November lalu, Jasman yang bergabung dalam Forced Police Unit (FPU) IV Garuda Bhayangkara, di berangkatkan bersama rekan-rekannya ke Darfur, Sudan Utara di bawah bendera PBB, UN Mission in Darfur (UNAMID). Akan berada di sana hingga November tahun depan.
Meski lahir di luar Pulau Nias, yakni, di Pasaman Barat, Sumatera Barat, namun nuansa kerinduan khas masyarakat Nias itu tetap melekat erat. Apalagi karena saat ini, kedua orangtuanya juga sedang berlibur dan mengunjungi keluarga besar mereka di Pulau Nias.
“Ya, rindu merayakan Natal bersama. Saat ini, orangtua saya sedang di Nias. Tapi, kami berbicara melalui telpon saja,” ujar dia.
Namun, kerinduannya, cukup terobati dengan adanya perayaan Natal khusus kontingen Indonesia di tempat tugas mereka pada Sabtu (24/12/2011) malam. Selanjutnya, pada Minggu, 25 Desember 2011, mereka merayakan Natal Gabungan seluruh staf dan pasukan PBB.
“Walau kami hanya 19 orang, tapi lumayan asyik. Sangat berkesan. Kami buat semacam ibadah kecil. Kemudian bernostalgia dengan lagu-lagu daerah,” kata dia.
Kabar Baik di Rantau
Tiga pengalaman di atas tentu saja hanya mewakili sedikit nuansa kerinduan yang dirasakan puluhan hingga ratusan ribu orang Nias yang berada di perantauan saat ini. Pertemuan di saat Natal dan Tahun baru telah ‘terlanjur’ menjadi momen yang berbeda bobotnya dengan pertemuan-pertemuan di hari dan waktu yang lain.
Mungkin Anda tidak bisa menunaikan kerinduan itu kali ini. Sama seperti saya yang telah 16 tahun tidak pernah merayakan Natal dan tahun baru bersama keluarga. Tapi setidaknya, kerinduan itu jangan sampai padam. Dan bila Tuhan menghendaki, mulailah merancang agenda untuk pulang. Walau tidak setiap tahun.
Lebih dari itu, kerinduan para orangtua dan saudara kita di kampung halaman, biasanya disertai harapan-harapan. Setidaknya, dan yang paling sederhana, adalah bila tidak bisa bertemu, mereka berharap mendengar kabar baik. Bahwa anak-anak mereka nun jauh di sana dalam keadaan sehat, baik-baik, tetap kuat meski di tengah kesulitan dan setia kepada Tuhan.
Sekali lagi, meski tidak bisa bertatap muka, andai saja mereka tidak mendengar kabar yang merenggut kebahagiaan mereka di Hari Natal dan Tahun Baru ini, maka mereka pun akan berkata, “Hö’ö töra moroi ba gö”. Itu lebih daripada makanan.
Selamat Hari Natal, 25 Desember 2011
Selamat Tahun Baru, 1 Januari 2012
Catatan: tulisan ini juga sudah ditayangkan di www.niasonline.net