan seperti debu, serbuk sari, karpet, bulu binatang. Selain itu penyebab alergi bisa berupa sabun, logam, bahan kimia, kecoa, dan tungau.

Alergen makanan, sumber: png cloud/olahan pribadi
Alergen makanan, sumber: png cloud/olahan pribadi

Alergen non makanan Dokpri
Alergen non makanan Dokpri

Persoalannya, ketika timbul gejala alergi, kita tak serta merta bisa mengetahui pemicunya. Untuk itulah, sebaiknya segera bawa anak ke dokter ketika mengalami gejala alergi. 

Dokter akan melakukan diagnosis klinis melalui pemeriksaan riwayat alergi keluarga, tanda dan gejala alergi sejak kecil, dan riwayat pemberian makanan. Jika dari hasil pemeriksaan ini ditemukan  pemicu alergi maka tidak diperlukan tes alergi.

Namun, proses menemukan pemicu alergi seperti ini kerap tak cukup dengan anamnesis (wawancara dokter dengan orangtua dan pasien). Tidak semua anak memiliki catatan riwayat kesehatan rinci dan catatan makanan harian. Padahal adanya kedua catatan tersebut akan membuat diagnosa menjadi cepat dan tepat.

Jika alergi kerap muncul namun orangtua tidak mampu mengenali pemicunya maka sebaiknya melakukan tes alergi. Ada dua jenis tes alergi yang direkomendasikan, yaitu skin prick test (SPT) dan tes darah IgE.

Menurut dr. Oktora Wijayanto Sp.A, M. Kes, tes alergi penting dan bisa dilakukan sejak usia 6 bulan. Sayangnya, di Indonesia tes alergi tak selalu dilakukan.  Biaya yang mahal ditengarai menjadi alasannya.

Hasil survei dibeberapa rumah sakit dan laboratorium di wilayah Surakarta, yang saya lakukan di minggu ketiga bulan Oktober 2019, ternyata tidak semua rumah sakit memiliki fasilitas tes alergi. Jikalau ada fasilitas tes alergi, biayanya memang mahal.

Perkiraan biaya tes alergi di Surakarta (belum termasuk biaya lain-lain) Dokpri
Perkiraan biaya tes alergi di Surakarta (belum termasuk biaya lain-lain) Dokpri

Terbatasnya fasilitas dan mahalnya biaya bisa jadi kendala orangtua dalam mengobati alergi pada anaknya. Setelah mengetahui pemicu alergi, tindakan selanjutnya adalah mengenali faktor resiko alergi. Yang pertama adalah faktor genetik. Anak dari orangtua yang memiliki riwayat alergi kemungkinan besar akan mengalami alergi juga. Walaupun jenis alerginya bisa berbeda.

Untuk besaran persentase resiko bisa dilihat di grafis berikut ini:

Persentase resiko alergi dari faktor genetik tabel :Dokpri
Persentase resiko alergi dari faktor genetik tabel :Dokpri

Dari tabel di atas diketahui bahwa alergi berpotensi menyerang setiap anak. Meskipun orangtua maupun saudara kandungnya tak memiliki riwayat alergi.

Oleh karena itu penting untuk menghitung resiko alergi. Hal ini bisa dilakukan sendiri oleh masing-masing keluarga. Caranya sebagai berikut :

hitung resiko alergi berdasarkan riwayat alergi tabel : Dokpri
hitung resiko alergi berdasarkan riwayat alergi tabel : Dokpri


Caranya sebagai berikut :
1. Isilah tabel di atas.
2. Kemudian jumlahkan hasilnya, maka itulah nilai keluarga.
3. Setelah diketahui nilai keluarga, maka cocokkanlah dengan tabel tingkat risiko.

Cocokkan hasil perhitungan tadi dengan tabel ini tabel : Dokpri
Cocokkan hasil perhitungan tadi dengan tabel ini tabel : Dokpri


Perhitungan resiko alergi ini digunakan sebagai deteksi dini terhadap alergi. Agar orangtua bisa melakukan pencegahan maupun tindakan antisipasi sedini mungkin.

Faktor resiko alergi lainnya adalah operasi sesar. Ketika saya tanyakan hal ini kepada dokter lulusan Fakultas Kedokteran UGM tersebut, beliau menyatakan bahwa menurut penelitian memang benar bahwa operasi sesar meningkatkan faktor resiko alergi.

Ada beberapa penelitian menyatakan demikian. Salah satunya, yang dilakukan oleh Bager, Wohlfahrt, dan Westergaard (2008) pada 26 penelitian, anak yang lahir melalui operasi sesar berisiko lebih tinggi mengidap alergi serbuk bunga atau rhinitis, asma, masuk rumah sakit karena asma, dan mungkin alergi makanan.

Operasi sesar foto : Pixabay 
Operasi sesar foto : Pixabay 

Hal tersebut terjadi karena bayi yang dilahirkan melalui operasi sesar tidak terpajan bakteri baik yang ada di vagina ibu. Bakteri baik tersebut berguna dalam pembentukan sistem imunitas tubuh. 

Seperti diketahui bayi baru lahir belum sempurna sistem imunitasnya. Sehingga tidak bisa memproduksi antibodi sendiri. Bayi baru lahir mendapatkan bakteri baik untuk perlindungan diri dari vagina ibu jika dilahirkan secara normal.

Saya kemudian melakukan survei resiko alergi pada anak. Survei dilakukan kepada ibu-ibu yang tinggal di wilayah eks karesidenan Surakarta pada minggu kedua hingga ketiga Oktober 2019. Ada 53 responden, sebanyak 28 orang ibu melahirkan melalui operasi sesar. Ternyata 18 orang diantaranya memiliki anak yang mengidap alergi.

Hasil temuan ini mengonfirmasi hasil penelitian di atas bahwa operasi sesar meningkatkan resiko alergi pada anak.

Selain genetik dan operasi sesar, resiko alergi bisa disebabkan karena lingkungan dan imunitas anak. Terkena paparan polusi, asap rokok terus menerus bisa menimbulkan alergi. Pun saat imunitas anak lemah, kemungkinan terkena alergi juga akan meningkat.


Alergi bisa dicegah sedini mungkin dengan beberapa tindakan:

Pencegahan Primer

Upaya ini paling tepat untuk mengurangi kejadian alergi pada anak karena dilakukan sejak dini bahkan sebelum alergi sempat menghinggapi.

Cara pencegahan primer :

- Menghitung resiko alergi

Dengan mengidentifikasi riwayat alergi seperti asma, dermatitis atopik, pilek alergi dan lainnya pada kedua orangtua maupun saudara kandung.

- Saat kehamilan,  tak ada pantangan makanan tertentu agar janin tak kekurangan nutrisi.

- Hindari paparan asap rokok aktif maupun pasif.

- Pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan. Zat dalam ASI bagus untuk membangun sistem kekebalan tubuh. Sehingga alergi bisa dicegah.

- Bila pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan tak memungkinkan maka orangtua bisa memberikan formula hidrolisat parsial maupun ekstensif sampai usia 6 bulan

- Makanan padat diberikan secara bertahap di usia 6 bulan.

Pencegahan Sekunder dan Tersier

Upaya ini dilakukan jika anak telah terkena alergi. Tujuannya agar alergi tersebut tak datang kembali dan bertambah berat.

Cara pencegahan sekunder dan tersier:

- Hindari pencetus alergi
- Jika alergi makanan tertentu, maka yang harus dilakukan adalah menggantinya dengan makanan yang memiliki nutrisi sama.
- Sedia obat yang dianjurkan dokter.

Salah satu kejadian alergi yang umum diderita anak adalah alergi susu sapi. Diketahui prevalensi alergi susu sapi antara 2 - 7,5%. Untuk anak-anak yang mengalami alergi susu sapi, tentu membutuhkan tatalaksana yang tepat. Dengan mengonsumsi obat sesuai gejala dan menghindari susu sapi serta produk turunannya.

Agar nutrisi anak tercukupi maka dibutuhkan formula hidrolisat. Di sinilah dibutuhkan peran para produsen makanan dan minuman anak seperti Sari Husada dalam menyediakan kebutuhan susu yang aman bagi anak yang mengidap alergi susu sapi.

Menjadi Orangtua Tanggap Alergi

Anak, tak hanya menjadi pewaris garis keturunan. Pun anak adalah generasi penerus suatu bangsa. Kualitas kehidupan anak akan menentukan kualitas kehidupan bangsanya di masa depan.

Sementara itu ada alergi yang menghantui. Sewajarnya hantu, maka alergi pun bisa muncul sewaktu-waktu.

Menjadi orangtua tanggap alergi adalah keharusan. Orangtua yang mampu mengenali resiko, gejala, penyebab dan cara mengendalikan alergi. Agar hantu alergi tak datang mengusik keceriaan buah hati. Bahkan merampas masa depannya.



Referensi :

Dumakuri, Molly. 2019. Dalam presentasi Danone Blogger Academy, Bali.

dr. Oktora Wijayanto Sp.A, M. Kes, wawancara pada tanggal 13 Oktober 2019.

Halodoc, Alergi Penyebab, Gejala dan Cara Mengatasinya, diakses 15 Oktober 2019 

Alodoc, Pereda Alami Reaksi Histamin, diakses tanggal 15 Oktober 2019 

Generasi Maju. Kenali Tanda-tanda Alergi Pada Anak dan Cara Mengatasinya Sejak Dini. diakses pada 9 Oktober 2019.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Perlukah Tes Alergi? diakses pada 8 Oktober 2019.

Kumparan. Selain Bawaan Genetik, Lahir Caesar Juga Bikin Anak Punya Bakat Alergi. diakses pada 8 Oktober 2019.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). 2019. Rekomendasi Pencegahan Primer Alergi Pdf diakses pada 10 Oktober 2019.

Berita Satu. Angka Prevalensi Alergi Di Imdonesia Meningkat. diakses 8 Oktober 2019 

Popmama, 5 Fakta Anafilaksis, Reaksi Alergi Berat Yang Menyebabkan Kematian. diakses 9 Oktober 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun