“Gantunglah mimpi di tempat paling tinggi, agar setiap saat selalu ingin menggapainya” ---Ety Budiharjo---
Melihat beberapa postingan teman di media sosial ketika sedang travelling ke Jepang, membuat saya semakin kepincut. Kesan saya cuma satu, romantis ! Meskipun romantis saya tidak berniat untuk mengajak suami, kemungkinan besar malah anak-anak yang saya ajak. Sebenarnya ada sih teman yang mengajak bareng, tapi waktunya masih belom cocok. Lagipula, kami beda selera saya maunya pergi saat musim semi tiba. Sedangkan teman maunya musim dingin, alasannya sih dia penasaran pengen lihat salju. Kalau saya sendiri kepo pengen lihat bunga Sakura mekar.
Yup…saya lebih ingin menikmati “Hanami Party” yang cuma ada di Jepang. Hmmm…apaan sih Hanami Party itu ? Hanami adalah sebuah acara untuk menyaksikan bunga Sakura mekar. Biasanya baik wisatawan lokal maupun asing, berkumpul di taman yang ditumbuhi oleh pohon Sakura. Hanami bukan hanya sekedar kumpul loh, mereka biasanya membawa makanan ringan dan keperluan piknik seperti alas duduk atau kursi lipat. Fantastis bukan ?
Musim semi di Jepang menjadi musim yang paling ditunggu-tunggu oleh wisatawan. Banyak hal menarik terjadi pada musim semi, salah satunya bunga Sakura. Bahkan hampir semua tumbuhan akan bersemi. Bukan hanya tumbuhannya saja, makanan lezat juga banyak bermunculan pada musim semi. Sepertinya siklus musim semi ini menjadi pertanda tumbuhnya semangat baru bagi masyarakat Jepang.
Musim semi di Jepang jatuh pada bulan Maret hingga Mei, selama tiga bulan berturut-turut masyarakat Jepang dan wisatawan disuguhi pemandangan cantik. Selain itu di bulan April bertepatan dengan dimulainya aktivitas sekolah dan perkantoran. Dengan begitu musim semi menjadi awal yang baru dan bertemu orang-orang baru.
Yang membuat musim semi ini menjadi sangat indah karena pohon Sakura di Jepang tumbuh di segala tempat. Di gunung, taman, tepi sungai, bangunan kuil, tepi jalan dan beberapa tempat lainnya. Bunga Sakura yang mekar ini memang tidak serempak, pada umumnya bunga Sakura lebih dulu mekar di daerah beriklim hangat, yaitu daerah Tokyo di Kanto.
Sebelum saya benar-benar berangkat ke Jepang, saya sudah mempersiapkan segalanya termasuk itenary. Maklum, saking banyaknya tempat wisata di Jepang yang memikat sayang kalau waktunya habis percuma. Oleh karena itu saya mulai memilih tempat mana saja yang akan saya kunjungi. Selain itenary, saya juga mempersiapkan beberapa perlengkapan tempur layaknya orang travelling sebut saja ada smartphone, kamera, powerbank, kompas, kabel rol dan printilan lainnya.
Pokoknya saya tidak mau ada peristiwa yang terlewat hanya gara-gara lupa membawa peralatan tersebut. Saya ingin mengabadikan perjalanan impian itu dengan lengkap. Berikut ini salah satu destinasi wisata dengan keanggunan bunga Sakura yang pengen banget saya kunjungi :
Taman Matsumae di Matsumae
Taman Matsumae berada di wilayah Sapporo, Hokkaido, yaitu daerah paling Utara Jepang. Hokkaido menjadi daerah paling dingin di Jepang pada saat musim dingin tiba. Karena saya akan ke sana saat musim semi jadi tidak terlalu pengaruh dengan kondisi suhu. Bunga Sakura di Hokkaido akan mekar lebih lambat dari daerah lainnya, yaitu akhir bulan April dan akan mekar sempurna pada awal Mei.
Di taman Matsumae ini banyak terdapat bunga Sakura dari jenis Somei Yoshino, bahkan mayoritas bunga Sakura di Jepang didominasi oleh jenis bunga ini. Bunga Somei Yoshino berwarna putih mulus pada saat mekar sempurna. Akan tetapi sebelum sampai pada titik mekar Somei Yoshino berwarna pink cerah. Kelopak bunganya terdiri dari 5 lembar bahkan bisa lebih. Nama bunga Somei Yoshino diambil dari sebuah nama desa di akhir zaman Edo, yaitu Desa Somei yang terkenal memperjualbelikan bunga sakura "Yoshino".
Tanpa ingin membuang kesempatan, beragam atraksi budaya yang akan ditampilkan harus diabadikan. Rasanya saya akan membuat vlog dengan menggunakan smartphone yang cukup baik. Bukankah atraksi budaya itu dipenuhi dengan gerak dan lenggak lenggok layak orang menari. Membuat vlog dengan objek bergerak bukan hanya butuh kemahiran saja tapi juga harus didukung oleh smartphone yang mumpuni.
Vlog dengan objek bergerak memang agak sulit, terkadang banyak tayangan yang kepotong. Seorang vlogger dituntut untuk bisa merekam peristiwa yang terjadi saat itu bahkan langsung menyiarkannya di media sosial. Dengan begitu followernya pun jadi tahu tentang peristiwa tersebut secara up to date. Seringkali karena banyaknya orang yang menonton tidak menutup kemungkinan smartphone akan tersenggol. Jika hal itu sampai terjadi gambar vlognya bisa jadi goyang, terbalik, kepotong atau burem. Saya nggak mau hal itu sampai terjadi, karena parade atau peristiwanya nggak bisa diulang.
Kebayangkan besarnya kapasitas smartphone yang saya butuhkan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, smartphonenya juga harus memiliki baterai yang kuat dan tahan lama. Nggak asyik aja, lagi enak-enaknya ngevlog terus baterainya ngedrop. Meskipun saya selalu membawa Power Bank untuk mengisi baterai, tetep aja saya nggak mau vlognya terputus.
Alhamdulillah…benar kan semua kebutuhan travelling juga tersedia di situ. Bukan hanya itu saja, Electronic City ternyata sedang banyak promonya. Oh ya, waktu saya kepoin medsosnya ada yang menarik loh, apalagi coba kalau bukan acara lelang yang dimulai dengan harga 100 K. Makanya sering-sering aja kepoin medsosnya Electronic City, siapa tahu ada barang yang sedang kamu butuhkan dengan harga murah pulak.
Share di facebook :
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=947395228738147&id=100004030373936&__mref=message_bubble
Share di twitter : https://twitter.com/etybudiharjo/status/806796625133740032
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H