Mohon tunggu...
Ety Budiharjo
Ety Budiharjo Mohon Tunggu... profesional -

Cinta Dengan Menulis, Menulis Dengan Cinta. My Blog is : etybudiharjo.com

Selanjutnya

Tutup

Bola

Menapaki Debut Perjalanan Karier Sang Kapten Chile

9 Juli 2015   05:06 Diperbarui: 9 Juli 2015   05:06 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 


Copa Amerika 2015 yang digelar di Estadion Nacional Julio Martinez Pradanoz, Santiago, Chile baru saja berakhir. Namun euphoria berbagai rasa masih terdengar di mana-mana, baik itu kekecewaan atau kegembiraan. Semua tumpah ruah di Negara para peserta yang ikut berkompetisi dalam laga empat tahunan itu. Banyak sekali peristiwa yang bisa direkam dari perhelatan akbar sepak bola International zona Amerika Selatan, di antaranya pemberian predikat pemain terbaik dalam laga tersebut.

Namun pemberian predikat pemain terbaik itu tidak selamanya ditanggapi positif oleh para pemain terpilih, sebut saja Lionel Messi yang menolak pemberian penghargan itu. Kapten dari skuad Argentina itu merasa kecewa berat karena mimpinya untuk meraih gelar kehormatan pupus oleh Chile. Sungguh sebuah akhir drama yang cukup tragis, di mana Lionel Messi menjadi pemain inti dalam timnas Argentina.

Beda Argentina, beda Chile, saya yang sejak awal menjagokan tim ini merasa senang bahwa prediksi saya benar. Karena banyak faktor eks yang dimiliki oleh Chile dalam ajang Copa Amerika 2015 ini. Salah satu faktor eks yang dimiliki oleh Chile yaitu para pemainnya, di mana mereka masing-masing personel memiliki gaya permainan berbeda dan selalu menampilkan kejutan memukau. Permainan mengejutkan itu bukan saja memukau pelatihnya tapi juga para penonton. Tendangan atau trekling yang tak terduga terkadang diperlihatkan oleh pemain Chile.

Berikut ini saya ingin menampilkan profile, karier dan sepak terjang dari kipper alias penjaga tiang mistar merangkap kapten Chile, Claudio Bravo. Saya terkesan dengan sang kapten yang menyimpan ambisi untuk menunjukkan bahwa timnasnya mampu meraih juara setelah 99 tahun tanpa gelar. Dan ini terbukti pada final Copa Amerika 2015 kemarin, sang kapten telah membayar lunas janjinya itu. Sekalipun sang kapten memiliki ambisi untuk juara namun, semua itu tidak tergambar sedikitpun di raut wajahnya.

Semua dilalui dengan kekuatan tanpa emosional, hal inilah yang ditularkan pada seluruh rekan-rekan satu timnya. Sampai akhirnya sang kapten berhasil menjadikan Chile pemenang pada Copa Amerika 2015 ditambah lagi gelar buat dirinya sendiri. Semua itu juga tak lepas dari tangan dingin sang pelatih Jorge Sampaoli. Nah, sekarang kita simak yuk rangkuman yang saya buat dari berbagai sumber tentang aktivitas sepak menyepak sang kapten.

Claudio Bravo

Pemain yang memiliki nama lengkap Claudio Andres Bravo Munoz ini rela harus berhadapan dengan rekan satu klubnya—Lionel Messi dalam ajang Copa Amerika 2015 kemarin. Meskipun Bravo dan Messi tergabung dalam satu klub Barcelona—dikenal dengan sebutan Barca, Claudio Bravo melihat sangat sulit untuk mengambil bola dari kaki kidalnya Leo, panggilan akrab Messi. Dari situlah Bravo langsung berpikir untuk mencari cara menghentikan langkah Messi, tapi bukan dengan menguntitnya terus menerus selama 90 menit jam tanding.

Keyakinan Bravo tetap tinggi, dia ingin memberikan yang terbaik bagi timnasnya, jadi seminimal mungkin dia harus bisa menghambat gerak Messi agar tidak lolos dari pemain belakang Chile.

Peran ganda yang dipegang oleh pemain yang lahir di Viluco, Chile pada 13 April 1983 ( 32 thn ) ini memang sangat beralasan. Selain sebagai kapten, Bravo juga didapuk menjadi penjaga gawang alias kipper bagi timnasnya.

Sebagai penjaga gawang, Bravo mempunyai figur yang lincah, tenang dan berpengalaman di bawah mistar. Itulah alasannya, mengapa Barcelona berani meminang Bravo untuk di tempatkan di bawah mistar klub ini. Selain gerak tangan dan kaki, insting bolanya juga sangat akurat, melampaui kecepatan dari gerak tangan kakinya. Penalti di Copa Amerika 2015 kemarin adalah bukti bahwa instingnya itu lebih cepat. Bravo bersikap sangat bijak setelah melakukan penyelamatan krusial saat berhasil menghalau tendangan gelandang Argentina, Ever Banega. Hingga pada akhirnya keakuratan instingnya itu mengantarkan dirinya terpilih menjadi penjaga gawang terbaik di laga Copa Amerika 2015 lalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun