Mohon tunggu...
Etwar Hukunala
Etwar Hukunala Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer I Karyawan Honorer

Manusia biasa yang perlu banyak belajar dan Hobi menulis. Apa yang terbaca dan terlintas dipikiran itu yang ditulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Stoikisme di Tengah Fenomena Bunuh Diri: Mengatasi Keputusasaan dengan Kebijaksanaan Kuno

21 Mei 2024   13:20 Diperbarui: 21 Mei 2024   13:42 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Stoikisme di Tengah Fenomena Bunuh Diri (sumber : Adobe Stock, diolah lagi menggunakan aplikasi PicsArt)

Sederhananya, Stoikisme mengajarkan kita untuk mengendalikan atau mampu mengontrol apa yang tergantung pada kita dan apa yang tidak tergantung.

Beberapa tokoh yang terkenal dalam aliran ini yakni, Epictetus, Seneca, dan Kaisar Romawi Marcus Aurelius.

Prinsip-prinsip Stoikisme dalam menghadapi keputusasaan

1. Dikotomi Kendali

Stoikisme mengajarkan bahwa ada dua hal di dunia ini: hal-hal yang dapat kita kendalikan dan hal-hal yang tidak dapat kita kendalikan. Berfokus pada hal-hal yang berada dalam kendali kita, seperti pikiran, sikap, dan tindakan, dapat membantu mengurangi kecemasan dan tekanan mental.

Ketika seseorang dihadapkan pada situasi sulit, mengingat bahwa dirinya mampu mengendalikan reaksinya sendiri dapat memberikan kekuatan dan ketenangan.

2. Menerima Nasib (Amor Fati)

Stoikisme mengajarkan penerimaan sepenuhnya terhadap nasib atau takdir (amor fati). Artinya kita menerima segala sesuatu yang terjadi, baik atau buruk, sebagai bagian dari perjalanan hidup kita dengan penuh cinta dan lapang dada.

Penerimaan tersebut bukan berarti bersikap pasif, melainkan mengembangkan sikap proaktif menghadapi tantangan dan mencari hikmah dari setiap pengalaman.

3. Latihan Mental

Kaum Stoa (stoik) sering melakukan latihan mental untuk bersiap menghadapi situasi sulit. Misalnya, mereka mungkin mempertimbangkan skenario terburuk yang mungkin terjadi (premeditatio malorum) agar lebih siap secara emosional ketika hal itu menghampiri.

Latihan ini dapat membantu mengurangi rasa takut dan cemas yang berlebihan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun