A. Djenar Maesa Ayu adalah seorang pemeran, penulis, produser, dan sutradara Indonesia. Ia lahir pada tanggal 14 Januari 1973 di Jakarta, Indonesia. Djenar Maesa Ayu merupakan putri dari penulis skenario dan sutradara Indonesia, Sjumandjaja, serta pemeran Indonesia, Tutie Kirana.
Karier Djenar Maesa Ayu dimulai sebagai penulis cerita pendek dan novel. Karya-karyanya sering kali mempermasalahkan seks dengan gaya penulisan yang gamblang dan jujur. Tulisannya sering kali menjadi kontroversi dan dianggap provokatif oleh sebagian pengamat sastra konservatif, namun dianggap memiliki tema yang kuat dan gaya yang orisinal oleh kritikus sastra lainnya.
Selain menulis, Djenar Maesa Ayu juga pernah bekerja di televisi. Sebelum menjadi sutradara film, ia mengikuti kursus pembuatan film. Dalam pembuatan film, ia tidak hanya bertindak sebagai sutradara, tetapi juga sebagai produser, penulis, dan pemain.
Djenar Maesa Ayu telah menerima beberapa penghargaan dan nominasi, termasuk Penghargaan Jogja-NETPAC Asian Film Festival untuk film Nay (2016) dan Penghargaan Bakunawa Young Cinema Critics' Citation for Excellence in Directing untuk film Tris (2022).
B. Karya Sastrawan Djenar Maesa Ayu
Novel:
1. "Mereka Bilang, Saya Monyet!" (2002): Novel ini mengisahkan tentang perjuangan seorang perempuan muda bernama Luki dalam menemukan jati dirinya di tengah pergulatan cinta dan kehidupan di kota besar.Â
Luki sering kali dianggap aneh oleh orang-orang di sekitarnya, namun ia berusaha untuk memahami dan menerima dirinya sendiri meskipun harus menghadapi tekanan sosial dan norma-norma yang ada.
Dalam novel ini, Djenar Maesa Ayu menghadirkan kisah yang penuh dengan kejujuran dan provokasi. Ia mengangkat isu-isu tentang identitas, seksualitas, dan peran perempuan dalam masyarakat. Melalui karakter Luki, penulis mengajak pembaca untuk merenungkan tentang arti kebebasan dan pentingnya menerima diri sendiri.
"Mereka Bilang, Saya Monyet!" merupakan salah satu karya yang membuat Djenar Maesa Ayu dikenal sebagai penulis kontroversial dan berani. Novel ini telah dicetak ulang lebih dari 8 kali dan masuk dalam daftar pendek Khatulistiwa Literary Award 2003.
2. "Jangan Main-Main (Dengan Kelaminmu)" (2004): Novel ini mengangkat tema seksualitas dan kebebasan perempuan melalui kisah perempuan bernama Lintang yang mencoba mengeksplorasi identitas seksualnya.