Sederhananya, Stoikisme mengajarkan kita untuk mengendalikan atau mampu mengontrol apa yang tergantung pada kita dan apa yang tidak tergantung.
Beberapa tokoh yang terkenal dalam aliran ini yakni, Epictetus, Seneca, dan Kaisar Romawi Marcus Aurelius.
Prinsip-prinsip Stoikisme dalam menghadapi keputusasaan
1. Dikotomi Kendali
Stoikisme mengajarkan bahwa ada dua hal di dunia ini: hal-hal yang dapat kita kendalikan dan hal-hal yang tidak dapat kita kendalikan. Berfokus pada hal-hal yang berada dalam kendali kita, seperti pikiran, sikap, dan tindakan, dapat membantu mengurangi kecemasan dan tekanan mental.
Ketika seseorang dihadapkan pada situasi sulit, mengingat bahwa dirinya mampu mengendalikan reaksinya sendiri dapat memberikan kekuatan dan ketenangan.
2. Menerima Nasib (Amor Fati)
Stoikisme mengajarkan penerimaan sepenuhnya terhadap nasib atau takdir (amor fati). Artinya kita menerima segala sesuatu yang terjadi, baik atau buruk, sebagai bagian dari perjalanan hidup kita dengan penuh cinta dan lapang dada.
Penerimaan tersebut bukan berarti bersikap pasif, melainkan mengembangkan sikap proaktif menghadapi tantangan dan mencari hikmah dari setiap pengalaman.
3. Latihan Mental
Kaum Stoa (stoik) sering melakukan latihan mental untuk bersiap menghadapi situasi sulit. Misalnya, mereka mungkin mempertimbangkan skenario terburuk yang mungkin terjadi (premeditatio malorum) agar lebih siap secara emosional ketika hal itu menghampiri.
Latihan ini dapat membantu mengurangi rasa takut dan cemas yang berlebihan.