Mohon tunggu...
Ety Budiharjo
Ety Budiharjo Mohon Tunggu... profesional -

Cinta Dengan Menulis, Menulis Dengan Cinta. My Blog is : etybudiharjo.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Antara Gerimis, Gemerincing Rupiah dan Organ Reproduksi

25 Juli 2016   16:30 Diperbarui: 26 Juli 2016   05:19 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gemerincing Rupiah

Bicara soal perdagangan, yang terlintas dalam pikiran kita pasti rupiah alias uang. Uang bisa juga dikatakan sebagai dasar perekonomian, entah itu perorangan, keluarga ataupun sindikat. Sayangnya perdagangan kali ini yang dijual adalah seks, di mana telah menjadi komoditi paling laku. Laku karena mudah mendapatkannya dan tidak membutuhkan modal besar. Gemerincing rupiah telah membuat orang lupa, bahwa dagang itu mestinya yang halal dan thoyib. Tapi apa mau dikata, perdagangan seks telah menjadi lahan bisnis yang menggiurkan sekaligus menggairahkan.

Para sindikat perdagangan seks, mucikari, sales online maupun offline bukan cuma lupa tapi juga buta. Lupa dan buta kalau mereka punya anak, keponakan, cucu, sepupu, tetangga remaja putri. Lupa dan buta terhadap kesehatan reproduksi mereka, yang merupakan tempat melahirkan anak-anak. Lupa dan buta akan masa depan mereka semua, masa depan bangsa dan Negara ini.  Dari kasus yang sudah saya ceritakan di atas, berapa rupiah didapat tapi berapa juga organ reproduksi rusak. Pastinya biaya untuk memperbaikinya sangat mahal dan perlu waktu cukup lama . Sungguh, sangat tidak sebanding dengan gemerincing rupiah !

Organ Reproduksi

Allah SWT menciptakan manusia laki-laki dan perempuan, masing-masing memiliki kelebihannya. Dari apa yang sudah diciptakan oleh Allah, sejatinya kita harus jaga dan dilindungi tanpa kecuali organ reproduksi. Semua pasti menginginkan hal-hal terbaik dalam hidupnya. Tapi, kita juga tidak bisa menolak atau menghindar ketika musibah datang pada diri kita, seperti kasus yang sudah saya kisahkan di atas. Kejahatan trafficking dan perkosaan merupakan  musibah yang merusak lahir maupun batin, terutama bagi korban perempuan dan terutama lagi bagi remaja putri.

Dalam ilmu Biologi kita mengenal organ reproduksi wanita yang berperan dalam serangkaian proses berkembang biak atau memperbanyak keturunan. Agar manusia dapat memiliki anak, maka wanita harus memiliki organ reproduksi yang sehat dan baik. Organ reproduksi pada wanita terdiri dari organ reproduksi ( Genetalia ) luar dan dalam. Genetalia luar berfungsi untuk membantu penetrasi alat kelamin laki-laki agar mengeluarkan sperma.

Di sinilah kelebihan dari seorang perempuan sekaligus menjadi beban berat. Beban karena memiliki tanggung jawab untuk senantiasa menjaga organ reproduksinya agar tetap sehat. Bagi saya pribadi, membangun kualitas kesehatan reproduksi bukan hal  mudah. Jangankan sampai membangun, menjaga organ reproduksi aja susahnya minta ampun.

Saya ingat saat pertama kali mendapat menstruasi, Ibu saya mengajarkan banyak hal. Kalimat yang sampai saat ini masih terngiang yaitu,”Nak, kamu sudah remaja kamu sudah bisa punya anak. Hati-hatilah dalam bergaul terutama terhadap laki-laki. Karena laki-laki itu bisa mendatangkan hasrat, di mana kamu akan menyukainya.Perkataan Ibu yang lemah lembut sangat mudah saya cerna. Dalam hal ini Ibu tidak melarang saya bergaul dengan laki-laki, boleh tapi dengan jarak atau jangan berlebihan.

Ibu memang tidak menceritakan secara gamblang tentang organ reproduksi wanita. Bahkan pertanyaan saya tentang dari mana keluarnya bayi aja tidak dijawab oleh Ibu. Akan tetapi Ibu lebih sibuk mengurusi saya kalau saya sedang menstruasi. Misalnya saja, saya disuruh mengganti pembalut tiap dua jam dan membersihkan Miss V saya. Ibu juga suka merebus daun sirih sebagai air antibiotik dan kembali meyuruh saya untuk ’cebok’. Terkadang Ibu membuatkan jamu kunyit asem dan setengah memaksa saya untuk meminumnya. Ibu telah membantu saya menjaga kehormatan sampai akhirnya saya menikah.

Begitupula dengan Bapak, beliau melarang saya keluar rumah untuk bermain, ketika saya sedang menstruasi. Bapak juga yang selalu rajin membelikan dan menyuruh saya makan sayur serta buah-buahan. Pokoknya ketika saya sedang menstruasi saya benar-benar diperhatikan. Di situlah saya merasa benar-benar menjadi perempuan seutuhnya. Peristiwa yang sudah terjadi 33 tahun silam itu begitu membekas dalam diri saya. Begitulah cara keluarga menjaga dan melindungi saya sebagai perempuan remaja. Sungguh sangat jauh berbeda dengan masa sekarang.

Intinya, faktor keluarga menjadi teramat penting ketika kita bicara soal kesehatan reproduksi. Kisah saya di atas sudah berlangsung hampir tiga puluh tahun lebih di belakang tapi tetap masih membekas. Pada waktu Ibu melakukan semua itu, saya belum mengenal norma-norma agama. Baru setelah agak lebih dewasa, saya mulai mengenal norma-norma agama.  Karena saya lahir dari keluarga muslim, saya mulai mengenal cara menutup aurat, bergaul dengan laki-laki dan sebagainya. Hanya keluargalah yang bisa diandalkan sebagai tempat berbagi saat ada masalah dengan reproduksi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun