Suku Sasak (aksara Sasak: ; Jawi: ) adalah suku bangsa yang mendiami pulau Lombok dan menggunakan bahasa Sasak. Sebagian besar suku Sasak beragama Islam, uniknya pada sebagian kecil masyarakat suku Sasak, terdapat praktik agama Islam yang agak berbeda dengan Islam pada umumnya yakni Islam Wetu Telu, tetapi hanya berjumlah sekitar 1% yang melakukan praktik ibadah seperti itu. Ada pula sedikit warga suku Sasak yang menganut kepercayaan pra-Islam yang disebut dengan nama "Sasak Boda
Di Pulau Lombok dampak dari Penyebaran agama Islam dan kebudayaan yaitu munculnya tradisi mandi safar di tengah-tengah masyarakat. Begitu juga suku Sasak yang ada di desa Pringgabaya yang terletak di Kabupaten Lombok Timur menyebut tradisi mandi safar dengan sebutan tradisi Rebo Bontong.Jika di tinjau dari artinya Rebo berarti (hari rabu) dan Bontong (terputus), di mana Rebo Bontong maksudnya di sini adalah hari Rabu itu terpotong menjadi dua atau terbagi menjadi dua bagian yaitu Rebo pagi dan Rebo sore nah dari kejadian tersebut maka dinamakan Rebo Bontong.Â
Sedangkan jika di tinjau dari tempat terjadinya, Rebo Bontong Terjadi pada bulan Safar, tepatnya pada hari Rabu di akhir bulan safar atau hari Rabu pada minggu ke empat bulan Safar.Lahirnya tradisi Rebo Bontong merupakan bentuk perwujudan dari berbagai peristiwa penting yang di alami oleh masyarakat Pringgabaya. Di mana pada zaman dahulu masyarakat setempat khususnya masyarakat Pringgabaya tidak diperkenankan tinggal di dalam rumah pada hari Rabu terakhir pada bulan Safar, mereka harus keluar meninggalkan rumah ketempat yang di anggap baik untuk berkumpul seperti: pantai, danau, sawah, kebun maupun ketempat-tempat yang di anggap sakral oleh masyarakat.
Proses Pelaksanaan Tradisi Rebo Bontong Dan Makna Simboliknya Rebo Bontong merupakan sebuah tradisi yang di lakukan pada waktu tertentu, tempat tertentu serta menggunakan alat-alat perlengkapan ritual tertentu.bahwa proses pelaksanaan tradisi Rebo Bontong yang dulu berbeda dengan yang sekarang, di lihat dari segi prosesnya ataupun pelaksanaannya.
 Tradisi Rebo Bontong yang dulu lebih memfokuskan ke suatu ibadah tanpa adanya unsur-unsur hiburan di dalamnya, sedangkan proses pelaksanaan tradisi Rebo Bontong yang sekarang lebih mementingkan hiburannya, itu terlihat dengan banyaknya sponsor-sponsor yang mendukung terselenggaranya acara Rebo Bontong di pantai Ketapang, serta banyaknya lomba-lomba dan hiburan masyarakat. Jadi peneliti dapat membedakan antara proses pelaksanaan tradisi Rebo Bontong yang dulu dengan pelaksanaan Rebo Bontong yang sekarang.Proses pelaksanaan tradisi Rebo Bontong pada masa lalu yaituÂ
Rebo Bontong dilaksanakan pada hari Rabu minggu terakhir di bulan Safar. Pada masa lalu proses pelaksanaan tradisi Rebo Bontong di laksanakan dengan mengadakan upacara selamatan dengan cara mengadakan doa bersama untuk meminta perlindungan kepada Yang Maha Kuasa agar terhindar dari segala mara bahaya atau penyakit yang diturunkan Allah SWT pada hari Rabu terakhir di bulan Safar.
Tatacara pelaksanaan tradisi Rebo Bontong pada masa lalu yaitu
1). Pada Rabu pagi masyarakat melakukan Shalat Sunnat Mutlak sebanyak 4 rakaatÂ
dengan membaca ayat AL-Qur'an yang tidak ditentukan (dibebaskan)
2). Setelah selesai melaksanakan Sholat Sunnat Mutlak maka acara selanjutnya adalahÂ
berdoa bersama dan membaca Surat Yasin sebanyak satu kali dan ayat yang berbunyiÂ
"salamun aulan mirrobirrahim" dibaca sebanayak 313 kaliÂ
3). Setelah selesai berdoa maka Kiyai atau tokoh agama yang memimpin doa tadi akan mengambil air minum yang akan dibagi-bagikan kepada warga masyarakat. Sebelumnya air tersebut sudah di jampi-jampi (dibacakan doa) dengan cara menulis rajah (tulisan Arab kuno) di atas daun mangga, kemudian daun tersebut dimasukkan kedalam selao (Priok tanah) yang sudah diisi dengan air, setelah itu barulah air tersebut dibagi-bagikan kepada warga setempat untuk diminum.
4). Setelah pembagian air barulah acara terakhirnya adalah masyarakat bersama-sama dengan Kiyai atau pemuka agama pergi kepantai dengan membawa sobekan-sobekan AL-Qur'an yang telah dikumpulkan sebelumnya di Musholla ataupun di Masjid, Kemudian sobekan-sobekan AL-Qur'an tersebut di bakar dan di ambil abunya, setelah abunya diambil kemudian dimasukan kesebuah wadah kemudian baru dibawa keÂ
tengah laut untuk di buang.Dalam upacara Tetulak Tamperan terdapat nama/jenis tetulak yang di butuhkan sekaligus di rangkaikan dalam upacara Rebo Bontong yang sakral di mana di dalamnya terdapat sesajen dan peralatan simbol-simbol yang di gunakan dalam proses pelaksanaan tradisi Rebo Bontong antara lain dimana makna simbol-simbol yang di gunakan dalam tradisi Rebo Bontong sebagai berikut:Â
(1) Membuat ongsongan, wadah ini terbuat dari bambu dan batang pisang dan dibuat pagar memakai kain warna kuning makna simbol dari warna kuning: adalah melambangkan kebesaran dan kewibawaan dan kemegahan serta kekuasaan serta payung yang memakai kain putih makna simbolik payung yang memakai kain putih adalah kesucian artinya tidak boleh memiliki fikiran ataupun tingkah laku yang buruk. Dalam ongsongan tersebut diisi dengan nasi kuning makna simbolik dariÂ
nasi kuning yaitu warna kuning melambangkan rezeki, kelimpahan, kemakmuran dan nasiÂ
putih adalah kesucian, ditaruhkan telur tujuh butir dan diisi pula dengan tujuh macamÂ
jajanan dan tujuh macam buah-buahan dan maknanya adalah persembahan berupa hasilÂ
bumi masyarakat, tidak pula ketinggalan ketupat sebanyak 44 biji dan tikel sebanyak 44Â
biji makna simbolnya adalah sebagai pengganti sesembahan tumbal yang berupa 44 ayamÂ
kepada penguasa lautan. Ongsongan ini akan di hanyutkan bersamaan dengan kepalaÂ
kambing atau kerbau ke tengah laut, makna simbol dari ongsongan ini adalah pemberianÂ
persembahan kepada penjaga lautan dan kepada semua mahluk yang ada didalamnya
 (2) Membuat sun sunan, di mana sun sunan ini terbagi menjadi empat yaitu,Â
 a: Sun Sunan Rasul Mustapa, Dimana isi sampak (dalang) dalam sun sunan Rasul Mustapa ini diisi dengan nasi rasul empat susun, tiap satu susuan dilapisi dengan telur yang digoreng dan ditaruhkan ayam warna putih mulus dan di dampingi dengan satu ceret langgeq (Tekoan). Makna dari sun sunan Rasul Mustapa ini adalah agar bisa meniru keteladanan para Rasul, dimana di tandai dengan adanya ayam yang berbulu putih halus yang menandai kesucian dan kebersihan, agar manusia memiliki hati yang suci dan bersih terhindar dari pikiran yang kotor,
 b: Sun Sunan Ratu, Dalam sun sunan Ratu di isi dengan nasi putih, telur dan ditaruhkan ayam berwarna hitam mulus, makna simbol dari ayam berwana hitam mulus tersebut yaitu sebagai persembahan kepada ratu laut atau penjaga lautan agar masyarakat nelayan terhindar dari bencana pada saat melaut dan memberikan hasil laut yang melimpah,Â
 c: Sun Sunan Waliyullah, Sampak (dulang) diisi dengan tumpeng (nasi putih) ditaruhkan telor ayam sebanyak sembilan butir yang mengelilingi nasi dan di atasnya ditaruhkan ayamÂ
panggang berwarna bulu kuning kemudian penutup dulang dilapisi dengan kain putih.Â
Makna dari symbol tesebut adalah pemberian persembahan kepada para Waliyullah yang sudah menyebarkan agama Islam dan diharapkan manusia itu bisa menirukan sifat baiknyapara Wali, kemudian ayam panggang yang berbulu kuning melambangkan kemulian yangÂ
dimiliki para Wali terdahulu sehingga dengan adanya sesembahan tersebut sebagai wujud terimaksih kepada para Wali bukan syirik tapi berupa wujud rasa syukur saja,
 d: Sun Sunan Kiyai, Sun sunan Kiyai ini sebanyak delapan belas penyajik yang terdiri dari:
Sembilan penyajik isinya nasi lengkap dengan lauk pauknya makna simboliknya yaitu sembilan nasi yaitu simbol daeri sembilan waliyullah yang menyebarkan agama Islam
Sembilan penyajik jajan
selengkapanya makna simboliknya yaitu persembahan berupa jajanan dan hasil bumi masyarakat
Serta ayam panggang yang berbulu merahMakna symbol dari adanya delapan belas penyajik danayam panggang yang berbulu merah yaitu pemberian kepada para Kiyai yang sudah membimbing dan mengajarkan manusia dalam suatu kebaikan dan membantu jalannya acara tradisi Rebo Bontong dan Tetulak Tamperan dan ayam panggang berbulu merah menyimbolkan sifat dan perilaku para kiyai yang cenderung baik dan dijadikan tauladan dalam kehidupan manusia
 (3) Pembuangan kepala kerbau/kambing, dalam proses pelaksanaan tradisi Rebo Bontong dan Selametan Pelabuhan tedapat sesajen berupa kepala sapi, kerbau maupun kambing, maknanya adalah dilakukan untuk mewujudkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rizki melalui laut sebagai ladang kehidupan
Makna simbolik dalam tradisi adat Rebo Bontong adalah Ongsongan makna simbol dari ongsongan ini adalah pemberian persembahan kepada penjaga lautan dan kepada semua mahluk yang ada didalamnya. Sun sunan Rasul Mustapa dimana isi sampak (dalang) dalam sun sunan Rasul Mustapa ini diisi dengan nasi rasul empat susun, tiap satu susuan dilapisi dengan telur yang digoreng dan ditaruhkan ayam warna putih mulus dan di dampingi dengan satu ceret langgeq (Tekoan) dimana simbol dari ayam yang berbulu putih adalah untuk menirukan sifat baik yang di miliki oleh para Rasul.
Sun sunan Ratu bermakna memberikan sesaji atau persembahan kepada Ratu laut penghuni pantai untuk memberikan keselamatan ketika melaut dan memberikan hasil laut yang melimpah, itu gunanya ada ayam berwarna hitam polos artinya untuk hal-hal yang goib, sun sunan Waliyullah disii dengan tumpeng (nasi putih) ditaruhkan telor ayam sebanyak sembilan butir yang mengelilingi nasi dan diatasnya ditaruhkan ayam panggang berwarna bulu kuning kemudian penutup dulang dilapisi dengan kain putih.Â
Makna dari simbol tesebut adalah pemberian persembahan kepada para Wali yang sudah menyebarkan agama Islam dan diharapkan manusia itu bisa menirukan sifat baiknya para Wali, kemudian ayam panggang yang berbulu kuning melambangkan kemuliaan yang dimiliki para Wali terdahulu sehingga dengan adanya sesembahan tersebut sebagai wujud terima kasih kepada para Wali, sun sunan Kiyai. Makna simbol dari adanya delapan belas penyaji dan ayam panggang yang berbulu merah yaitu pemberian kepada para Kiyai yang sudah membimbing dan mengajarkan manusia dalam suatu kebaikan dan membantu jalannya acara tradisi Rebo Bontong dan Tetulak Tamperan.
ayam panggang berbulu merah menyimbolkan sifat dan perilaku para kiyai yang cenderung baik dan dijadikan tauladan dalam kehidupan manusia. Pembuangan kepala kerbau atau sapi dalam proses pelaksanaan tradisi Rebo Bontong dan Selametan Pelabuhan terdapat sesajen berupa kepala kerbau atau sapi, maknanya adalah dilakukan untuk mewujudkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rizki melalui laut sebagai ladang kehidupan
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI