Mohon tunggu...
Ety Budiharjo
Ety Budiharjo Mohon Tunggu... profesional -

Cinta Dengan Menulis, Menulis Dengan Cinta. My Blog is : etybudiharjo.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Merencanakan Keuangan, Butuh Ketaatan Dan Keketatan

13 Mei 2016   05:36 Diperbarui: 16 Mei 2016   23:17 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

tasedit-5734f4f726b0bdf90dd3eeed.jpg
tasedit-5734f4f726b0bdf90dd3eeed.jpg
Kembali pada diri saya sendiri, akhirnya seiring berjalannya waktu, saya memahami bahwa semua ini akan bisa dinikmati di masa depan. Paham dan belajar adalah dua hal yang saya lakukan, bukan merengek apalagi merajuk agar cepat dibelikan sesuatu. Lantas bagaimana cara saya menyikapi pola hemat seperti itu, terutama kepada teman-teman ? Saya justru mengalami hal yang sangat luar biasa. Komitmen saya dalam merencanakan keuangan seringkali dijadikan panutan bagi mereka.

Perlahan mereka mengakui bahwa mengikuti tren life style nggak ada habisnya. Tapi justru sebaliknya semakin mau lagi dan lagi seperti kecanduan. Bahkan tidak sedikit di antara mereka yang terlibat utang. Titik inilah yang kemudian saya jadikan contoh untuk mengingatkan kembali pentingnya merencanakan keuangan masa depan. Maklumlah bukankah semakin banyak gaya maka semakin tinggi pula tekanannya.

Perlu dicermati, semua orang di manapun pasti menginginkan hidup mapan di hari tua—gantinya masa depan. Begitu pula dengan saya dan suami, saya benar-benar bersyukur bahwa suami sangat memahami hal ini sejak menikah. Berbanding terbalik dengan saya, bagi saya urusan masa depan ya urusan nanti. Apalagi sekarang ini kita memasuki jaman di mana serbuan  life style semakin tak terbendung. Nampaknya lebih banyak orang yang terbawa arus ketimbang melawannya. 

Slogan mengencangkan ikat pinggang saja masih belum  cukup, harus dibarengi dengan tutup mata dan telinga. Butuh ketaatan dan keketatan jika Anda ingin merencanakan keuangan. Karena tanpa sadar masyarakat Indonesia bisa menjadi masyarakat konsumerisme, tempat jualan paling menyenangkan bagi Negara lain. Bukankah hal ini sudah terjadi ? Buktinya saja Indonesia sudah menjadi Negara yang memiliki mal ( Pusat Belanja ) terbanyak di dunia, melebihi Negara-negara maju. *weleh-weleh sambil geleng-geleng kepala.

Saya senang pada akhirnya saya bisa mentaati rambu-rambu berkat bimbingan  dari suami. Jika tidak, mungkin saya sudah menjadi orang miskin se Indonesia atau bahkan bangkrut. Setelah saya berani meninggalkan dunia life style, saya kemudian diarahkan untuk merencanakan keuangan. Di samping itu saya juga merasakan bangkitnya sifat matre dalam arti positif. Buktinya saja, saya langsung semangat mendengar suami mengiming-imingi keuntungan secara materi.

Dalam hal perencanaan keuangan, suami pula yang mengajarkannya pada saya. Saya diberi pilihan tentang perencanaan keuangan, semisal : tabungan atau investasi. Suami sih bilang kalau mau menabung pilih bank yang bisa dipercaya untuk menyimpan dana. Sejauh ini sudah banyak ko bank yang  menjadi anggota LPS ( Lembaga Penjamin Simpanan ). Secara awam yang saya ketahui tentang LPS yaitu menjamin simpanan nasabah. Jadi jika terjadi sesuatu pada bank di mana kita menyimpan uang, maka LPS lah yang akan menjaminnya. Dengan begitu dana yang tersimpan akan aman tapi tentu saja dengan mengikuti ketentuan. Untuk lebih jauhnya silakan kunjungi websitenya LPS di www.lps.go.id.

lps-logo-vector-5738159cb993734a1959ad1d.png
lps-logo-vector-5738159cb993734a1959ad1d.png
Saran lain dari suami adalah ambil produk tabungan yang tidak bisa diambil dengan cepat, artinya pilih tabungan dengan jangka waktu dan keperuntukkan. Jadi kalau saya mau pergi umroh, maka pilih tabungan yang bisa diambil pada saat waktunya akan berumroh, begitu seterusnya. Selain tabungan, investasi juga menjadi rujukan yang tepat dalam merencanakan keuangan. Seperti cerita saya di atas, soal investasi suami saya jagonya. Padahal suami tidak mempunyai ilmu tentang perencanaan keuangan, malah katanya begini,”Uang itu nyata sedangkan teori itu maya jadi jangan kebanyakan teori. Ntar malah nggak jadi-jadi investasi lagi."

Investasi = Life style 

Mungkin para pembaca akan bilang,"Wow…ekstrem banget yah teori keuangannya ?" Banged ( pinjam bahasa kekinian ). Tapi hasilnya saya harus bilang WOW…WOW…WOW...! Saat ini saya dan suami sudah tidak memiliki penghasilan tetap sebagai pegawai. Kami sedang menikmati bagaimana investasi bekerja pada kami.  Dengan kata lain kehidupan kami saat ini bergantung pada investasi yang dulu kami simpan. Dan enam bulan lalu waktu suami harus menjalani operasi dengan biaya cukup besar, saya juga tidak terlalu pusing mencari biayanya. Investasi yang kami miliki sanggup membayar biaya pengobatan suami. 

Sekarang saya sudah menemukan cakrawala baru yaitu dengan menjadikan investasi sebagai gaya hidup/life style. Hal tersebut bukan lagi sesuatu yang cuma diniatkan saja, tapi lebih dari itu. Dengan menjadikan investasi sebagai life style maka akan terbentuk sebuah pemikiran bahwa saya atau Anda akan melakukannya. Setiap saat bahkan setiap hari, bukankah setiap hari kita juga berkecimpung dengan life style ? Penggunaan gadget, adalah contoh nyata bahwa kita tidak bisa meninggalkannya. Gadget beserta kelengkapannya merupakan life style yang butuh dihidupi. Karena sebenarnya yang terpenting itu bukan gadgetnya keren atau tidak tapi pulsa/kuotanya ada atau tidak. Untuk apa punya gadget bagus kalau nggak ada pulsa internetnya ? Percuma tho ?

Memulai investasi juga nggak rumit ko, mulailah dari yang paling Anda pahami. Saran saya buat pemula sih beli aja emas berupa koin/batang ya bukan perhiasan, nilainya juga beragam. Yang penting saat untuk memulai memang jangan terlalu umit dan itung-itungan. Kita kan mau mengubah mindset dulu, setelah itu tercapai baru deh dilanjutkan ke lebih besar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun